Analisis optimasi pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap

1. Analisis kebutuhan prasarana pelabuhan

Kebutuhan prasarana pelabuhan PPa dapat diestimasi dengan cara menentukan kelas pelabuhannya berdasarkan ukuran kapal atau unit penangkapan ikan yang akan dilayani. Kemudian, baru menghitung kebutuhan jumlahnya dengan cara membagi jumlah total GT kapal ikan yang ada dengan daya tampung kelas pelabuhan yang telah ditentukan. Klasifikasi pelabuhan perikanan dibuat berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.16Men2006. Formulasi matematis untuk mengestimasi kebutuhan prasarana pelabuhan adalah sebagai berikut Sutisna 2007: Keterangan : PPa = Jumlah prasarana pelabuhan yang dibutuhkan untuk tipe pelabuhan perikanan ke-a unit TGT a = Total produksi optimum kapal yang mendarat di tipe pelabuhan perikanan ke-a tontahun UPI aj = Jumlah optimum unit penangkapan ikan ke-j yang masuk kategori tipe pelabuhan perikanan ke-a unit GT j = Produktivitas kapal untuk unit penangkapan ikan ke-j tonkapal DTPa = Total daya tampung produksi untuk tipe pelabuhan perikanan ke-a tontahun a = Tipe pelabuhan perikanan yang terdiri dari : 1 = Tipe PPI dengan syarat GTj 5 GT 2 = Tipe PPP dengan syarat GTj : 5-15 GT 3 = Tipe PPN dengan syarat GTj : 15-60 GT 4 = Tipe PPS dengan syarat GTj 60 GT 2. Analisis kebutuhan sarana pemasaran hasil tangkapan Kebutuhan unit sarana pemasaran hasil tangkapan LTPIa, yang diidentikkan dengan luasan kebutuhan tempat pelelangan ikanTPI yang optimum, dapat diperoleh dengan menggunakan formula baku yang ditetapkan oleh Direktorat Pelabuhan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementrian Kelautan dan Perikanan. Formulasi baku untuk menghitung kebutuhan luasan TPI ini adalah sebagai berikut Sutisna 2007: Keterangan : Pi = Jumlah produksi optimum untuk komoditas ikan unggulan ke-i tontahun a ij = Nilai produktivitas dari jenis unit penangkapan ikan ke-j untuk komoditas ikan unggulan ke-i S = Luas gedung TPI yang dibutuhkan m 2 k = Koefisien ruang daya tampung produksi m 2 ton; R = Frekuensi lelang per hari a = Koefisien perbandingan ruang lelang dngan gedung lelang 0.27-0.394 Kemudian, asumsi yang digunakan untuk mengestimasi unit sarana pemasaran hasil tangkapan ini adalah sebagai berikut Sutisna 2007: 1 Jumlah hari kerja unit pelelangan ikan di pelabuhan perikanan setiap tahun adalah 250 hari 2 Ratio produksi yang didaratkan pada suatu pelabuhan perikanan adalah sebanding lurus dengan ratio jumlah GT kapal ikan yang dapat dilayaninya. Dengan menggunakan ratio luasan TPI, yaitu perbandingan antara total GT kapal yang dilayani pada setiap tipe pelabuhan perikanan terhadap penjumlahan total GT kapal yang ada, maka dapat diestimasi rata-rata luasan TPI yang dibutuhkan untuk setiap tipe pelabuhan perikanan. Formulasi untuk estimasi kebutuhan unit sarana pemasaran hasil tangkap di setiap tipe pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut Sutisna 2008: Keterangan : LTPI a = Kebutuhan rata-rata luasan TPI di setiap tipe pelabuhan perikanan ke-a m 2 RTPI a = Ratio luasan TPI untuk tipe pelabuhan perikanan ke-a TGT a = Total GT Kapal untuk tipe pelabuhan perikanan ke-a GT PP a = Jumlah Prasana Pelabuhan yang dibutuhkan untuk tipe pelabuhan perikanan ke-a unit S = Luas gedung TPI yang dibutuhkan m 2

3. Analisis kebutuhan sarana unit pengolahan ikan

Estimasi kebutuhan optimum dari komponen unit pengolahan ikan PI i dilakukan dengan cara pendekatan membagi jumlah produksi optimum yang didaratkan oleh unit penangkapan ikan dengan rata-rata kapasitas unit pengolahan ikan yng akan didirikan. Dalam rancang bangun model untuk komponen unit pengolahan ikan, juga diperlukan beberapa asumsi, sebagai berikut : 1 Koefisien pengolahan untuk komoditi ikan idealnya adalah 80 dari produksi optimum. 2 Jumlah hari kerja unit pengolahan ikan setiap tahun adalah 250 hari 3 Kapasitas rata-rata ideal unit pengolahan hasil tangkapan untuk komoditi ikan adalah 5 tonhari Berdasarkan asumsi tersebut, formulasi untuk estimasi kebutuhan unit pengolahan ikan adalah sebagai berikut Sutisna 2007: Keterangan : Pi = Jumlah produksi optimum untuk komoditas ikan unggulan ke-i tontahun UPIj = Jumlah optimum unit penangkapan ikan ke-j unit a ij = Nilai produktivitas dari jenis unit penangkapan ikan ke-j untuk komoditas ikan unggulan ke-i PIi = Jumlah unit pengolahan ikan yang dibutuhkan untuk komoditas ikan unggulan ke-i unit kPi = Koefisien pengelolaan untuk komoditas ikan unggulan ke-i KAPi = Kapasitas rata-rata unit pengolahan untuk komoditas ikan unggulan ke-i HK = Jumlah hari kerja unit pengolaan ikan setiap tahun hari

4. Analisis kebutuhan tenaga kerja nelayan dan tenaga kerja lain

Estimasi kebutuhan nelayan ABK dapat diperoleh dengan cara mengalikan jumlah dari setiap jenis armada penangkapan ikan dengan jumlah nelayan untuk setiap unitnya. Jumlah nelayan setiap unit untuk masing-masing jenis unit penangkapan ikan diperoleh dari hasil survey lapang atau dapat berdasarkan nilai teoritis kecukupan nelayan yang ideal per unit penangkapan. Formulasi kebutuhan nelayan adalah sebagai berikut Sutisna 2007: Keterangan : ABK = Jumlah nelayan yang optimum orang UPIj = Jumlah optimum unit penangkapan ikan ke-j unit PNj = Jumlah nelayan per unit penangkapan ikan ke-j Kemudian, untuk nilai optimum sub-komponen tenaga kerja lain yang terlibat dalam kegiatan usaha perikanan tangkap dapat diperoleh dengan cara mengalikan jumlah optimum dari setiap jenis saranaprasarana yang diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang ideal untuk setiap unitnya. Jumlah tenaga kerja yang ideal dari setiap unit untuk masing-masing jenis saranaprasarana diperoleh dari hasil survey lapang atau dapat berdasarkan nilai teoritis kecukupan per unit yang ideal. Formulasi umum yang digunakan untuk mengestimasi kebutuhan tenaga kerja lain adalah sebagai berikut Sutisna 2007: Keterangan : TKL = Jumlah tenaga kerja lain yang optimum orang SP k = Jumlah optimum jenis sarana prasarana ke-k TK k = Jumlah nelayan per unit penangkapan ikan ke-K k = jenis saranaprasarana yang terdiri dari tenaga kerja yang terserap di pelabuhan perikanan dan tenaga kerja yang terserap Industri pengolahan hasil tangkapan. 3.4.5 Analisis Strategi pengembangan perikanan tangkap 1. Analisis SWOT Strengths, Weakness, Opportunities and Threats Marimin 2004 menyebutkan bahwa proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbabagi tahapan berikut : 1 Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. Pada tahap ini pengambilan data kuantitatif dilakukan secara langsung dari kondisi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Evaluasi faktor eksternal mencakup identifikasi berupa peluang dan ancaman, sedangkan evaluasi faktor internal mencakup identifikasi berupan kekuatan dan kelemahan. 2 Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks SWOT. Langkah-langkah pembuatan matriks internal eksternal adalah sebagai berikut: 1 Pada kolom pertama dilakukan penyusunan terhadap semua faktor-faktor yang dimiliki oleh erusahaan dengan membagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal. 2 Pemberian bobot pada masing-masing faktor pada kolom kedua, mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting. 3 Pada kolom ketiga diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. 4 Kolom selanjutnya diisi dengan cara mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. 5 Penjumlahan total skor pembobotan untuk masing-masing faktor internal kekuatan-kelemahan dan eksternal peluang-ancaman. Untuk memperoleh strategi yang tepat bagi kondisi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud maka nilai tersebut diletakkan pada kuadran yang sesuai untuk kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang akan menjelaskan alternatif strategi yang dapat dilakukan. Kuadran III mendukung strategi turn- around Kuadran I mendukung strategi agresif Kuadran IV mendukung strategi defensif Kuadaran II mendukung strategi diversifikasi 3 Tahap pengambilan keputusan. Setelah melihat kuadran dari kondisi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud, dapat diketahui kombinasi strategi yang paling tepat. IFAEFA Strengths S Weakness W Opportunities O Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan keuatan untuk memanfaatakan peluang. Digunakan jika kondisi di kuadran I Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, Digunakan jika kondisi di kuadran III Threats T Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Digunakan jika kondisi di kuadran II Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman, Digunakan jika kondisi di kuadran IV peluang kekuatan kelemahan ancaman

2. Analytical hierarchy process AHP

Penentuan kebijakan pembangunan perikanan tangkap kawasan perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud menggunakan metode Analytical Hierarchy Process AHP, dimana variabel-variabel dimasukkan kedalam suatu susunan hirarki. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara masing-masing aktor yang terlibat pada penentuan kebijakan tersebut. Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain maka digunakan pembobotan berdasarkan skala proses AHP yang disarankan oleh Saaty 1993 seperti pada Tabel 3. Dalam kondisi pembangunan yang makin kompleks analisis sistematis sangat diperlukan, bahkan sedapat mungkin faktor lain, seperti faktor politis harus dapat dijadikan bagian internal keseluruhan analisis. Dengan menggunakan metode AHP permasalahan yang kompleks tersebut akan dapat dirangkum sepenuhnya. Gambar 6. Diagram rancangan analisis AHP Tabel 6 Skala penilaian perbandingan. Intensitas kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya equal Dua mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya moderate Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya. 5 Elemen satu lebih penting dari pada elemen lainnya stong Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya very srtong Satu elemen yang kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya extreme Bukti yang memdukung elemen satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2, 4, 6, dan 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka jika dibandingkan dengan aktivitas y maka j mempunyai nilai kebalikkannya dibanding dengan i. Prinsip-prinsip dasar menggunakan AHP yaitu : 1 Menyusun hierarki 2 Menetapkan prioritas dan 3 Konsistensi logis Membuat matriks banding berpasang: • Matriks banding berpasang dibuat dari puncak hierarki, kemudian satu tingkat dibawahnya dan seterusnya dibuat untuk keseluruhan tingkatan hierarki. • Matriks banding berpasang dapat berdasarkan pendapat perseorangan matriks individu, dapat pula berdasarkan pendapat dari beberapa orang matriks gabungan • Matriks banding berpasang diisi dengan bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen atas elemen yang lainnya. Tabel 7 Mariks untuk berbanding berpasangan. C A1 A2 A3 A4 … An A1 A2 A3 A4 . . . An 1 a12 a13 a14 … a1n 1a12 1 a23 a24 … a2n 1a13 1a23 1 a34 … a3n 1a14 1a24 1a34 1 … a4n . . . . … . . . . . … . . . . . … . 1a1n 1a2n 1a3n 1a4n … 1 Keterangan : C : Kriteria atau sifat yang digunakan untuk pembandingan A1, A2, ... Cn : Set elemen yang akan dibandingkan, satu tingkat dibawah C. a12, a13 …1 : Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj Formulasi untuk menentukan vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks: 1 Formulasi dengan menggunakan rata-rata aritmetik Menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom Nkj.    n kj k aij Nkj 1 Keterangan : Nkj : Nilai kolom ke j aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j n : jumlah elemen • Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi Ndij. Nkj aij Ndij  Keterangan : Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j Aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j Nkj : Nilai kolom ke j • Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai sepanjang baris Vpi.      n j n j Ndij Ndij Vpi 1 1 Keterangan : Vpi : Vektor prioritas dari elemen i Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j 2 Formulasi dengan menggunakan rata-rata geometrik • Perkalian baris Zi dengan menggunakan rumus. k a ij n Zi   Keterangan : Z i : Perkalian baris n : Jumlah elemen a ij : Nilai entri setiap matriks pada baris i dan kolom j k : Kolom pertama • Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri eigen vector                     n i n i n j ij n j ij Zi Zi k n k n eVPi 1 1 1 1 a a   Keterangan : Vpi : Vektor Prioritas elemen i Zi : Perkalian baris I 3 Pendapat gabungan dengan menggunakan rumus: 1 k ij m k m gij a    Keterangan : M : Jumlah responden aij : Pendapat individu 4 Rasio konsistensi dihitung dengan rumus sebagai berikut : Perhitungan akar ciri atau nilai eigen eigen value maksimum α maks dengan rumus : VA = aij x Vp dengan VA = V aij Dimana : VA adalah vektor antara VP VA VB  dengan VB = Vbi Dimana : VB adalah nilai eigen n VB n i    1 max  Perhitungan Indeks Konsistensi CI, dengan rumus : 1 max   n CI  Perhitungan Rasio Konsistensi CR, dengan rumus : RI CI CR  Tabel 8 Nilai indeks acak RI matriks berordo 1 sampai 15 n RI n RI n RI 1 0,00 6 1,24 11 1,51 2 0,00 7 1,32 12 1,48 3 0,58 8 1,41 13 1,56 4 0,90 9 1,45 14 1,57 5 1,12 10 2,49 15 1,59 Sumber : Saaty 1993 4. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Gambaran Wilayah Perbatasan di Provinsi Sulawesi Utara Luas Provinsi Sulawesi Utara adalah 15.472,98 kilometer, terdiri dan beberapa pulau, diantaranya adalah Pulau Manado Tua, Pulau Bangka, Pulau Talise, Pulau Bunaken, Pulau Mantehage, Pulau Lembeh, Pulau Siau, Pulau Tagulandang, Pulau Biaro, Pulau Karakelang, Pulau Kabaruan dan Pulau Salibabu. Sedangkan untuk panjang garis pantai Sulawesi Utara 1.837 km dengan luas daratan sekitar 2.200 km persegi. Wilayah perairan laut Sulawesi Utara memiliki 124 pulau yang terdiri atas tiga gugusan kepulauan, yaitu : 1 Gugusan Kepulauan Talaud yang letaknya paling utara masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Talaud, 2 Gugusan Pulau Sangir Besar masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan 3 Gugusan Siau Tagulandang dan Biaro disingkat Sitaro masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sitaro. Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan 2 dua wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang secara geografis dan administratif terletak di wilayah perbatasan negara. Provinsi Sulawesi Utara yang beribukota di Manado, terletak pada posisi 30 - 5 35’ Lintang Utara dan 123 30 - 127 00’ bujur timur dengan batas wilayah sebagai berikut:  Sebelah utara berbatasan dengan Filipina;  Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini  Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Gorontalo; dan  Sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku Secara geografis Provinsi Sulawesi Utara berada di ujung utara kepulauan nusantara sehingga berperan sebagai pembatas RI dengan negara Filipina. Hal ini menjadikan Provinsi Sulawesi Utara memiliki nilai strategis antara lain: 1 berada di bibir asia pasifik yang memungkinkan wilayah ini menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi regional kawasan timur Indonesia; 2 berada pada jalur lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI 2 dan ALKI 3; 3 didukung oleh pelabuhan. Dalam program pembangunan perekonomian Filipina Selatan, Filipina telah mengembangkan program pembangunan Mindanau Selatan yang dikenal dengan program “Mindanan 2000” atau Mindanau Economic Development Council ”, yaitu program pembangunan dan pengembangan wilayah Mindanau Selatan sebagai pusat pengembangan agroindustri, pertanian, dan pariwisata. 54 Filipina menganggap wilayah di selatan Mindanau perairan KTI merupakan hinterland-nya. Pusat pengembangan Mindanau Selatan adalah Davao dan General Santos. Kota General Santos yang lebih dikenal sebagai Kota Tuna Tuna Capitol merupakan pusat industri pengolahan hasil pertanian dan hasil laut ikan tuna yang berasal dan perairan Indonesia perairan KTI. Semua produk dan Mindanau Selatan ini akan di eksport melalui General Santos. Dan aspek geografi dan ekonomi regional, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara sebagai kabupaten perbatasan mempunyai peran strategis. Jalur Sulawesi Utara ke Filipina Selatan Davao, General Santos melalui 2 dua pulau, yaitu Pulau Marore Kepulauan Sangihe dan Pulau Miangas Kepulauan Talaud. Kedua pulau terluar ini sekaligus menjadi pintu gerbang bagi Indonesia dengan Filipina melalui jalur laut. Adapun wilayah kecamatan yang berbatasan laut dengan Filipina terdapat di 2 dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud Kecamatan Essang, Rainis, Beo, Lirung dan Nanusa; dan Kabupaten Kepulauan Sangihe Kecamatan Manganitu, Manganitu Selatan, Kendahe, Tamako dan Tabukan Utara bertaraf internasional. Dengan beberapa nilai strategis tersebut, menjadikan Provinsi Sulawesi Utara mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan potensi sumber daya alamnya, seperti pariwisata. Wilayah perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Kepulauan Sangihe mempunyai predikat sebagai wilayah yang rawan bencana alam karena memiliki karakteristik sebagai berikut:  Wilayah ini merupakan gugusan pulau-pulau yang terletak pada rangkaian alur gunung api sehingga membentuk struktur tanah yang lebih hampir di seluruh wilayah, sehingga frekuensi gempa relatif tinggi disamping sangat rawan terhadap bahaya erosi dan abrasi.  Profil daratan yang sebagian besar adalah perbukitanpegunungan dengan tingkat kemiringan curam menyulitkan masyarakat menentukan alternatif pilihan. Wilayah perbatasan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud pada posisi paling utara di nusantara, karena berbatasan dengan Filipina. Sesungguhnya kedua wilayah ini memiliki arti yang sangat penting bagi keutuhan dan kedaulatan NKRI. Pada sisi lain secara alamiah wilayah ini memiliki keunikan lokal yang sangat produktif dan memiliki daya saing yang tinggi regional competitiveness, jika dibandingkan dengan daerah lainnya 55 di tanah air. Indonesia dengan Filipina telah mengembangkan kerjasama subregional dibawah payung Border Crossing Agreement BCA yang berfungsi memfasilitasi kunjungan kekeluargaan antara masyarakat pulau-pulau perbatasan di wilayah RI dengan wilayah Filipina bagian selatan. Ternyata kemudian telah berkembang secara negatif karena aturan-aturan yang disepakati dalam perjanjian lintas batas dimaksud antara pemerintah RI-Filipina yang menjadi subjek dan obyek kerjasama bilateral ini sehingga lalulintas orang, barang dan uang telah menjadi suatu kegiatan yang melanggar hukum kegiatan illegal. Walaupun harus diakui bahwa melalui praktek perdagangan bebas illegal itu sangat merugikan Indonesia, namun di sementara penduduk wilayah BCA dan juga sebagian penduduk di wilayah perbatasan justru memperoleh manfaat ekonomi. Tabel 9 Pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan Filipina No Nama Pulau Kabupaten Batas Negara 1 Pulau Bangkit Kepulauan Sangihe Filipina 2 Pulau Manterawu Kepulauan Sangihe Filipina 3 Pulau Makalehi Kepulauan Sangihe Filipina 4 Pulau Kawaluso Kepulauan Sangihe Filipina 5 Pulau Kawio Kepulauan Sangihe Filipina 6 Pulau Marore Kepulauan Sangihe Filipina 7 Pulau Batu Bawaikang Kepulauan Sangihe Filipina 8 Pulau Miangas Kepulauan Talaud Filipina 9 Pulau Marampit Kepulauan Talaud Filipina 10 Pulau Intata Kepulauan Talaud Filipina 11 Pulau Kokorotan Kepulauan Talaud Filipina

4.2 Letak dan Kondisi Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud

Kabupaten Kepulauan Talaud adalah bagian integral dan Provinsi Sulawesi Utara yang merupakan pulau-pulau kecil terluar bagian utara NKRI dan berbatasan langsung dengan Pulau Mindanao, Negara Filipina. Kabupaten Kepulauan Talaud mengalami pemekaran wilayah dari Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud pada tanggal 2 Juli 2002 melalui UU Nomor 8 tahun 2002 sebagai tindak lanjut dikeluarkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah sekarang telah diperbaharui dengan UU No 33 Tahun 2004. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah Indonesia yang paling Utara yang berbatasan langsung dengan negara Phillipina. “Talaud” disebut- sebut diturunkan dari kata “malaude” yang berarti “tak jauh dari laut”. Kata ini muncul pertama kali dalam catatan ekspedisi Loyasa 1537, yaitu kata “Talao”. Sebelumnya pada catatan pigaffeta yang muncul adalah nama-nama pulau di 56 Talaud. Begitupun pada catatan Huan Salindeho 2008. Dulu nama lain Talaud yang disebut-sebut adalah talloda atau, taroda, atau talauda. Kabupaten kepulauan Talaud terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Talaud di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki luas wilayah 27.061,16 km 2 terdiri dari luas Perairan 25.772,22 km 2 atau 95 dan Daratan 1.288,94 km 2 atau 4,76 yang tersebar pada enam belas pulau. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah kepulauan yang memiliki 16 pulau yang terdiri dari 9 pulau tidak berpenghuni dan 7 pulau berpenghuni. Pulau-pulau tersebut adalah pulau Karakelang, pulau Salibabu, pulau Kabaruan serta pulau Karatung dan pulau-pulau terluar yaitu menurut Perpres No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil PPK yaitu: pulau Miangas, pulau Marampit, pulau Intata dan pulau Kakorotan. Dari empat pulau tersebut terdapat dua pulau paling rawan di Indonesia yaitu pulau Kakorotan dan pulau Miangas Perbatasan Indonesia-Filipina. Adapun nama-nama pulau dan luas wilayah seperti tertera pada Tabel 4. Wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Talaud terletak antara 4 01’Lintang Utara dan 126 40’ Bujur Timur, dan berbatasan dengan :  Sebelah utara berbatasan dengan Negara Filipina;  Sebelah timur berbatasan dengan Lautan Pasifik;  Sebelah selatan berbatasan dengan Kepulauan Sangihe; dan  Sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi. Tabel 10 Pulau dan gugusan pulau yang terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud No Gugusan Pulau Nama Pulau Luas Pulau KM2 Keterangan 1 Karakelang 1. Karakelang 1.000,07 Dihuni 2. Nusa Dolom 0,25 Tidak dihuni 3. Nusa Topor 1,01 Tidak dihuni 2 Salibabu 4. Salibabu 98,07 Dihuni 5. Sara Besar 2,03 Tidak dihuni 6. Sara Kecil 1,02 Tidak dihuni 3 Kabaruan 7. Kabaruan 115,61 Dihuni 8. Napombalu 0,02 Tidak dihuni 4 Nanusa 9. Miangas 3,15 Dihuni 10. Marampit 34,15 Dihuni 11. Karatung 12,00 Dihuni 12. Kakorotan 7,00 Dihuni 13. Malo 0,40 Tidak dihuni 14. Mangupung 1,80 Tidak dihuni 15. Intata 0,15 Tidak dihuni 16. Garat 1,30 Tidak dihuni Sumber: Kepulauan Talaud dalam Angka 2008 57 Jumlah penduduk : 83.758 jiwa Jumlah KK : 21.950 KK - Laki-laki : 42.580 jiwa - Perempuan : 41.508 jiwa Jumlah KK Miskin : Tahun 2005 : 12.077 KK 59,0 Tahun 2006 : 10.698 KK 48,27 Jumlah pencari kerja tahun 2006 : 3.145 Orang Jumlah Pencari Kerja tahun 2008 :1.720 Orang. - Jumlah TKK : 81 Unit - Jumlah SD : 114 Unit - Jumlah SMP : 30 Unit - Jumlah SMU : 9 Unit - Jumlah SMK : 5 Unit - Jumlah Perg. Tinggi : 2 Unit Community College Talaud atau Sekolah Tinggi Ilmu Komputer dan Universitas Terbuka Kabupaten Kepulauan Talaud berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud, Ibu kota Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu Melonguane yang berada di Pulau Karakelang. Secara administratif kabupaten ini terdiri atas 19 kecamatan yaitu: Tabel 11 Kecamatan di Kabupaten Talaud No Nama Kecamatan 1 Kecamatan Melonguane 2 Kecamatan Melonguane Timur 3 Kecamatan Pulutan 4 Kecamatan Rainis 5 Kecamatan Tampa’namma 6 Kecamatan Essang 7 Kecamatan Essang Selatan 8 Kecamatan Gemeh 9 Kecamatan Beo 10 Kecamatan Beo Utara 11 Kecamatan Torohan 12 Kecamatan Lirung 13 Kecamatan Moronge 14 Kecamatan Salibabu 15 Kecamatan Kolongan 16 Kecamatan Kabaruan 17 Kecamatan Damau 18 Kecamatan Nanusa 19 Kecamatan Miangas