Karakteristik Vernis Formulasi Vernis 1. Karakteristik Minyak Pengering

Tabel 10 Karakteristik minyak pengering linseed oil yang digunakan sebagai bahan penelitian Linseed oil raw Karakteristik Bahan penelitian Sumber ‡ Standar ASTM ‡‡ Bobot jenis 20 º C 0,9396 0,931–0,936 0,926–0,931 Indeks bias 25 º C 1,4835 1,480–1,484 – Bilangan asam 3,52 1–3 max. 4,0 Bilangan penyabunan 194,22 190–195 189,0–195,0 Bilangan iod 175,10 175–185 min. 177 Viskositas 30 º C, mPa.s - Sebelum pemanasan 103,13 – – - Setelah pemanasan suhu 260º C; 0,5 jam 450,28 – – ‡ Morgan 1990; ‡‡ ASTM D234–82 Modifikasi minyak pengering bertujuan meningkatkan viskositas dan bobot molekulnya untuk memperbaiki sifat pengeringan. Modifikasi minyak pengering linseed oil dilakukan dengan pemanasan pada suhu 260 º C selama 0,5 jam. Viskositas minyak pengering meningkat dari 103,13 menjadi 450,28 mPa.s setelah modifikasi linseed stands oil Tabel 10. Menurut Pilernand et al . 2003, linseed stands oil memiliki sifat mengering yang masih relatif lambat. Polimerisasi lanjutan minyak pengering untuk memperbaiki sifat pengeringan akan terjadi selama pencampuran dengan resin.

2. Karakteristik Vernis

Pencampuran resin dengan minyak pengering cenderung menurunkan kadar bahan menguap vernis. Namun demikian, hasil analisis keragaman pada Lampiran 19 memperlihatkan bahwa pencampuran minyak pengering tersebut tidak nyata pengaruhnya terhadap kadar bahan menguap vernis. Kadar bahan menguap vernis berkisar antara 59,4–60,8 dengan rata-rata 60,1 , dan memenuhi standar mutu vernis yaitu maksimum 65 Tabel 11. Kadar bahan menguap yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rendahnya daya tutup dan kilap film vernis. Komponen vernis yang memiliki kontribusi terbesar terhadap bahan menguap adalah pelarut pengencer. Penambahan pelarut dalam vernis bertujuan mengurangi viskositas agar aplikasi mudah dilakukan. Tabel 11 Pengaruh pencampuran resin fenolik dari distilat CNSL dengan minyak pengering linseed oil terhadap karakteristik vernis Karakteristik vernis Perlakuan Kadar bahan menguap ‡‡ Bobot jenis pada 28 – 30º C gml ‡‡ Perbandingan resin dengan minyak pengering bv 1 : 0 1 : 0,5 1 : 1 1 : 1,5 60,2 a 60,8 a 59,9 a 59,4 a 0,890 a 0,892 a 0,899 a 0,895 a Vernis Komersial K 1 K 2 59,7 51,9 0,874 0,886 SNI vernis ‡ No. 06–1009–1989 Tipe A Tipe B maks. 65 maks. 65 min. 0,880 min. 0,880 ‡ Tipe A : vernis untuk pemakaian di luar dan di dalam; dan Tipe B : vernis untuk pemakaian di dalam ‡‡ Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan Pencampuran resin dengan minyak pengering cenderung meningkatkan bobot jenis vernis. Namun demikian, hasil analisis keragaman pada Lampiran 19 memperlihatkan bahwa pencampuran minyak pengering tersebut tidak nyata pengaruhnya terhadap bobot jenis vernis. Bobot jenis vernis berkisar 0,890–0,899 dengan rata-rata 0,894 , dan memenuhi standar mutu vernis yaitu minimum 0,880 Tabel 11. Komponen vernis yang memiliki kontribusi terbesar terhadap peningkatan bobot jenis vernis yaitu resin dan minyak pengering. Pelarut pengencer memiliki bobot jenis yang lebih rendah sehingga penambahan pelarut cenderung menurunkan bobot jenis vernis.

3. Sifat Film Vernis a. Waktu Kering