III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah jagung titi yang telah dibuat oleh produsen jagung titi di pulau Alor Nusa Tenggara Timur yang telah diseleksi terlebih dahulu.
Adapun cara pembuatan jagung titi adalah sebagai berikut : jagung yang dipanen dengan kadar air rendah dipipil, lalu disangrai selama 10-15 menit dan dipipihkan dengan
menggunakan dua buah batu. Jagung yang baru dibuat oleh produsen akan langsung dikirim dengan pesawat dalam waktu 1 hari dan dianalisis kadar air, protein, lemak, abu,
total kapang, tekstur, dan aktivitas airnya Bahan pendukung yang digunakan untuk menghasilkan kondisi aw lingkungan
penyimpanan sesuai dengan yang diinginkan, adalah 8 jenis garam seperti yang tercantum pada tabel 1. Bahan untuk analisis kimia adalah alcohol 96, HGO, K₂SO₄,
H₂SO₄, NaOH, Na₂S₂O , H BO₄, HCl, indikator metil biru, indokator metil merah, heksan, dan aquades.
B. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah cawan porselin, cawan aluminium, neraca analitik, 0ven, tanur, desikator, toples yang telah dimodifikasi menjadi sorption
container, hardnes tester, peralatan gelas, pinset, dan pencapit logam.
C. Metode Penelitian
Tahap pertama penelitian ini dilakukan penentuan karakteristik awal jagung titi dengan tujuan dengan tujuan untuk mengetahui karakter awal jagung titi sebelum
dilakukan pengujian umur simpan. Adapun karakteristik awal jagung titi ditentukan dengan analisis proksimat yang meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar
karbohidrat, kadar abu, aktivitas air, serta analisis tekstur jagung titi dengan menggunakan hardnes tester. Tahap kedua adalah penetuan kadar air kesetimbangan
jagung titi pada suhu 25, 30, dan 35°C dan penentuan tetapan model isotermi sorpsi yang
30
paling tepat. Setelah penentuan model yang paling tepat, dilakukan penentuan fraksi air terikat untuk mengetahui aw kritis jagung titi. Setelah itu dilakukan pendugaan umur
simpan jagung titi dengan menggunakan persamaan Labuza 1982. Tahap ketiga adalah uji penyimpanan jagung titi dengan menggunakan 3 jenis kemasan yaitu LDPE, PP, dan
HDPE.
1. Penentuan karakteristik awal jagung titi
Penentuan karakteristik awal jagung titi dilakukan dengan menggunakan analisis proksimat AOAC, 1995 yang meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar
karbohidrat, kadar abu, aktivitas air, serta analisis tekstur jagung titi dengan menggunakan hardnes tester.
2. Penentuan kadar air kesetimbangan
Penentuan kadar air kesetimbangan jagung titi bertujuan untuk memperoleh kurva isotermi sorpsi jagung titi. Kadar air jagung titi sebelum dilakukan penyimpanan
adalah 3.32bk. Penentuan kadar air kesetimbangan dilakukan dengan menyimpan jagung titi pada berbagai tingkat aw pada suhu 25, 30, dan 35°C, dengan
menggunakan larutan garam seperti yang tercantum dalam Tabel 3 sampai mencapai kondisi setimbang steady state.
Tabel 3. Aktivitas air beberapa larutan garam jenuh pada suhu 25, 30, Dan 35°C
No Jenis garam aw
25°C 30°C 35°C 1 Natrium Hidroksi 0.07 0.069 0.067
2 Kalium asetat 0.23 0.23 0.23 3 Magnesium klorida 0.33 0.32 0.30
4 Kalium karbonat 0.43 0.42 0.42 5 Magnesium nitrat 0.53 0.52 0.52
6 Natrium nitrit 0.67 0.65 0.65 7 Kalium klorida 0.87 0.86 0.85
8 Potasium sulfat 0.97 0.97 0.97
31
Larutan garam jenuh dibuat dengan cara melarutkan garam dengan jumlah yang berlebih dalam 100 ml aquadest. Kedelapan jenis garam di atas masing-masing
dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam toples sorption container yang berisi aquades 100 ml sambil diaduk dengan stirer, hingga larutan jenuh yang ditandai
dengan garam yang ditambahkan tidak dapat larut lagi. Toples-toples tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan selama 24 jam pada kondisi
suhu 25, 30, dan 35°C, lalu dilakukan pengukuran aktivitas air masing-masing larutan dengan menggunakan aw meter.
Selanjutnya cawan porselein dicuci, kemudian dikeringkan dalam oven selama 30 menit, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak ±5 gram jagung titi
diletakkan dalam cawan porselain yang telah disiapkan dan dimasukkan ke dalam toples-toples yang berisi larutan garam jenuh Tabel 3, dengan 4 ulangan.
Selanjutnya toples ditutup rapat dan disimpan dalam inkubator yang telah diatur suhunya yaitu pada suhu 25ºC, 30°C, dan 35ºC dimana kisaran suhu ini dianggap
sudah cukup mewakili kondisi suhu penyimpanan jagung titi di Nusa Tenggara Timur. Sampel ini ditimbang setiap 24 jam sampai mencapai kondisi setimbang,
yang ditandai dengan tidak adanya perubahan berat sampel pertambahan bobot sampel
≤2mg. Dimana sampel dinyatakan dalam kondisi setimbang jika perubahan kadar air bahan tidak lebih dari 2 mg pada 3 kali penimbangan berturut-turut dan
tidak lebih dari 10mg pada 3 kali penimbangan berturut-turut untuk sampel yang disimpan diatas aw 0.9 Lievonen dan Ross, 2002.
Sampel yang telah mencapai kondisi setimbang dianalisis kadar airnya untuk memperoleh data kadar air kesetimbangan Me dan hasilnya diplotkan terhadap aw
penyimpanan jagung titi.
3. Penentuan model isotermi sorpsi
Agar dapat mewakili daerah kandungan air monolayer dan multilayer pada isotermi sorpsi, maka model isotermi sorpsi yang digunakan adalah model-model
yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan dan mempunyai jangkauan kelembaban relatif dari 0-95. Persamaan yang digunakan adalah persamaan 7, 9, 10, 11, 12, dan
32
13. Untuk memudahkan perhitungan, ke-6 persamaan dibuat menjadi linier, seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Linearisasi model-model sorpsi isotermi Model Bentuk linier
BET aw1-awM = 1MpC + C-1MpCaw Caurie ln Me = ln P1 - P2 aw
Chen-Clayton lnln1aw = ln P1 - P2Me
Halsey logln1aw = logP1-P2log Me
Henderson log ln11-aw = log K + n log Me Oswin
ln Me = ln P1 + P2 lnaw1-aw
Data kadar air kesetimbangan KAK dan aw hasil eksperimen digunakan dalam perhitungan dengan ke-6 model di atas, lalu dilakukan evaluasi ketepatan hasil
perhitungan KAK berdasarkan model. Uji ketepatan model isotermi sorpsi dilakukan dengan menggunakan perhitungan Mean Relative Determination P Walpole, 1990
P =
∑
=
−
n i
Mi Mpi
Mi n
1
100
Dimana Mi adalah kadar air hasil percobaan, Mpi adalah kadar air hasil
perhitungan, dan n adalah jumlah data. Jika nilai P5 maka model isotermi sorpsi itu dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya, dan jika nilai 5P10 maka model
tersebut agak tepat. Sedangkan jika nilai modulus deviasi P10 maka model tersebut tidak tepat untuk menggambarkan keadaan sebenarnya. Model dengan nilai P terkecil
dinyatakan sebagai model terbaik dan digunakan dalam perhitungan pendugaan umur simpan jagung titi.
33
4. Penentuan fraksi air terikat jagung titi
Penentuan fraksi air terikat jagung titi dilakukan untuk membandingkan kadar air kritis hasil eksperimen dengan nilai batas antara fraksi air terikat sekunder dengan
fraksi air terikat tersier. Berdasarkan penentuan nilai fraksi air terikat juga ditentukan nilai aw yang setara atau berkeseimbangan dengan nilai fraksi air terikat baik primer,
sekunder, maupun tersier. Fraksi air terikat primer Mp ditentukan dengan menggunakan bantuan
persamaan BET, dimana untuk memperoleh persamaan regresi yang akan digunakan dalam menghitung fraksi air terikat primer, dilakukan plot nilai aw pada sumbu x dan
nilai aw1-awM pada sumbu y untuk ke-3 suhu penyimpanan. Fraksi air terikat sekunder Ms ditentukan dengan menggunakan model analisis
logaritma Soekarto 1978. Ms ditentukan dengan cara memplotkan log 1-aw terhadap Me yang akan menghasilkan garis patah yang terdiri dari dua garis lurus.
Garis petama mewakili ikatan air sekunder, dan garis kedua mewakili ikatan air tersier.
Penentuan fraksi air terikat tersier dilakukan dengan menggunakan pendekatan model polynomial ordo 2, dan data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah
empat nilai kadar air kesetimbangan jagung titi yang disimpan pada aw 0,52-0,84.
5. Pendugaan umur simpan
Umur simpan jagung titi ditentukan dengan mensubtitusi data kadar air awal, kadar air kesetimbangan, kadar air kritis, berat kering bahan, luas permukaan
kemasan, permeabilitas kemasan, tekanan uap air jenih, dan nilai slope isotermi sorpsi kedalam persamaan Labuza 1982.
t = b
Po Ws
A x
k Mc
Me Mi
Me
−
− ln
dimana t = umur simpan, Me = kadar air kesetimbangan bk, Mi = kadar air awal bk, Mc = kadar air kritis bk, Ws = berat kering bahan g, A = luas
permukaan kemasan m
2
, kx = permeabilitas uap air kemasan gm2.hari.mmHg, Po = tekanan uap air jenuh mmHg, b = slope kurva sorpsi isothermis.
34
a. Penentuan kadar air kritis jagung titi
Uji organoleptik atau uji inderawi dilakukan untuk menentukan kadar air kritis jagung titi. Uji ini berupa uji pertahapan berjenjang partially
staggered design. Dimana sejumlah sampel jagung titi tanpa kemasan disimpan pada ruang terbuka dengan suhu ruangan ±30ºC dan kelembaban
relatif ruangan berkisar antara 87-94. Setiap 2 jam sekali sampel-sampel tersebut dibandingkan dengan sampel jagung titi yang dipertahankan
kesegarannya dengan cara disimpan dalam wadah kedap udara, lalu dilanjutkan dengan pengukuran kadar air dan pengujian tekstur jagung titi.
30 orang panelis tidak terlatih dengan latar belakang pendidikan dan profesi yang beragam diminta untuk membandingkan warna, aroma, rasa, dan tekstur
jagung titi tanpa kemasan dan jagung titi segar. Skor penilaian terhadap perbedaan kedua jenis jagung titi tersebut adalah sebagai berikut: skor 1,
sedikit ada tanda-tanda kerusakan; skor 2, sangat sedikit adanya tanda-tanda perbedaan antara sampel dengan standar; skor 3, tidak ada sedikitpun
perbedaan dengan standar yang masih segar atau sama sekali tidak terdapat adanya tanda-tanda kerusakan; Skor 2 digunakan untuk menentukan bahwa
sampel tersebut sudah pada kondisi kritis, dan telah mencapai kadar air kritisnya.
b. Penentuan permeabilitas kemasan
Dilakukan dengan menggunakan metode standar ASTM-E-96 American Society for Testing Materials. Prinsip dasar pengukuran permeabilitas
kemasan ini adalah menghitung berat air yang diserap kemasan yang diamati dalam waktu 1 hari 24 jam.
Sel logam metal cup dibersihkan dan dikeringkan dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Sel lalu diisi dengan
CaCl₂, lalu beratnya ditimbang kembali. 3 jenis kemasan jagung titi yaitu LDPE, PP, dan HDPE dipotong dengan ukuran 10×12, lalu dipasang dibagian
atas sel. Sel lalu diseal dengan lilin kedap air, lalu sel disimpan dalam desikator yang telah diberi larutan NaCl jenuh agar diperoleh RH lingkungan
penyimpanan 75. Desikator yang berisi sel disimpan dalam inkubator
35
bersuhu 25ºC±1 selama 24 jam. Setelah 24 jam penyimpanan, sel dikeluarkan dari desikator dan ditimbang beratnya, dan perubahan berat sel selama
penyimpanan dihitung sebagai berat air g H₂O yang diserap kemasan selama penyimpanan. Data berat air yang diperoleh akan digunakan untuk
menghitung permeabilitas kemasan dengan menggunakan persamaan berikut Labuza, 1982 :
Permeabilitas Kemasan k
g H₂O ketebalan hari area tekanan uap air
dimana x ketebalan mm
c. Penentuan nilai slope kurva sorpsi isotermi
Arpah 2001 menyatakan bahwa nilai slope kurva isotermi sorpsi b ditentukan pada daerah linear. Yang dimaksud daerah linear untuk
menentukan nilai b diambil antara daerah kadar air awal Mi dan kadar air kritis Me Labuza, 1982. Titik Mi dan Me akan pada kurva isotermi sorpsi
berdasarkan model isotermi yang terpilih akan dihubungkan dengan garis lurus, dan akan menghasilkan persamaan linear y = a + bx. Nilai b pada
persamaan linear tersebut adalah nilai slope kurva sorpsi isotermi.
6. Uji Penyimpanan
Pada penelitian tahap ketiga ini dilakukan percobaan penyimpanan jagung titi yang dikemas dengan kemasan LDPE, PP, dan HDPE. Sebanyak 100g jagung titi
dikemas masing-masing dengan LDPE, PP, dan HDPE dengan 6 kali ulangan untuk tiap jenis kemasan. Penyimpanan dilakukan dengan menggunakan toples yang berisi
larutan Kalium klorida jenuh dengan aw 0.84 dan disimpan pada suhu ruang. Pengamatan dan analisa terhadap jagung titi dilakukan setiap bulan terhadap
kadar air, lemak, protein, dan total kapang. Uji inderawi dilakukan pada jagung titi pada umur simpan 5-7 bulan, berupa uji pertahapan berjenjang partially staggered
design. Sebanyak 100g jagung titi dikemas masing-masing dengan LDPE, PP, dan HDPE. Pada bulan ke-5, 6, dan 7 warna dan aroma sampel-sampel tersebut
36
dibandingkan dengan sampel jagung titi segar. 15 orang panelis terlatih dengan latar belakang pendidikan dan profesi yang beragam diminta untuk membandingkan warna
dan aroma jagung titi tanpa kemasan dan jagung titi segar. Skor penilaian terhadap perbedaan kedua jenis jagung titi tersebut adalah sebagai berikut: skor 1, sedikit ada
tanda-tanda kerusakan; skor 2, sangat sedikit adanya tanda-tanda perbedaan antara sampel dengan standar; skor 3, tidak ada sedikitpun perbedaan dengan standar yang
masih segar atau sama sekali tidak terdapat adanya tanda-tanda kerusakan.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang delakukan terhadap jagung titi selama pengamatan adalah :
1. Aktivitas air
Aktivitas air jagung titi pada awal penyimpanan dilakukan dengan menggunakan awmeter yang telah dikalibrasi dengan garam NaCl dengan nilai kelembaban relatif
75. Jagung titi dimasukkan dalam ruang pada awmeter dan ditutup rapat. Pembacaan dilakukan saat angka penunjuk pada awmeter tidak berubah. Hal ini
ditunjukkan dengan tulisan complete test pada awmeter.
2. Tekstur
Alat yang digunakan dalam pengukuran tekstur adalah Hardness Tester produksi Fujihara Seisakusho, ltd. Prinsip kerja alat ini gambar 6 adalah menekan jagung titi
dengan tingkat ketebalan 1mm hingga patah. Jarum penunjuk skala dengan satuan Kg akan bergerak sesuai dengan berat beban yang dibutuhkan untuk mematahkan jagung
titi. Semakin renyah jagung titi, maka berat beban yang dibutuhkan untuk mematahkan jagung titi tersebut semakin kecil, dan sebaliknya, semakin besar berat
beban yang dibutukan untuk mematahkan jagung titi, maka nilai kerenyahan jagung titi semakin rendah. Hasil pengukuran kerenyahan jagung titi dengan mengunakan
Hardness Tester dinyatakan dalam Kg1mm.
37
Gambar 6. Hardness Tester
3. Kadar air
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengukur kadar air awal jagung titi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan metode oven
dengan Basis Kering AOAC, 1995, yaitu dengan cara : cawan bersih kosong dikeringakan dalam oven bersuhu 105ºC selama satu jam, kemudian didinginkan
dalam desikator selama kurang lebih 15 menit dan ditimbang beratnya W1. Kedalam cawan Sejumlah 5 gram sampel W2 ditempatkan dan dimasukkan ke
dalam oven bersuhu 105ºC selama enam jam sampai mencapai berat konstan. Cawan dan sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang setelah dingin W3. Data
W1, W2, dan W3 disubtitusikan ke dalam persamaan : kadar air basis kering
=
100 1
3 3
2 1
X W
W W
W W
− −
+
4. Kadar protein
Sampel jagung titi ditimbang sebanyak ±200 mg, dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl lalu ditambahkan 1.9 ± 0.1 gr K
2
SO
4
, 40 ± 10 mg HgO dan 3.8 ± 0.1 ml H
2
SO
4
. Setelah ditambahkan batu didih maka sampel dididihkan selama 1.5 jam sampai cairan menjadi jernih. Tabung beserta sampel didinginkan dengan air dingin.
38
Isi labu dan air bekas pembilasnya dipindahkan ke alat destilasi, dan ditambahkan 10ml larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3.
Labu erlenmeyer 125 ml diisi dengan 5 ml larutan asam borat, dan ditambahkan 4 tetes indikator metil merah dan metal biru, kemudian
diletakkan di bawah kondensor dengan ujung kondensor terendam baik dalam larutan H
3
BO
4
. Destilasi dihentikan saat terjadi perubahan warna asam borat dari biru keunguan menjadi hijau. Cairan hasil destilasi dalam labu erlenmeyer dititrasi
dengan larutan HCl 0.02 N hingga terjadi perubahan dari warna hijau menjadi warna biru keunguan. Perhitungan jumlah nitrogen dilakukan dengan memasukkan
jumlah HCl yang terpakai ke dalam persamaan berikut Jumlah N
=
100 07
. 14
x xNHClx
mgsampel mlblangko
mlHCl −
Sedangkan kadar protein jagung titi dihitung dengan mengalikan jumlah N dengan 6.25 faktor konversi.
5. Kadar lemak
Labu lemak dikeringkan dalam oven dan kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. 5 gram sampel jagung titi dibungkus dengan kertas saring dan
kemudian ditutup dengan kapas bebas lemak. Kertas saring beserta isinya dimasukkan ke dalam ekstrasi soxhlet dan dipasang pada alat kondenser. Pelarut
heksan dituangkan ke dalam labu soxhlet secukupnya. Dilakukan refluks selama 6 jam sampai pelarut yang turun kembali menjadi bening.
Pelarut yang tersisa dalam labu lemak didestilasi dan kemudian labu dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C. Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan
didinginkan dalam desikator, kemudian labu beserta lemak ditimbang lalu dilakukan perhitungan kadar lemak dengan menggunakan persamaan berikut :
Kadar lemak = 100
x g
l Beratsampe
g Beratlemak
6. Kadar abu
Cawan porselein disiapkan, kemudian dikeringkan dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram di
39
dalam cawan, kemudian dibakar dalam ruang asam sampai tidak berasap lagi. Hasil pembakaran kemudian dimasukkan ke dalam tanur pengabuan. Proses pengabuan
dilakukan sampai didapat abu berwarna putih atau memiliki berat yang tetap. Proses pengabuan dilakukan selama 6 jam dengan suhu tanur 600ºC. Sampel beseta cawan
didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang, lalu dilakukan perhitungan kadar abu jagung titi dengan menggunakan persamaan berikut
Kadar abu = 100
x g
l Beratsampe
g Beratabu
7. Penentuan kadar karbohidrat
Kadar karbohidrat jagung titi dihitung secara by difference yaitu dengan mengurangi 100 kandungan gizi jagung titi dengan kadar air, kadar protein, kadar
lemak, dan kadar abu. Nilai kadar karbohidrat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Kadar karbohidrat =
. .
. .
100 abu
K lemak
K protein
K air
K BB
+ +
+ −
8. Total Kapang Fardiaz, 1987
Penghitungan total kapang dilakukan dengan menggunakan metode tuang pada media PDA Potato Dextrosa Agar yang ditambahkan asam tartarat 10. Sejumlah
1g sampel jagung titi dilarutkan dalam 9 ml larutan pengencer untuk mendapatkan larutan dengan tingkat pengenceran 10
-1
. Dari larutan dengan tingkat pengenceran 10
-1
dipipet sebanyak 1 ml untuk dimasukkan ke dalam tabung yang telah diisi dengan laruran garam fisiologis untuk memperoleh larutan dengan tingkat
pengenceran 10
-2
. Selanjutnya dari masing-masing tabung dipipet 1 ml sampel dan dituangkan ke dalam cawan petri steril. Ke dalam cawan-cawan petri tersebut
dituangkan 15 ml media APDA, lalu digoyang cawannya agar sampel jagung titi tercampur homogeny dengan media APDA. Bila media APDA telah membeku,
cawan-cawan disimpan dalam incubator bersuhu 37°C dan disimpan selama 48jam.
40
E. Bagan Alir Penelitian
Secara singkat, alur eksperimen penenentuan umur simpan jagung titi berdasarkan model sorpsi isotermi disajikan dalam bagan alir penelitian berikut ini.
Gambar 7. Bagan alir penelitian.
Penentuan karakteristik awal jagung titi
Penentuan KAK jagung titi
Pendugaan umur simpan jagung titi
Uji Ketetapan Model Isotermi Sorpsi dan
fraksi air terikat Kurva Isotermi
Sorpsi Air
Validasi umur simpan jagung titi
Penentuan kadar air kritis, permeabilitas kemasan, dan
luas kemasan Penentuan nilai slope
kurva isotermi sorpsi dan berat kering jagung titi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Awal Jagung Titi
Jagung titi merupakan produk pangan kering yang dibuat degan cara menyangrai jagung pipil selama 10 menit dalam wajan tanah liat, lalu dipipihkan dengan
menggunkan dua buah batu. Ciri khas jagung titi adalah bentuknya pipih menyerupai emping dengan ketebalan ±1mm dan diameter ±2cm, berwarna putih dengan permukaan
yang tidak rata, kering, agak renyah, mudah dipatahkan, dengan bau khas jagung titi atau baunya mendekati bau pop corn, dan bila dipatahkan penampang potongannya berwarna
putih dan padat tanpa rongga.
1. Kadar air jagung titi
Penentuan kadar air bahan pangan adalah langkah awal yang harus dilakukan dalam menentukan umur simpan. Dalam penelitian ini, penetuan kadar air awal jagung titi
dilakukan dengan analisis proksimat. Berdasarkan hasil analisis proksimat, kadar air awal jagung titi adalah 3.32bk. Kadar air jagung titi lebih rendah bila dibandingkan
dengan kadar air jagung kuning kering panen 24, dan jagung kering giling 72.4 Rukmana, 2005. Sholehuddin 2005, melaporkan bahwa kadar air snack mie jagung
dan mie instan jagung berturut-turut adalah 2.57 dan 5.89, sedangkan Limonu 2008 menyatakan bahwa kadar air jagung muda instan pulut 10, jagung muda instan motor
10.40, dan jagung instan manis adalah 8.18. Perbedaan kadar air antara jagung titi dengan jagung kering dan produk olahan jagung lainnya dikarenakan adanya perbedaan
proses pembuatan dan proses pengeringan yang berbeda. Bila jagung kuning kering panen diangin-anginkan dan dijemur setelah dipipil, maka mie insatan jagung
dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 60-70°C selama 1-2 jam. Snack mie jagung dikeringkan melalui proses penggorengan yang menggunakan minyak goreng
dengan suhu 160-180°C selama 25 detik. Jagung muda instan dibekukan lalu dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 65°C selama 6-7 jam. Sedangkan jagung titi