asal atau kewarganegaraan. Hal Ini merupakan suatu bentuk hukum yang berbeda, tidak tertulis, dan universal yang berlaku bagi semua bangsa dan masyarakat,
berdasarkan akal sehat dan alasan yang tepat. Termasuk juga dalam hukum universal ini yaitu hukum para pedagang dan hukum maritim tradisional. Ini
memungkinkan hukum maritim tradisional menjadi prinsip universal yang berlaku bagi semua orang sebagai hukum laut yang patut dihormati.
74
Bahkan lebih jauh, sifat hukum maritim internasional mengharuskan pembentukan jus gentium karena pengadilan telah menyatakan bahwa hukum
domestik mengenai salvage domestic salvage law berasal dari law of salvage yang merupakan bagian dari jus gentium. Oleh karena itu, ketika pengadilan
mempertimbangkan hukum yang berlaku bagi kapal-kapal yang ditemukan di perairan internasional, pengadilan biasanya akan memberlakukan hukum
nasionalnya yang berkaitan dengan law of salvage danatau law of finds.
75
1. Hukum Penyelamatan Law of Salvage
Secara umum, law of salvage merujuk kepada konsep upaya penyelamatan terhadap nyawa dan harta dari bahaya – bahaya yang terjadi di laut.
76
Prinsipnya adalah bahwa pihak tertentu yang berhasil menyelamatkan seseorang atau
kekayaan dari laut berhak atas sebuah penghargaan dari pemilik kekayaan yang diselamatkan.
77
74
Paul V. Niemeyer, op. cit., hal 440
75
Brooke Wright, op. cit., hal. 302
76
Rob Regan, When Lost Liners Become Found: An Examination of the Effectiveness of Present Maritime Legal and Statutory Regimes for Protecting Historic Wrecks in International
Waters With Some Proposals for Change , 29 Tul. Mar. L.J. 313 2005, hal. 321; Simon W.
Tache, The Law of Salvage: Criteria for Compensation of Public Service Vessels, 9 Mar. Law. 79, 1984, hal. 82 – 84
77
Edgar Gold, et al, Maritime Law Essential of Canadian Law, Toronto, Canada: Irwin Law, 2003, hal. 594
Hukum yang berkaitan dengan salvage telah menjadi pelengkap hukum maritim di kalangan pelaut – pelaut nasional sejak pedagang – pedagang dari
berbagai negara pertama kali berdangang satu sama lain dengan menggunakan kapal. Peraturan tertulis tertua yang pernah ada yang berkaitan dengan salvage
secara khusus adalah Hukum Rhodian Rhodian Code, yang berasal dari sekitar tahun 800 Sebelum Masehi dan kemudian diadopsi kedalam berbagai undang –
undang Eropa, seperti England’s Law of Oleron : Pasal 45: “Jika sebuah kapal tersentak akibat angin puyuh, atau telah menjadi
bangkai kapal, setiap orang yang menyelamatkan sesuatu dari bangkai kapal tersebut, berhak atas seperlima dari apa yang dia selamatkan.”
Pasal 47: “Jika emas atau perak, atau benda apapun yang diangkat keluar dari laut sedalam delapan hasta, dia yang mengangkat benda tersebut berhak atas
sepertiganya, dan jika lima belas hasta, dia berhak atas setengahnya.”
78
Salvage merupakan kompensasi yang diberikan kepada orang-orang yang
atas bantuannya kapal atau muatannya telah diselamatkan secara keseluruhan atau sebagian dari bahaya di laut yang akan datang, atau dalam memulihkan kekayaan
tersebut dari kerugian yang sebenarnya, misalnya dalam kasus kapal karam atau kapal terlantar.
79
Pada dasarnya, law of salvage adalah bentuk imbalan yang diberikan oleh hukum maritim dalam menyelamatkan kekayaan maritim yang berisiko oleh
mereka yang tidak memiliki kewajiban hukum untuk membantu.
80
Pada umumnya, para penyelamat salvagers tidak memperoleh hak atas kekayaan yang diselamatkan dan pemilik asli tetap mempertahankan haknya
78
R.M.S. Titanic, Inc. v. Haver, [1999] 171 F.3d 943 United States 4th Cir., hal. 962
79
The Blackwall, [1869] 77 U.S. 10 Wall. 1 US Supreme Court, hal 12
80
Jean F. Rydstrom, loc. cit
sampai kekayaan tersebut diabaikan.
81
Kapal penyelamat salvor memegang hak jaminan atas kekayaan tersebut, sehingga memungkinkan untuk melakukan
gugatan terhadap kapal kargo yang diselamatkan in rem action
82
. Salvor juga memiliki hak kepemilikan atas kekayaan tersebut sampai imbalan atas upaya
penyelamatan tersebut diadili possessory right. Possessory right tersebut mencakup banyak hak istimewa termasuk akses ke dalam kapal dan pengawasan
atas wilayah di sekitar lokasi kapal.
83
Sepanjang sejarah, law of salvage terus berkembang sementara kebijakan hukumnya tetap sama. Dalam hukum maritim Romawi, law of salvage
dikembangkan untuk melindungi kapal – kapal berserta muatannya dari bahaya di laut untuk menjaga kekayaan tersebut dari aliran perdagangan, mencegah
pencurian, dan untuk mengembalikan kekayaan yang diselamatkan kepada pemiliknya.
84
81
Kevin Berean, Sea Hunt, Inc. v. Unidentified Shipwrecked Vessel or Vessels: How The Fourth Circuit Rocked the Boat
, 67 Brook. L. Rev. 1249 2002, hal. 1254
82
Ibid
83
Justin S. Stern, Smart Salvage: Extending Traditional Maritime Law to Include Intellectual Property Rights in Historic Shipwrecks
, 68 Fordham L. Rev. 2489 2000, hal. 2498
84
Ibid
Demikian pula, di zaman modern, kebijakan publik atas penghargaan terhadap upaya penyelamatan adalah untuk menyelamatkan
kekayaan dari bahaya di laut sekaligus mengurangi ketidakjujuran dan penggelapan oleh salvagers.
Penghargaan atas upaya penyelamatan dimaksudkan sebagai insentif bagi salvagers
agar dengan sukarela mengambil risiko untuk menyelamatkan kapal- kapal yang dalam bahaya. Ketika tidak ada kontrakperjanjian yang dibuat antara
pihak-pihak yang terkait mengenai upaya penyelamatan, ada tiga unsur untuk mengklaim upaya penyelamatan yang sah, yaitu kekayaan tersebut harus:
1 dalam risikobahaya laut marine peril;
2 berhasil diselamatkan secara keseluruhan atau sebagian;
3 dilakukan dengan sukarela oleh salvagers.
85
Namun, apabila terdapat kewajiban yang ditimbulkan dari adanya perjanjian antara para pihak sebelumnya, maka imbalanpembayaran yang dimaksud akan
dikesampingkan, kecuali kinerja yang diberikan oleh salvagers melebihi dari apa yang diperjanjikan dalam kontrak.
86
Ketika menentukan marine peril, pertama pengadilan harus menentukan status kapal. Untuk dikategorikan dalam bahaya, kapal harus mengalami
kerusakan atau musibah terlebih dahulu, dimana kapal tersebut akan hancur jika tindakan upaya penyelamatan tidak dimulai.
Ketiga unsur tersebut telah dikodifikasi sebagai bagian dari 1910 Assistance and Salvage Convention
yaitu pada pasal 7 dan 8, dan dalam perkembangannya konvensi ini telah digantikan oleh Salvage Convention 1989.
87
Keberhasilan upaya penyelamatan tergantung pada kekayaan yang diselamatkan dan dibawa ke dalam yurisdiksi pengadilan.
Api, badai, atau pembajakan merupakan contoh dari marine peril, dan standarnya adalah apakah bahaya
tersebut dapat cukup wajar untuk menghancurkan kapal.
88
85
Thomas J. Schoenbaum, Admiralty and Maritime Law 4th ed., United States:Thomson West, 2004, section 16 – 1
86
International Convention on Salvage 1989 op. cit., pasal 17
87
Kevin Berean, loc. cit
88
Ibid
Jadi jika salvagers tidak berhasil memulihkan kekayaan tersebut, bahkan jika dia telah menghabiskan
waktu yang lama dan biaya yang mahal, dia tetap tidak berhak untuk mengklaim penghargaanimbalan atas usahanya tersebut.
89
Unsur terakhir, bahwa kegiatan penyelamatan harus dilakukan secara sukarela, yang berarti tidak ada kewajiban sebelumnya atau kewajiban hukum
untuk menyelamatkan.
90
Meskipun merupakan konsep hukum yang umum, law of salvage telah menjadi bagian dari hukum internasional berdasarkan Salvage Convention 1989.
Salvage Convention 1989 yang menggantikan Assistance and Salvage Convention
1910 diberlakukan karena dua hal.
91
Pertama, karena adanya kebutuhan untuk mengatasi peningkatan risiko yang dihadapi oleh salvagers karena peningkatan
lalu lintas pengiriman kapal. Hal ini menimbulkan keraguan bagi salvagers untuk melakukan upaya penyelamatan, karena imbalan yang akan mereka terima tidak
mencakup tanggung jawab dalam hal terjadi kecelakan.
92
Kedua, karena adanya kekhawatiran bahwa upaya penyelamatan akan merusak lingkungan, sehingga
perlu dibuat ketentuan untuk memastikan bahwa salvagers akan bertindak lebih tanggap terhadap bahaya polusi.
93
Ketika menentukan penghargaan atas penyelamatan yang telah dilakukan, Salvage Convention
1989 menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi
94
, yaitu:
89
Vickey L. Quinn, Comment, Hard Aground: A Primer on the Salvage of Recreational Vessels
, 19 U.S.F. Mar. L.J. 321, 2007, hal. 337
90
Kevin Berean, loc. cit
91
Brian F. Binney, loc. cit
92
E. Jane Ellis, International Law and Oily Waters: A Critical Analysis, 6 Colo. J. Int’l Envt’l L. Poly 31 1995, hal. 43
93
Nicholas J.J. Gaskell, op. cit., hal. 15
94
International Convention on Salvage 1989, op. cit., pasal 13
1. Nilai kapal yang diselamatkan dan kekayaan lainnya
2. Keterampilan serta usaha dari salvors dalam mencegah atau meminimalisir
kerusakan lingkungan 3.
Ukuran keberhasilan yang diperoleh salvors 4.
Sifat dan tingkat bahaya yang dihadapi 5.
Kemampuan serta usaha dari salvors dalam menyelamatkan kapal, kekayaan lain dan nyawa
6. Waktu yang digunakan dan biaya serta kerugian yang dialami oleh salvors
7. Resiko tanggung jawab dan resiko lainnya yang dialami oleh penyelamat atau
peralatan mereka 8.
Ketepatan layanan yang diberikan 9.
Ketersediaan dan penggunaan kapal atau peralatan lain yang dimaksudkan untuk operasi penyelamatan
10. Kesiagaan dan efisiensi peralatan salvors dan nilainya.
Ketika pemberian kompensasi, pengadilan dapat menggunakan dua metode. Pengadilan dapat mengeksekusi hak jaminan dengan memutuskan
penjualan kekayaan dan hasilnya jatuh ke tangan salvager. Atau, pengadilan dapat mengalihkan hak kekayaan kepada salvager jika penjualan tidak menghasilkan
imbalan yang memadai.
95
Umumnya, ketika kapal dipulihkan dari dasar laut, dan law of salvage
diterapkan, salvagers berhak mendapatkan imbalan penyelamatan dengan sangat bebas.
96
Mayoritas pengadilan kelautan memilih untuk menerapkan law of salvage terhadap warisan budaya bawah air, meskipun hukum ini perlu sedikit perubahan.
95
Justin S. Stern, op. cit., hal. 2499
96
Columbus-America Discovery Group v. Atlantic Mut. Ins. Co., 1992 974 F.2d 450 US 4th Cir., hal 459
Ketika pengadilan menerapkan law of salvage, secara efektif menolak law of finds karena unsur-unsur kedua hukum ini bertentangan.
2. Hukum Penemuan Law of Finds