Latar Belakang The Influence of Green Cincau Leaf Powder on Cancer Tissue Histopatology and Expression of Proapototic and Antiapoptotic Proteins on Adenocarcinoma Mammae in C3H Mice

konsumsi pangan dengan status kesehatan. Selain itu beberapa penelitain memperlihatkan pencegahan kanker dapat dilakukan dengan cara mengontrol diet. Namun hubungan antara diet dengan kanker masih banyak diperdebatkan, ada yang melaporkan diet mempunyai efek preventif, imunomodulator atau sitotoksik. Upaya pencegahan kanker melalui konsumsi sayuran dan buah merupakan cara yang aman karena tanaman mengandung senyawa kimia yang memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Komponen bioaktif pada tumbuhan memiliki aktivitas antioksidan , anti-inflamasi, antibakteri, imunomodulator, dan aktivitas lainnya. Beberapa jenis tanaman yang memiliki aktivitas antikanker adalah kunyit Curcuma longa James Muhtar 2007, mengkudu Morinda citrifolia L Winarti dan Nurdjanah 2005, kedelai Farina et al. 2006, pinang Areca catechu L Meiyanto et al. 2008, brokoli Brassica oleracea Brandi et al. 2004, teh hijau Camellia sinensis Nugroho 2009 dan cincau hijau Cyclea barbata L Miers dan Premna oblingifolia Merr Chalid 2003, Pranoto 2003. Cincau hijau merupakan salah satu minuman yang umum dikonsumsi sebagai minuman segar, dan secara tradisional diyakini memiliki khasiat untuk penyakit panas dalam dan penurun demam. Beberapa penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan cincau hijau dapat meningkatkan jumlah limfosit Setiawati 2003, ekstrak batang dan daun cincau hijau dapat meningkatkan sistim imun dengan meningkatnya proliferasi sel limfosit manusia secara in vitro Koessitoresmi 2002, menurunkan kadar sitokrom P-420 dan meningkatkan enzim S-transferase Nugraheni 2003, mengandung betakaroten dan memiliki aktivitas antioksidan Jacobus 2003, tidak toksik bagi tubuh Arisudana 2003, bioaviabilitas klorofil pada tikus sparague daeley SD Hendriyani 2003, bioaviabilitas flavonoid pada tikus SD Raharjo 2004 dan bersifat antikanker Pranoto 2003, Chalid 2003. Sifat antikanker cincau hijau telah diteliti secara in vitro pada galur sel kanker K-562 dan Hela di mana ekstrak cincau hijau memiliki efek toksik dan menghambat proliferasi sel kanker Ananta 2000. Chalid 2003 menguji aktivitas antikanker cincau hijau Cyclea barbata L.Miers dan P.oblingifolia Merr. pada mencit C3H, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bubuk gel daun cincau hijau yang ditambahkan pada pakan mampu menghambat pertumbuhan volume jaringan kanker payudara. Daun cincau hijau Cyclea barbata L.Miers memiliki kandungan zat utama turunan alkaloid seperti limasin, thalrugosin, homoaromlin, tetrandin, cycleapeltin Saxena et al. 2003. Sedangkan sifat antikanker cincau hijau P.oblingifolia Merr. karena mengandung bioaktif alkaloid, fenol dan tanin Aryudhani 2011.

1.2. Rumusan Masalah

Dari penelitian terdahulu yang menunjukkan bubuk daun cincau hijau P.oblongifolie Merr dan Cyclea barbata L Miers dapat menghambat pertumbuhan adenocarsinoma mammae mencit C3H, maka pada penelitian ini ingin diketahui apakah pemberian bubuk daun cincau hijau P.oblogifolia Merr dapat menghambat proliferasi dan meningkatkan apoptosis pada adenocarsinoma mammae mencit C3H ?

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang disajikan pada penelitian ini adalah : 1 bubuk daun cincau hijau P.oblingifolia Merr. memicu apoptosis pada sel kanker dengan peningkatan ekspresi JNK 12 dan kaspase-7 pada adenocarsinoma mammae mencit C3H. 2 bubuk daun cincau hijau P.oblingifolia Merr. menghambat proliferasi pada sel kanker dengan penurunan ekspresi ERK 12 dan COX-2 pada adenocarsinoma mammae mencit C3H.

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme antikanker cincau hijau melalui induksi apoptosis dan penghambatan proliferasi dengan cara : 1 analisis profil jaringan kanker berdasarkan pewarnaan HE hematoksilin-eosin. 2 analisis ekspresi enzim kaspase-7 dan protein kinase JNK 12 sebagai penanda proapoptosis sel kanker dengan metode analisa imunohistokimia IHK. 3 analisis ekspresi protein kinase ERK-12 dan enzim COX-2 sebagai penanda antiapoptosis sel kanker dengan metode analisa imunohistokimia IHK.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Pangan Antikanker

Fungsi pangan yang utama bagi manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh sesuai dengan jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, dan berat badan. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat, maka tuntutan konsumen terhadap bahan pangan adalah untuk memperoleh tingkat kesehatan dan kebugaran yang optimal. Bahan pangan yang banyak diminati, selain memiliki komposisi gizi yang baik, serta penampakan dan citarasa yang menarik, juga harus memiliki fungsi fisiologis bagi tubuh, seperti menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol dan menurunkan kadar gula darah. Hal ini dinyatakan oleh Golberg 1994 bahwa pemilihan bahan pangan bertumpu pada kandungan gizi, kelezatan, serta pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh. Bahan pangan yang dapat menyembuhkan atau menghilangkan efek negatif dari suatu penyakit dikenal dengan pangan fungsional. Kandungan gizi dan non gizi pada pangan fungsional memiliki khasiat untuk kesehatan dan kebugaran tubuh atau sebagai pencegah penyakit termasuk kanker. Makanan yang tidak sehat dengan kandungan gizi tidak seimbang dapat memicu timbulnya penyakit. Makanan dengan lemak tinggi, minuman beralkohol, daging merah, makanan yang dibakar, serta makanan yang mengandung zat karsinogen dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker Wijayakusuma 2005. Anan et al. 2008 menyatakan pangan yang dikonsumsi memiliki andil pada kejadian kanker sebesar 30-35. Sebagai contoh, konsumsi daging merah meningkatkan kejadian kanker saluran cerna, prostat, empedu dan payudara. Begitu juga dengan bahan tambahan pangan seperti nitrat dan nitrit pada daging olahan merupakan karsinogen kuat. Konsumi pangan berbasis tanaman dapat mencegah penyakit, menurut WHO 2008 konsumsi buah dan sayur minimal 400 grhari atau lima kali penyajian dapat mencegah penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes dan kanker. Keberadaan komponen bioaktif yang terdapat dalam sayuran diduga berhubungan dengan induksi enzim detoksifikasi, penghambatan proses