34
a. Penentuan kadar air kritis jagung titi
Uji organoleptik atau uji inderawi dilakukan untuk menentukan kadar air kritis jagung titi. Uji ini berupa uji pertahapan berjenjang partially
staggered design. Dimana sejumlah sampel jagung titi tanpa kemasan disimpan pada ruang terbuka dengan suhu ruangan ±30ºC dan kelembaban
relatif ruangan berkisar antara 87-94. Setiap 2 jam sekali sampel-sampel tersebut dibandingkan dengan sampel jagung titi yang dipertahankan
kesegarannya dengan cara disimpan dalam wadah kedap udara, lalu dilanjutkan dengan pengukuran kadar air dan pengujian tekstur jagung titi.
30 orang panelis tidak terlatih dengan latar belakang pendidikan dan profesi yang beragam diminta untuk membandingkan warna, aroma, rasa, dan tekstur
jagung titi tanpa kemasan dan jagung titi segar. Skor penilaian terhadap perbedaan kedua jenis jagung titi tersebut adalah sebagai berikut: skor 1,
sedikit ada tanda-tanda kerusakan; skor 2, sangat sedikit adanya tanda-tanda perbedaan antara sampel dengan standar; skor 3, tidak ada sedikitpun
perbedaan dengan standar yang masih segar atau sama sekali tidak terdapat adanya tanda-tanda kerusakan; Skor 2 digunakan untuk menentukan bahwa
sampel tersebut sudah pada kondisi kritis, dan telah mencapai kadar air kritisnya.
b. Penentuan permeabilitas kemasan
Dilakukan dengan menggunakan metode standar ASTM-E-96 American Society for Testing Materials. Prinsip dasar pengukuran permeabilitas
kemasan ini adalah menghitung berat air yang diserap kemasan yang diamati dalam waktu 1 hari 24 jam.
Sel logam metal cup dibersihkan dan dikeringkan dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Sel lalu diisi dengan
CaCl₂, lalu beratnya ditimbang kembali. 3 jenis kemasan jagung titi yaitu LDPE, PP, dan HDPE dipotong dengan ukuran 10×12, lalu dipasang dibagian
atas sel. Sel lalu diseal dengan lilin kedap air, lalu sel disimpan dalam desikator yang telah diberi larutan NaCl jenuh agar diperoleh RH lingkungan
penyimpanan 75. Desikator yang berisi sel disimpan dalam inkubator
35
bersuhu 25ºC±1 selama 24 jam. Setelah 24 jam penyimpanan, sel dikeluarkan dari desikator dan ditimbang beratnya, dan perubahan berat sel selama
penyimpanan dihitung sebagai berat air g H₂O yang diserap kemasan selama penyimpanan. Data berat air yang diperoleh akan digunakan untuk
menghitung permeabilitas kemasan dengan menggunakan persamaan berikut Labuza, 1982 :
Permeabilitas Kemasan k
g H₂O ketebalan hari area tekanan uap air
dimana x ketebalan mm
c. Penentuan nilai slope kurva sorpsi isotermi