Vernis medium oil merupakan vernis yang dapat digunakan untuk berbagai kegunaan general purpose. Menurut Marino 2003, vernis untuk pemakaian
di luar ekterior paling baik menggunakan formulasi long oil karena pengaruh dari minyak pengering yang memberikan kelenturan dan ketahanan terhadap
cuaca. Vernis eksterior harus memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca, sehingga unsur-unsur dalam vernis harus dapat bertahan terhadap kegagalan
karena keretakan, pengelupasan, timbulnya noda bintik-bintik, penguningan, dan kehilangan kilap.
Standar mutu vernis telah disusun oleh Badan Standardisasi Nasional BSN. Standar mutu untuk vernis kayu SNI No. 06–1009–1989
disajikan pada Tabel 4. Standar mutu vernis tersebut mengklasifikasikan dua jenis vernis berdasarkan penggunaannya yaitu : 1 vernis untuk
pemakaian di luar dan di dalam tipe A, dan 2 vernis untuk pemakaian di dalam tipe B.
Tabel 4 Standar mutu vernis SNI No. 06–1009–1989 Persyaratan
Syarat Mutu Tipe A
Tipe B Kadar bahan menguap , maks.
65 65
Bobot jenis pada 28-30 °C gml, min. 0,88
0,88 Waktu kering pada 28-30 °C jam, maks.
- Kering semu - Kering keras
3 6
3 6
Titik nyala °C , min. 23
23 Kekentalan pada 28-30 °C cps, min.
40 40
Kilap setelah 20 hari, dilakukan pengukuran di luar , min.
50 18
BSN 1989
E. Mekanisme Pengeringan Vernis Tipe Air Drying
Proses pengeringan vernis tipe air drying disebabkan oleh penguapan pelarut yang diikuti oleh polimerisasi oksidatif minyak pengeringresin.
Sejumlah reaksi kimia yang berlainan tercakup di dalam polimerisasi oksidatif polimerisasi yang bergantung pada hadirnya oksigen atmosferik seperti
disajikan pada Gambar 6.
Tahap awal adalah periode induksi, dimana minyak pengering setelah dioleskan dan membentuk suatu lapisan tipis dan dihadapkan ke udara tidak
ada perubahan yang berarti. Pada periode ini, reaksi yang terjadi belum terdeteksi dan tidak terjadi perubahan sifat fisik dan kimia minyak Swern
1979; Ketaren 1986. Minyak pengering tetap basah dan viskositasnya rendah. Selama periode induksi film basah mulai menyerap oksigen yang terdapat di
dalam minyak pengering dan teroksidasi Swern 1979. Periode induksi sangat bervariasi tergantung pada jenis minyak pengering, kondisi
pengeringan, dan kandungan bahan pengering.
Oksigen memasuki film basah karena adanya ikatan tidak jenuh pada minyak dan membentuk peroksidahidroperoksida. Selama pembentukan
peroksida dan hidroperoksida terjadi sedikit polimerisasi dan pertambahan viskositas Gambar 6. Pada tahapan ini diyakini banyaknya terjadi pergeseran
ikatan rangkap dari posisi tak terkonyugasi menjadi posisi terkonyugasi yang dapat mempercepat proses pengeringan Swern 1979; Pilernand et al. 2003.
Setelah waktu tertentu, tergantung pada kondisi pengeringan dan kandungan bahan pengering, maka peroksidahidroperoksida mencapai maksimum dan
mulai turun, meskipun kandungan oksigen dalam film tetap meningkat karena reaksi-reaksi penyerapan oksigen lainnya. Pada saat yang bersamaan,
Periode Pembentukan Dekomposisi Polimerisasi induksi peroksida peroksida
Degradasi absorpsi
oksigen
Oksigen dalam minyak
Peroksida Viskositas
Waktu jam
Gambar 6 Tahapan polimerisasi oksidatif Ketaren 1986
polimerisasi semakin meningkat yang ditandai dengan semakin meningkatnya viskositas sampai terbentuk lapisan film yang kering dan sinambung.
Polimerisasi oksidatif minyak pengering dihasilkan akibat pembentukan radikal bebas ketika peroksidahidroperoksida berdekomposisi
menghasilkan air, CO
2
, dan produk-produk volatil lainnya Swern 1979. Radikal-radikal bebas pada molekul minyak yang berdekatan saling bereaksi
membentuk ikatan silang sehingga terbentuk lapisan film yang kering dan sinambung. Tipe ikatan silang yang terbentuk berbeda-beda tergantung pada
tipe radikal bebas pada molekul minyak yang saling bereaksi Gambar 7.
•
Inisiasi : RH + O
2
R
•
+
•
OOH
•
Propagasi : R
•
+ O
2
ROO
•
+ RH ROO
•
ROOH + R
•
•
Terminasi ikat silang
: ROO
•
+ R
•
ROO
•
+ ROO
•
R
•
+ R
•
ROOR
•
ROOR + O
2
•
R R
•
Gambar 7 Mekanisme polimerisasi oksidatif Pilernand et al. 2003
F. Kinetika Reaksi