Susunan tiga daerah fraksi air terikat

63 Gambar 22. Persamaan regresi fraksi air terikat tersier jagung titi pada suhu a 30 dan b 35°C dengan persamaan polynomial ordo 2.

4. Susunan tiga daerah fraksi air terikat

Berdasarkan perhitungan kapasitas air terikat dapat ditentukan tiga batas daerah fraksi air terikat. Tiga daerah air terikat memiliki peranan penting dalam menentukan stabilitas bahan pangan. Sebagaiman diungkapkan oleh Rockland dan Beuchat 1985 dari ketiga daerah kurva isotermi sorpsi, dapat ditentukan di mana daerah terjadinya berbagai reaksi kimia seperti reaksi pencoklatan, reaksi oksidasi, dan daerah pertumbuhan kapang, cendawan, dan bakteri. Batas tiga daerah fraksi air terikat, didasarkan pada nilai tertinggi dari masing- masing daerah yang meliputi fraksi sir terikat primer ATP yang dibatasi oleh Mp, y = 14.86x 2 + 0.436x + 8.357 5 10 15 20 25

0.2 0.4

0.6 0.8

1 KAKbk aw y = 20.55x 2 ‐ 9.964x + 11.34 5 10 15 20

0.2 0.4

0.6 0.8

1 KAKbk aw a b 64 fraksi air terikat sekunder ATS yang dibatasi oleh Ms, dan fraksi air terikat tersier ATT yang dibatasi oleh Mt. Dengan mengetahui kapasitas air terikat pada tiga daerah, maka dapat diperkirakan besarnya kadar air kritis yang berada di bawah fraksi air terikat sekunder secara adsorpsi dan stabilitas bahan pangan selama penyimpanan dapat diperkirakan. Dengan demikian kurva sorpsi isotermi mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkat keawetan produk pangan, baik yang dipengaruhi oleh aktivitas mokroorganisme, reaksi kimia, dan reaksi enzimatis. Tabel 6 menunjukkan batas susunan tiga daerah fraksi air terikat jagungh titi yang disimpan pada suhu 25, 30, dan 35°C. Dari tabel 6 terlihat bahwa daerah air terikat primer ATP jagung titi yang disimpan pada suhu 25, 30, dan 35°C berturut-turut dibatasi oleh Mp sebesar 5.47, 5.03, dan 3.35 yang berkeseimbangan dengan aw 0.23, 0.19, dan 0.12. Berdasarkan hasil perhitungan fraksi air terikat primer, fraksi air terikat sekunder, dan fraksi air terikat tersier yang telah dijabarkan di atas, terlihat bahwa ketiga fraksi air terikat pada jagung titi menunjukkan kecenderungan penurunan seiring dengan peningkatan suhu penyimpanan. Tabel 6. Batas-batas fraksi air terikat pada jagung titi yang disimpan pada suhu 25, 30, dan 35°C Batas fraksi suhu penyimpanan 25°C 30°C 35°C Primer Mp awp 5.47 5.03 3.35 0.23 0.19 0.12 Sekunder Ms 18.25 13.95 13.02 aws 0.53 0.41 0.41 Tersier Mt 26.45 23.65 21.93 awt 1 1 1 Bila nilai fraksi air terikat sekunder dimasukkan dalam persamaan regresi untuk fraksi air terikat sekunder, maka akan diperoleh nilai aw yang setara atau berkeseimbangan dengan nilai fraksi air terikat sekunder. 65 Gambar 23. Pembagian fraksi air terikat jagung titi yang disimpan Pada suhu a 25°C, b 30°C, dan c 35°C 5 10 15 20 25

0.2 0.4

0.6 0.8

1 KAKbk aw 5 10 15 20 25

0.2 0.4

0.6 0.8

1 KAKbk aw 5 10 15 20

0.2 0.4

0.6 0.8

1 KAKbk aw ATP ATS ATT ATP ATS ATT ATS ATT c b a 66 Dimana untuk nilai batas fraksi air terikat sekunder jagung titi yang disimpan pada suhu 25°C 18.25 berkeseimbangan dengan aw 0.53, untuk nilai fraksi air terikat sekunder jagung titi yang disimpan pada suhu 30°C 13.95bk berkeseimbangan dengan aw 0.41, dan nilai fraksi air terikat sekunder jagung titi yang disimpan pada suhu 35°C 13.02bk berkeseimbangan dengan aw 0.41. Dengan demikian, terlihat bahwa semakin rendah suhu penyimpanan, semakin tinggi nilai fraksi air terikat dan aw yang merupakan batas antara daerah fraksi air teikat. Gambar 23 menunjukkan fraksi air terikat primer jagung titi yang disimpan pada suhu 25°C lebih lebar dibanding fraksi air terikat primer jagung yang disimpan pada suhu yang lebih tinggi. Begitu juga batas fraksi air terikat sekunder dan tersier, menurun dengan adanya peningkatan suhu penyimpanan. Kondisi ini berhubungan erat dengan kadar air kritis jagung titi, karena daerah kritis penyimpanan jagung titi berada pada fraksi air terikat sekunder. Berdasarkan uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa kadar air monolayer dan multilayer jagung titi menurun bila suhu penyimpanan ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktural polimer-polimer strach jagung titi saat suhu meningkat. Khususnya daerah monolayer, derajat ikatan hidrogen dalam beberapa polimer berkurang saat terjadi peningkatan suhu penyimpanan, dengan demikian mengurangi bagian yang aktif untuk mengikat air Westgate et al., 1992.

E. Pendugaan Umur Simpan Jagung Titi