Daya kilap lapisan film sangat dipengaruhi oleh kondisi permukaan. Menurut Swern 1979, kemampuan pemantulan cahaya oleh permukaan
film sangat tergantung pada kehalusan permukaannya. Semakin halus permukaan film maka daya kilap yang dihasilkan semakin tinggi.
Kemampuan resin dalam menghasilkan permukaan film yang halus sangat dipengaruhi oleh kadar padatannya. Aplikasi resin menjadi lapisan film
dilakukan setelah resin diformulasi dengan bahan pengering, yang kemudian diencerkan dengan pelarut. Pengenceran resin sama untuk seluruh perlakuan
yaitu sampai viskositas mencapai ± 40 mPa.s sehingga kadar padatan resin dalam formulasi tersebut relatif sama. Berdasarkan hal tersebut, pengaruh
perlakuan yang tidak nyata terhadap daya kilap film diduga akibat kadar padatan resin yang relatif sama untuk seluruh perlakuan.
c. Kekerasan Film
Kekerasan merupakan ukuran ketahanan film terhadap lekukan permukaan, gesekan, dan goresan. Sifat mekanis ini sangat penting bagi
vernis karena dengan fungsi sebagai topcoat, kekerasan yang tinggi sangat diperlukan untuk mempertahankan film dari keausan akibat gesekan dan
goresan. Menurut Marino 2003, kekerasan sangat diperlukan baik pada vernis yang digunakan untuk pemakaian di dalam interior maupun untuk
pemakaian di luar eksterior. Uji kualitatif kekerasan lapisan film resin dilakukan dengan metode
pencil hardness . Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa seluruh
perlakuan yang diuji memiliki kekerasan film pada kelompok pensil H Lampiran 10. Perlakuan nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL
0,8 : 1 dan 0,9 : 1 pada pH 3–4 dapat menghasilkan kekerasan lapisan film yang lebih baik.
Secara umum, polimer yang tersusun dari monomer aromatik termasuk resin fenolik memiliki sifat film yang keras, tahan terhadap bahan kimia,
pelarut, dan tahan terhadap suhu tinggi Cowd 1991. Namun demikian, sifat mekanis kekerasan polimer yang optimal diperoleh dari kombinasi antara
bobot molekul dan struktur kimianya Steven 1989. Struktur kimia yang
berpengaruh terhadap sifat mekanis polimer antara lain panjang rantai, percabangan, ikatan silang, dan gaya ikatan sekuder Mythili et al. 2004.
Gambar 17, memperlihatkan adanya kecenderungan meningkatnya kekerasan lapisan film resin sejalan dengan semakin tingginya nisbah mol
formaldehida dengan distilat CNSL. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya panjang rantai dan bobot molekul resin yang terbentuk.
Menurut Steven 1989, polimer yang memiliki bobot molekul tinggi umumnya memiliki sifat mekanis yang lebih kuat. Nisbah mol formaldehida
terhadap distilat CNSL yang rendah 0,7 : 1 menghasilkan kekerasan lapisan film yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul resin yang
berupa polimer pendek dengan bobot molekul yang lebih rendah.
Resin yang dihasilkan dari pH 2 memiliki kekerasan lapisan film yang lebih rendah dibandingkan dengan resin dari pH 3–4 Gambar 17. Hal ini
diduga disebabkan oleh struktur kimia resin yang memiliki percabangan rantai, yang terbentuknya melalui polimerisasi pada ikatan rangkap rantai
karbon samping kardanol. Percabangan rantai tersebut akan menyebabkan jarak antara molekul resin menjadi berjauhan, dan polimerisasi oksidatif pada
ikatan rangkap kardanol selama proses pengeringan film hanya terjadi pada rantai polimer yang berdekatan rantai cabang. Akibatnya ikatan silang antara
molekul resin yang terbentuk lebih sedikit dan kerapatan ikatan silang menjadi
1 2
3 4
5
0,7 : 1 0,8 : 1
0,9 : 1
Gambar 17 Pengaruh nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL dan pH reaksi terhadap kekerasan lapisan film resin
pH 2 pH 3
pH 4
1H 2H
3H 4H
5H
K ek
er as
an f il
m
Nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL
berkurang. Kerapatan ikatan silang crosslink density yang rendah menyebabkan kekerasan film yang dihasilkan kurang baik karena ikatan antara
molekul resin kurang kuat. Sebaliknya pada pH reaksi yang lebih tinggi pH 3–4, diduga molekul resin tidak memiliki percabangan rantai sehingga jarak
antara molekul resin lebih dekat. Kerapatan ikatan silang yang terjadi antara molekul resin akan lebih tinggi sehingga menghasilkan ikatan yang lebih kuat.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa kekerasan film yang dihasilkan dari pH 3–4 lebih tinggi.
Gambar 17, memperlihatkan bahwa tidak selamanya resin yang memiliki bobot molekul yang tinggi dapat menghasilkan lapisan film dengan
kekerasan yang baik. Hal ini dapat dilihat pada resin yang dihasilkan dari nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL 0,9 : 1 pada pH 2. Hasil ini
menunjukkan bahwa struktur kimia resin memiliki peranan penting dalam menentukan kekerasan film resin yang dihasilkan.
d. Daya Lentur Film