Kadar Padatan Resin Pembuatan Resin Fenolik dari Distilat CNSL 1. Waktu Reaksi Metilolasi

yang memiliki cukup energi kinetik untuk mengatasi energi aktivasi. Menurunnya energi aktivasi pada pH rendah kemungkinan dipengaruhi oleh konsentrasi ion H + dalam medium reaksi. Interaksi perlakuan nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL dan pH reaksi memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu reaksi metilolasi á = 0,05 L ampiran 6. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa waktu reaksi metilolasi paling cepat diperoleh pada perlakuan nisbah mol 0,7 : 1 dengan pH 2, sedangkan yang paling lambat pada perlakuan nisbah mol 0,9 : 1 dengan pH 4. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa pada penggunaan nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL dan pH reaksi yang masing-masing rendah maka waktu reaksi metilolasi akan berlangsung lebih cepat.

2. Kadar Padatan Resin

Kontribusi terbesar bahan berupa padatan bahan tidak menguap dalam vernis diperoleh dari resin. Kadar padatan dalam vernis selain berpengaruh pada viskositas, juga sangat berpengaruh pada kemampuan daya tutup dan kilap film vernis. Persyaratan kadar bahan menguap dalam standar mutu vernis maksimum 65 SNI No. 06–1009–1989, sehingga kadar padatannya minimum 35. Kadar padatan dalam vernis dapat diatur sesuai keinginan dengan menambahkan atau mengurangi jumlah pelarut. Kadar padatan resin yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 87,55–96,58 dengan rata-rata 92,68 Lampiran 7. Kadar padatan yang tinggi dalam resin dapat memberikan keuntungan karena produk vernis yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan resin yang memiliki kadar padatan rendah. Namun demikian, kadar padatan resin yang terlalu tinggi menyebabkan resin terlalu kental yang akan mempersulit penanganan resin. Hasil analisis keragaman Lampiran 7 menunjukkan bahwa perlakuan nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar padatan resin á = 0,05. K adar padatan resin semakin meningkat dengan semakin tingginya nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL Gambar 14. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa peningkatan kadar padatan resin tersebut nyata perbedaannya pada ketiga perlakuan nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL yang digunakan, dengan kadar padatan resin tertinggi diperoleh pada perlakuan nisbah mol 0,9 : 1 sedangkan yang terendah pada perlakuan 0,7 : 1. Formaldehida merupakan pereaksi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan ikatan metilen untuk menghasilkan resin fenolik. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah formaldehida dalam setiap nisbah mol yang digunakan maka derajat polimerisasi resin yang dihasilkan semakin meningkat. Meningkatnya derajat polimerisasi resin akan meningkatkan kadar padatan, karena komponen terpolimerisasi ini akan menjadi bahan tidak menguap dalam resin. Molekul resin yang terbentuk pada nisbah mol yang tinggi akan memiliki rantai lebih panjang dan bobot molekul yang lebih tinggi. Menurut Pizzi 1983, resin novolak merupakan polimer linier dengan derajat polimerisasi antara 2–10 cincin aromatik tergantung nisbah mol formaldehida dengan fenol. Dalam resin fenol formaldehida, meningkatnya nisbah mol formaldehida dengan fenol dari 0,2 : 1 sampai 0,9 : 1 akan meningkatkan bobot molekul dari 250 sampai 1000 Steven 2001. Hasil analisis keragaman Lampiran 7 menunjukkan bahwa pH reaksi memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar padatan resin á = 0,05. Kadar padatan resin semakin meningkat dengan semakin rendahnya pH reaksi Gambar 14. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa peningkatan kadar 80 85 90 95 100 0,7 : 1 0,8 : 1 0,9 : 1 Nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL K ad ar p ad at an r es in pH 2 pH 3 pH 4 Gambar 14 Pengaruh nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL dan pH reaksi terhadap kadar padatan resin padatan resin tersebut nyata perbedaannya pada ketiga perlakuan pH yang digunakan, dengan kadar padatan resin tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan pH 2 sedangkan yang terendah pada pH 4. Kadar padatan resin yang dihasilkan dari pH 2 terlalu tinggi. Kondisi tersebut tidak dikehendaki karena resin terlalu kental yang mempersulit penanganan resin. Mekanisme pembentukan resin dari distilat CNSL berbeda tergantung pH reaksi yang digunakan. Seperti telah dijelaskan terdahulu, reaksi polimerisasi pada pH yang rendah pH 2 tidak hanya melibatkan polimerisasi kondensasi melalui pembentukan ikatan metilen tetapi juga polimerisasi melalui ikatan rangkap pada rantai karbon samping kardanol. Hal ini menyebabkan struktur kimia resin menjadi semakin kompleks dan bobot molekul semakin meningkat yang akan meningkatkan kadar padatannya. Adanya polimerisasi melalui rantai samping kardanol pada pH 2 semakin nyata ditunjukkan pada Gambar 14, dimana kadar padatan resin yang dihasilkan dari nisbah mol yang rendah 0,7 : 1 dan 0,8 : 1 tidak jauh berbeda dengan kadar padatan resin dari nisbah mol 0,9 : 1. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua kardanol bereaksi membentuk molekul resin, walaupun pada nisbah mol yang rendah ketersediaan formaldehida sebagai pembentuk ikatan metilen lebih sedikit. Interaksi antara perlakuan nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL dan pH reaksi memberikan pengaruh nyata terhadap kadar padatan resin á = 0,05 L ampiran 7. Gambar 14, memperlihatkan bahwa dengan meningkatkan pH reaksi untuk seluruh nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL maka kadar padatan resin dapat diturunkan.

3. Sifat Film Resin a. Waktu Kering