2. 1. Berat Badan Mencit Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Berat badan mencit pada masa sebelum trasnplantasi, mengalami perkembangan berat badan yang fluktuatif. Pada pengukuran hari ke-6 dan ke-9 rata-rata berat badan menurun, namun pada pengukuran berat badan hari ke-13 sampai hari ke-30 berat badan mecit mengalami peningkatan. Penurunan berat badan yang terjadi disebabkan karena pengaruh adaptasi mencit terhadap pakan yang diberikan, hal ini ditunjang oleh data delta berat badan yaitu selisih angka rata-rata berat badan mencit pada pengukuran hari ke-30 dikurangi rata-rata berat badan mencit pada pengukuran pertama, semua kelompok mencit percobaan mengalami kenaikan berat badan. Rata-rata delta berat badan mencit pada awal perlakuan kelompok A 1,30g, B 1,30g, C 1,80g, D 2,10g dan E 2,10g secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis sidik ragam terhadap delta pertumbuhan berat badan mencit pada masa sebelum transplantasi Lampiran 6 menujukkan hasil yang tidak beda nyata p = 0,697. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bubuk daun cincau hijau tidak memberikan pengaruh terhadap kenaikan berat badan mencit, hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan mencit melalui pengukuran berat badan yang diberi pakan dengan bubuk daun cincau hijau 0 yang merupakan kelompok kontrol mencit kelompok A dan B, maupun kelompok perlakuan yang meliputi 0,88 mencit kelompok C, 1,76 mencit kelompok D serta 2,64 mencit kelompok E semua mengalami peningkatan berat badan pada awal perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan dan kenaikan berat badan pada pertumbuhan mencit C3H pada awal perlakuan merupakan hal yang normal dan pada masa ini semua kelompok mencit belum dilakukan proses transplantasi sel kanker. Pertumbuhan mencit melalui pengukuran berat badan tersebut didukung dengan hasil perhitungan jumlah konsumsi pakan. Rata-rata jumlah pakan yang dikonsumsi mencit perlakuan kelompok C, D dan E secara berturut-turut adalah 1,77±0,21 g, 1,80±0,31 g dan 1,83±0,13 g dan mencit kontrol A dan B secara berurutan adalah 2,24±0,28 g dan 1,78±0,19 g Lampiran 7. Jumlah konsumsi pakan tidak berbeda nyata dengan prosentasi bubuk daun cincau hijau yang meningkat. Hasil uji sidik ragam terhadap jumlah konsumsi pakan pada masa sebelum transplantasi tidak beda nyata antara kelompok kontrol B dengan kelompok perlakuan C,D dan E. Pada kelompok A konsumsi pakan paling besar yaitu sebesar 2,24±0,28 g Lampiran 8 dibanding kelompok lainnya namun jika diuji lebih lanjut menggunakan uji korelasi Pearson antara delta kenaikan berat badan mencit pada masa sebelum transplantasi dan rata-rata konsumsi pakan masa sebelum transplantasi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,386 Lampiran 9. Hal ini menegaskan bahwa bubuk daun cincau yang ditambahkan pada kelompok uji C, D dan E tidak mempengaruhi konsumsi pakan mencit kelompok tersebut, karena tidak beda nyata dengan kelompok B dan A yang diberi pakan standar tanpa penamhan bubuk daun cincau hijau. Pada hari ke-31 dilakukan proses transplantasi sel kanker dari mencit donor kepada mencit kelompok perlakuan C,D dan E dan kontrol positif B, pada masa ini tetap dilakukan monitoring perkembangan berat badan dua kali dalam satu minggu. Berat badan mencit secara umum mengalami peningkatan pada masa setelah transplantasi sel kanker Lampiran 10 karena pada masa ini terjadi pertumbuhan jaringan kanker. Pengukuran berat badan berarti melakukan pengukuran berat badan mencit ditambah dengan berat jaringan kanker. Hal ini didukung dengan pernyataan Chalid 2003, yang menyatakan bahwa pertambahan berat badan mencit diduga ditunjang oleh pertumbuhan jaringan kanker yang juga membesar. Rata-rata berat badan mencit pada pengukuran pada hari ke-31, yaitu hari pertama setelah proses transplantasi meliputi mencit kelompok A sebesar 22,7+1,4 g , B 21,2+0,5g, C 22,5+0,5 g, D 22,0+0,4g dan E 18,4+1,3g pada akhir perlakuan ini, sedangkan rata-rata delta berat badan mencit meliputi mencit kelompok A 3,3 g, B 1,2g, C 1,3g, D -1,3 g dan E 2,5 g. Tanda negatif pada nilai rata-rata delta menunjukkan terjadinya penurunan berat badan, sedangkan tanda positif pada nilai rata-rata delta menunjukkan terjadinya peningkatan berat badan. Hasil uji sidik ragam pertumbuhan berat badan setelah transplantasi secara detil dapat dilihat pada Lampiran 11. Mencit kelompok D memiliki berat badan yang tidak berbeda nyata baik dengan kelompok kontrol negatif A, kelompok kontrol positif B. Rata-rata berat badan mencit kelompok kontrol negatif A, dan kelompok kontrol positif B dan kelompok perlakuan D 1,76 secara berturut-turut adalah 22,731±1,40g, 22,220±0,50g dan 22,037±0,40g. Pertumbuhan berat badan pada kelompok E adalah yang paling kecil yaitu sebesar 18,429±1,3 g, dan berbeda nyata dengan keempat kelompok lainnya Meskipun demikian jika dilihat dari perkembangan berat badan mencit percobaan, dihitung dari delta kenaikan berat badan mencit pada masa setelah transplantasi yaitu dengan cara menghitung selisih kenaikan berat badan mencit pada akhir perlakuan dengan berat badan pada hari pertama setelah dilakukan transplantasi, pada mencit kelompok D 1,76 mengalami penurunan berat badan sebesar 1,3 g sedangkan mencit kelompok lainnya mengalami kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan yang paling besar terjadi pada kelompok kontrol negatif A yaitu sebesar 3,3 g. Kenaikan berat badan pada kelompok kontrol negatif ini didukung dengan data konsumsi pakan pada kelompok A setelah perlakuan sebesar 2,45±0,58 g merupakan rata-rata konsumsi pakan mencit yang paling besar. Analisis sidik ragam dari rata-rata delta berat badan mencit baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0,05 tersaji pada Lampiran 12. Konsumsi pakan mencit pada masa setelah transplantasi secara detil dapat dilihat pada Lampiran 13. Rata-rata jumlah konsumsi pakan mencit kelompok kontrol negatif A dan kontrol positif B berturut-turut adalah 2,45±0,58 g dan 1,66±0,25 g. Rata-rata jumlah konsumsi pakan pada mencit kelompok perlakuan C, D dan E tidak berbeda nyata pada akhir perlakuan Lampiran 14. Rata-rata jumlah pakan yang dikonsumsi mencit kelompok C, D dan E secara berturut-turut adalah 1,91±0,05 g, 1,83±0,23 g dan 1,91±0,21 g. Jumlah konsumsi pakan tidak berbeda nyata dengan prosentase bubuk daun cincau hijau semakin meningkat. Konsumsi pakan kelompok kontrol negatif A berbeda nyata dengan konsumsi pakan kontrol positif B hal ini disebabkan karena pada masa ini kelompok B sudah diberikan perlakuan transplantasi sedangkan kelompok A tidak. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan konsumsi pakannya, walaupun pada kedua kelompok tersebut sama-sama tidak diberikan bubuk daun cincau hijau pada pakannya 0. Hasil tersebut menunjukkan bahwa transplantasi sel kanker memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi pakan dan pertumbuhan mencit setelah transplantasi sel kanker. Hal ini ditunjang oleh hasil uji korelasi antara delta berat badan akhir dan konsumsi pakan setelah transplantasi Lampiran 15 yang menunjukkan nilai p-value sebesar 0,023. Terdapat korelasi positif dan signifikan antara delta berat badan setelah transplantasi dan konsumsi pakan akhir. Perbedaan delta berat badan mencit pada masa setelah transplantasi ini kemungkinan disebabkan oleh interaksi antara metabolit sekunder yang terkandung dalam cincau hijau dengan sel kanker yang di transplantasikan pada mencit. Menurut Nahrstedt dan Butterweck 1997 kandungan metabolit sekunder dari tumbuhan sangat bervariasi dalam jenis dan jumlahnya tergantung dari lingkungan sekitar dimana tumbuhan itu hidup. Hasil uji fitokimia terhadap bubuk daun cincau hijau dilakukan oleh Aryudhani 2011 yang menyatakan bahwa pada bubuk daun cincau hijau P.oblongifolia Merr. memiliki hasil uji positif pada alkaliod, saponin, fenol hidrokuinon, molisch, benedict dan tanin.

4. 2. 2. Masa Laten

Masa laten adalah waktu pertumbuhan kanker dari awal transplantasi sampai jaringan kanker dapat diraba dengan menggunakan kepekaan tangan Liebelt Liebelt 1967. Masa laten bisa berbeda-beda pada setiap individu. Masa laten yang terdeteksi pada penelitian ini merupakan rata-rata dari waktu pertama kali terasa munculnya benjolan jaringan kanker pada mencit dalam hitungan hari. Perabaan untuk mengetahui munculnya benjolan tersebut mulai dilakukan pada hari pertama setelah transplantasi sampai jaringan kenker dapat diraba. Masa laten jaringan kanker pada penelitian ini Lampiran 18, sedangkan hasil Analisis sidik ragam terhadap masa laten jaringan kanker pada semua kelompok mencit tersaji pada Lampiran 19, hasil uji sidik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0,05, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Chalid 2003. Masa laten pada kelompok B kontrol positif adalah 4,6 hari. Jaringan kanker pada mencit dengan bubuk cincau hijau 0,88 C memiliki masa laten 5,4 hari, jaringan kanker pada mencit dengan bubuk cincau hijau 1,76 D memiliki masa laten 4 hari, dan jaringan kanker pada kelompok mencit dengan bubuk cincau hijau 2,64 E memiliki masa laten 4,8 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa walaupun secara uji statistik tidak beda nyata namun, secara umum bubuk daun cincau hijau P. oblongifolia Merr. yang diberikan pada mencit memiliki kemampuan menghambat munculnya pertumbuhan jaringan kanker pada mencit. Mencit kelompok C 0,88 dan E 2,64 memiliki masa laten yang lebih lama dari pada mencit kelompok kontrol positif B, secara berturut-turut masa laten nya adalah 5,4 hari, 4,8 hari dan 4,6 hari.

4. 2. 3. Volume Jaringan Kanker

Pertumbuhan jaringan kanker secara umum cenderung naik, kecuali pada mencit kelompok E yang mengalami penurunan. Peningkatan pertumbuhan jaringan kanker secara jelas terlihat pada mencit kelompok B Gambar 10. Rata- rata volume jaringan kanker secara berturut-turut dari mencit B, C, D, dan E adalah 0,55±0,69 cm 3 , 0,21±0,11 cm 3 , 0,15±0,08 cm 3 dan 0,20±0,06 cm 3 Lampiran 20. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawati 2003, bahwa mencit yang telah mengkonsumsi cincau tetap mengalami pertumbuhan pada jaringan kankernya karena interaksi sel kanker di dalam tubuh sangat kompleks. Grafik ukuran volume jaringan kanker disajikan pada Gambar 10. = kel kontrol positif = kel 0,88 = kel 1,76 = kel 2,64 Gambar 10. Grafik ukuran volume jaringan kanker menvit C3H yang diberi bubuk daun cincau hijau. 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 34 37 41 44 48 52 V ol um e j ar ingan k ank er c m 3 Hari ke- B C D E Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada pertumbuhan jaringan kanker antara mencit kelompok B dan mencit kelompok perlakuan lain C, D dan E. Volume jaringan kanker mencit B meningkat secara signifikan pada 11 hari setelah tranplantasi sel kanker. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pranoto 2003, bahwa sel kanker yang ditransplantasikan dari mencit donor sudah berada dalam tahap propagasi atau mungkin metastasis. Pada tahap tersebut sel kanker bisa beredar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah maupun limfatik sehingga sulit untuk dicegah. Walaupun hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pertambahan volume jaringan kanker pada mencit kontrol B dan perlakuan C, D dan E tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 21, namun jika dilihat dari data pengukuran volume jaringan kanker Lampiran 20 terlihat bahwa kelompok B memiliki volume jaringan kanker dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan C, D dan E. Ukuran volume jaringan kanker pada penelitian ini menunjukkan adanya kemungkinan pengaruh konsumsi bubuk daun cincau hijau dalam menghambat pertambahan volume jaringan kanker pada mencit perlakuan, sehingga diduga bubuk daun cincau hijau mengandung senyawa atau komponen yang mampu mengganggu pertumbuhan jaringan kanker yang dapat menghambat pertambahan volume jaringan kanker. Sejalan dengan Chalid 2003 yang menyatakan bahwa pemberian cincau hijau pada pakan mampu menekan pertumbuhan jaringan kanker. Selain itu Pranoto 2003 melaporkan bahwa cincau hijau mampu meningkatkan jumlah limfosit T dan B serta memiliki daya sitotoksik yang baik. Komponen atau senyawa kimia seperti antioksidan, termasuk senyawa fitokimia pada tanaman, menunjukkan kemampuan selektif dalam hal membunuh sel kanker dengan cara apoptosis, serta mengambat angiogenesis tumor dan metastasis Borek 2004. Alkaloid yang terdapat pada tomat, baik hijau maupun merah, menunjukkan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Ekstrak tomat hijau aktif melawan semua galur sel kanker dan lebih mampu menghambat sel kanker dibandingkan tomat merah. Komponen alkaloid yang diduga bertanggung jawab dalam efek antikarsinogenik adalah glikoalkaloid, yang memiliki mekanisme antikanker berbeda dengan likopen pada tomat