Perlakuan Terbaik Formulasi Vernis 1. Karakteristik Minyak Pengering

g. Ketahanan Terhadap Bahan Kimia

Hasil pengujian kualitatif ketahanan lapisan film vernis terhadap bahan kimia asam dan basa, menunjukkan bahwa lapisan film vernis memiliki ketahanan yang baik terhadap asam untuk seluruh perlakuan yang diuji, sedangkan terhadap basa kurang baik Tabel 12. Hal yang sama juga terjadi pada vernis komersial K 1 , sedangkan vernis komersial K 2 relatif tahan terhadap basa. Ketahanan terhadap basa yang kurang baik ditunjukkan oleh adanya perubahan warna yang terjadi pada lapisan film vernis ketika diuji dengan basa NaOH. Ketahanan terhadap basa yang kurang baik pada film vernis yang diformulasikan dari resin fenolik tanpa penambahan minyak pengering, diduga disebabkan oleh terjadinya reaksi antara gugus hidroksil pada cincin aromatik kardanol dengan basa. Menurut Fessenden RJ dan Fessenden JS 1984, ikatan O–H yang terdapat dalam fenol relatif mudah putus yang menyebabkan fenol akan mudah bereaksi dengan basa membentuk garam fenol fenoksida. Reaksi ini diduga menyebabkan perubahan warna lapisan film vernis. Pencampuran resin dengan minyak pengering cenderung menurunkan ketahanan film vernis terhadap basa. Pencampuran resin dengan minyak pengering pada perbandingan yang tinggi 1 : 1,5 lapisan film vernis tidak hanya mengalami perubahan warna tetapi cenderung mengalami pelunakan sehingga film vernis mudah mengelupas Tabel 12. Hal ini selain disebabkan oleh adanya reaksi antara gugus hidroksil pada cincin aromatik kardanol dengan basa, juga disebabkan oleh kehadiran gugus ester pada trigliserida dari linseed oil . Menurut Tiwari et al. 2002, gugus ester pada trigliserida mudah terhidrolis oleh basa sehingga akan menurunkan ketahanan film terhadap basa.

5. Perlakuan Terbaik

Pemilihan perlakuan terbaik dilakukan dengan cara yang sama seperti tahap pembuatan resin C.4. Berdasarkan penilaian dengan kriteria pembobotan Lampiran 20, perlakuan pencampuran resin dengan minyak pengering pada perbandingan 1 : 1 mendapatkan nilai tertinggi 4,25, sehingga perlakuan tersebut dipilih sebagai formula terbaik. Karakteristik dan sifat film vernis yang dihasilkan dari formula terbaik memenuhi standar mutu vernis tipe A dan B. Berdasarkan sifat lapisan filmnya yang memiliki kekerasan, kelenturan, dan ketahanan terhadap air dan cuaca yang baik maka formula vernis terbaik sangat prospektif digunakan sebagai vernis kayu baik untuk pemakaian di luar eksterior maupun pemakaian di dalam interior.

F. Neraca Massa Produksi Resin Fenolik dan Vernis dari Distilat CNSL

Perhitungan neraca massa produksi resin fenolik dan vernis bertujuan untuk mengetahui rendemen produk yang dihasilkan. Data rendemen sangat diperlukan dalam mengevaluasi kelayakan proses produksi resin fenolik dan vernis. Asumsi dalam perhitungan neraca massa, sebagai berikut : 1. Dasar perhitungan 250 g CNSL, 2. Produksi resin fenolik menggunakan nisbah mol formaldehida dengan distilat CNSL 0,9 : 1, 3. Penambahan katalis H 2 SO 4 dan penetralan resin tidak mempengaruhi massa bahan secara keseluruhan, 4. Perbandingan resin fenolik dengan minyak pengering dalam formulasi vernis 1 : 1 bv, 5. Penambahan bahan pengering dan antiskinning agent berdasarkan bobot resin fenolik dan minyak pengering setelah pemanasan, 6. Pengenceran vernis berdasarkan kadar padatan campuran resin fenolik dan minyak pengering 95 dan kadar padatan vernis yang ingin dihasilkan ± 40 viskositas ± 40 mPa.s. Berdasarkan perhitungan neraca massa pada Gambar 25, rendemen produk yang dihasilkan, sebagai berikut : 1 rendemen resin fenolik terhadap CNSL 60,82, dan terhadap distilat CNSL 96,76, dan 2 rendemen vernis terhadap CNSL 279,12, terhadap distilat CNSL 443,89, dan terhadap resin fenolik 458,78. Rendemen vernis yang tinggi disebabkan oleh adanya penambahan minyak pengering dan pelarut dalam formulasi vernis. Pelarut merupakan komponen paling tinggi dalam formula vernis yang mencapai 57,24 Gambar 25.