pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud kebijakan yang dikeluarkan harus berupaya memperbaiki ketersediaan BBM dan jumlah kapal patroli, sehingga
pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud dapat memaksimalkan kekuatan
yang dimiliki. 2 Analisis matriks EFE External Factor Evaluation
Matriks EFE mengidentifikasi faktor-faktor kunci eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pembangunan perikanan di Kabupaten
Talaud pada kondisi aktual saat ini. Dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman
pengaruh lingkungan eksternal untuk menuju optimalisasi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Peluang dan
ancaman yang dihadapi dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41 Matriks External Factor Evaluation EFE
Faktor Eksternal Bobot
Rating Skor
Peluang Opportunities
1. Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga Filipina BIMP-EAGA
0,1242 3,095
0,385 2. Kebijakan
nasional untuk
percepatan pembangunan KTI
0,1253 2,571
0,322 3. Deklarasi Manado WOC
0,1263 2,714
0,343 4. Perpres No. 78 Tahun 2005 tentang Pulau-
pulau kecil Perbatasan 0,1252
2,190 0,274
Ancaman Threats
1. Illegal market transhipment 0,1258
1,190 0,150
2. Illegal fishing 0,1254
2,190 0,275
3. Faktor cuaca 0,1241
1,333 0,166
4. Tingkat kesenjangan kesejahteraan penduduk lokal
dengan negara
tetangga sangat
signifikan 0,1235
2,381 0,294
Total 1,0000
2,208
Sumber: Data Primer diolah Tabel 41 menunjukkan bahwa faktor kunci eksternal yang memberikan
peluang terbesar bagi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud adalah Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga Filipina BIMP-
EAGA. Hal ini ditunjukkan oleh nilai skor terbesar yang dimiliki faktor kunci eksternal ini yaitu sebesar 0,1242 dengan bobot sebesar 0,385 dan rating
sebesar 3,095. rating yang diberikan pada peluang tersebut sebesar 3,095 menunjukkan bahwa selama ini pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud
telah memberikan respon yang baik terhadap keadaan peluang-peluang tersebut. Faktor eksternal yang memberikan ancaman terbesar bagi pembangunan
perikanan di Kabupaten Talaud adalah Tingkat kesenjangan kesejahteraan
penduduk lokal dengan negara tetangga sangat signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,1235 dengan rating sebesar 2,381 dan skor 0,294.
Kondisi ini menunjukkan bahwa ancaman Tingkat kesenjangan kesejahteraan penduduk lokal dengan negara tetangga akan memberikan dampak terhadap
pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Selain itu faktor eksternal yang memberikan ancaman kedua terbesar adalah terjadinya illegal fishing. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,1254 dengan rating sebesar 2,190 dan skor 0,275. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya illegal fishing akan
memberikan dampak terhadap pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Hasil matriks EFE pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud yang
meliputi faktor peluang dan ancaman memiliki skor sebesar 2,208. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud
berada pada level rata-rata dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang eksternal atau menghindari ancaman yang ada dalam
mencapai optimalisasi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud.
1 2
3 4
5 6
7
1 2
3 4
5 6
7
Gambar 17 Posisi kondisi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud
2 Perumusan strategi pembangunan perikanan tangkap
Dalam analisis ini dilakukan pemanduan antara elemen kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dengan menggunakan matriks SWOT.
Tujuan dari pemanduan atau pencocokan ini adalah untuk menentukan alternatif strategi yang dipilih. Berdasarkan hasil analisis internal kekuatan dan
kelemahan dan analisis eksternal peluang dan ancaman pembangunan
Kele m
ah an
Keku at
an
Ancaman Peluang
Strategi Defensif
perikanan di Kabupaten Talaud, maka strategi-strategi yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut Tabel 34.
Strategi ini disusun dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dan
memanfaaatkan peluang yang ada. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
dibentuk matriks SWOT pembangunan perikanan Kabupaten Talaud seperti yang ditunjukkan pada Tabel 42.
Tabel 42 Matriks SWOT pembangunan perikanan Kabupaten Talaud
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan S 1. Potensi SDI yang belum
mencapai titik MSY 2. Kedekatan secara
geografis dengan pasar 3. Komitmen PEMDA
terhadap pengembangan kawasan perbatasan
Kelemahan W 1. Unit penangkapan masih kurang
2. Kemampuan SDM masih rendah 3. Infrastruktur belum memadai
4. Jumlah dan kemampuan kapal
patroli belum memadai 5. Alokasi dana perikanan belum
masuk skala prioritas APBD 6. Belum adanya industri pengolahan
7. Sulitnya mendapatkan BBM 8. Belum adanya rencana
pengelolaan perikanan di daerah
Peluang O 1. Kerjasama bilateral antara
Indonesia dengan negara tetangga Filipina BIMP-
EAGA 2. Kebijakan nasional untuk
percepatan pembangunan KTI
3. Deklarasi Manado WOC 4. Perpres No. 78 Tahun 2005
tentang Pulau-pulau kecil Perbatasan
Strategi SO 1. Kerjasama di bidang
penangkapan ikan 2. Kerjasama di bidang
pemasaran 3. Menyusun blue print
pembangunan perikanan di kawasan perbatasan
mendukung RPJM RPJP
Strategi WO 1. Penambahan jumlah unit
penangkapan 2. Melakukan pendidikan dan
pelatihan 3. Pembangunan pelabuhan
perikanan 4. Penambahan jumlah kapal patroli
5. Prioritasi alokasi anggaran APBD untuk pembangunan perikanan
6. Pembangunan industri pengolahan
7. Pengadaan kapal khusus pengangkut BBM untuk kawasan
perbatasan 8. Penyusunan Rencana
Pengelolaan Perikanan WPP 718 ?
Ancaman T 1. Ilegal fishing
2. Ilegal market transhipment 3. Faktor cuaca
4. Tingkat kesenjangan
kesejahteraan penduduk lokal dengan negara
tetangga sangat signifikan
Strategi ST 1. Pengadaan kapal patroli
milik PEMDA 2. Membangun sistem
informasi peramalan cuaca dalam kaitan
dengan musim penangkapan
3. Pembangunan industri perikanan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat
lokal
Strategi WT 1. Penambahan unit penangkapan
yang legal 2. Pelatihan SDM dalam bidang
penangkapan ikan, pengolahan ikan, dan pemasaran
3. Sosialisasi peraturan dan perundang-undangan yang
berkaitan dengan ilegal fishing
4. Penambahan jumlah kapal patroli
2. Prioritas strategi dan program pembangunan perikanan di kawasan perbatasan kabupaten Kepulauan Talaud
1 Peningkatan jumlah unit penangkapan ikan 2 Peningkatan jumlah kapal pengawas
3 Pendidikan dan Latihan DIKLAT 4 Pembangunan prasarana pelabuhan
5 Pembangunan industry pengolahan 6 Pembentukan pasar
7 Pemberdayaan masyarakat lokal 8 Menyusun blueprint pembangunan perikanan
9 Sistem informasi perikanan dan cuaca 10 Prioritas APBD untuk kelautan dan perikanan
11 Pengadaan kapal BBM 12 Pengadaan kapal pengangkut ikan
13 Penyusunan rencana pengelolaan WPP 717 14 Kerjasama di bidang bisnis perikanan dengan Filipina
Tabel 43 Indikator ekonomi dan masalah
Indikator Ekonomi Masalah
SPR = Suplai Protein
PNL = Pendapatan Nelayan
PRS = Profit usaha
DVS = Devisa
PAD = Pendapatan Asli
Daerah PTK
= Penyerapan Tenaga Kerja
SDN = Sumber dana SDM = Sumberdaya manusia
KLB = Kelembagaan PRU = Prasarana umum
PHK = Penegakan Hukum ILF = Ilegal Fishing
ILM = Ilegal market KKS = KEsenjangan kesejahteraan
KPI = Kapal Penangkut Ikan BBM = Bahan Bakar Minyak
Aktor PSH = Pengusaha
PNH = PNHDA DPK = Dinas Perikanan dan
Kelautan AKA = UNSRAT
KET = KAPET PBT = Kepala Perbatasan
BAP = BAPPEDA Provinsi
Alternatif Kebijakan 1 = Peningkatan Jml UPI
2 = Peningkatan jumlah kapal pengawas
3 = Diklat 4 = Pembangunan prasarana
pelabuhan 5 = Pembangunan indAKAri
pengolahan 6 = Pembentukan pasar
7 = pPemberdayaan Masyarakat lokal
8 = Menyusun blue print pembangunan perikanan
9 = Sistem informasi perikanan dan cuaca
10 = prioritas APBD untuk KP 11 = Peng Kapal BBM
12 = Peng Kapal Pengangkut ikan 13 = menyusun rencana
pengelolaan WPP717 14 = Kerjasama di bidang bisnis
perikanan dgn Filipina
Aktor Indikator ekonomi
Masalah
Alternatif
Gambar 18 Struktur hirarki dan hasil perhitungan AHP
Kebijakan Pembangunan Perikanan Tangkap Kawasan Perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud
SPR 0,107
PNL 0,315
PRS 0,210
DVS 0,103
PAD 0,091
PTK 0,174
SDN 0,143
SDM 0,158
KLB 0,139
PRU 0,095
PHK 0,074
ILF 0,071
ILM 0,072
KKS 0,092
KPI 0,098
BBM 0,058
1 0,077
2 0,061
3 0,072
4 0,051
5 0,068
6 0,084
7 0,099
8 0,058
9 0,045
10 0,157
11 0,040
12 0,050
13 0,036
14 0,103
PSH 0,118
PNH 0,036
DPK 0,211
AKA 0,016
KET 0,022
KPT 0,036
BAP 0,211
DKPT 0,211
IZIN 0,118
BPLH 0,022
105
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi yang dapat diandalkan sebagai sumber pemasukan daerah. sehingga
penyusunan strategi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, identifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud perlu dilakukan. Faktor-faktor tersebut diperoleh dari data sekunder maupun data primer serta
wawancara dengan responden. Pemilihan prioritas strategi pembangunan
perikanan di Kabupaten Talaud dilakukan dengan menggunakan AHP. Hasil dari
teknik analisis AHP ini berupa pendapat gabungan responden menghasilkan penilaian seperti disajikan pada Gambar 18 dan Tabel 44.
Tabel 44 Hasil prioritas alternatif strategi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud
No Alternatif
Bobot Urutan
Prioritas
1 Prioritas APBD untuk kelautan dan perikanan
0,157 1
2 Kerjasama bisnis perikanan dengan Negara
Filipina 0,103
2 3
Pemberdayaan masyarakat lokal 0,099
3 4
Pembentukan pasar 0,084
4 5
Peningkatan jumlah unit penangkapan ikan 0,077
5 6
Pendidikan dan latihan DIKLAT 0,072
6 7
Pembangunan industri pengolahan 0,068
7 8
Peningkatan jumlah kapal pengawas 0,061
8 9
Menyusun blueprint pembangunan perikanan 0,058
9 10 Pembangunan prasarana pelabuhan
0,051 10
11 Pengadaan kapal pengangkut ikan 0,050
11 12 Sistem informasi perikanan dan cuaca
0,045 12
13 Pengadan kapal BBM 0,040
13 14 Penyusunan rencana pengelolaan WPP 717
0,036 14
Hasil prioritas analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. APBD merukan prioritas pertama karena komponen financsal merupakan unsur utama
modal pembangunan semua sektor, termasuk sektor perikanan. Tanpa alokasi APBD yang memadai tidak mungkin pembangunan perikanan di daerah terisolasi
dan jauh dari daratan ini dapat dikembangkan. Alokasi APBD untuk merupakan prasyarat utama untuk dicapainya pembangunan perikanan yang berkelanjutan
dan menuju sektor unggulan. Jika komponen ini tidak terpenuhi, maka sektor perikanan dan kelautan akan tetap terpinggirkan dan akan lebih terpuruk lagi di
masa mendatang. Memang tidak ada rumusan yang tepat mengenai besaran APBD yang dapat dialokasikan untuk perikanan, karena pada prinsipnya lebih
banyak, lebih baik. Diperkirakan bahwa alokasi antara 5 sampai 10 dari APBD untuk pengembangan perikanan akan mampu memberikan dampak
pengganda yang cukup signifikan pada pembangunan perikanan di daerah tertinggal seperti Talaud.
Prioritas berikutnya adalah kerjasama dengan Filipina. Sebagai daerah perbatasan yang langsung berhubungan dengan Filipina, pasar terdekat bagi
produk-produk perikanan di daerah Talaud adalah melalui pasar terdekat yakni Filipina. Jika tidak ada perjanjian kerja sama maka penjualan produk perikanan
ke Talaud dianggap illegal dan ini akan merupakan kebocoran ekonomi wilayah. Namun jika dilakukan kerjasama maka kedua belah pihak akan diuntungkan
karena arus barang dan jasa yang mendukung sektor perikanan akan dengan mudah diterima di daerah Talaud dan sebaliknya. Salah satu bentuk kerja sama
yang dapat dilakukan adalah melalui kerjasama pembebasan bea tariff masuk. Dengan demikian harga barang-barang dari kedua belah tidak akan mengalami
perbedaan yang jauh. Perbedaan harga yang besar akan memicu aliran asset dari satu daerah ke daerah yang lain. Bentuk kerja sama lainnya adalah melalui
kerja sama alih teknologi, dimana teknologi yang dikembangkan di daerah lain khususnya Filipina dapat di transfer ke Talaud dengan biaya yang lebih murah.
Alih teknologi ini harus diimbangi pula dengan pengembangan sumber daya manusia melalui pengiriman tenaga-tenaga trampil di kedua belah pihak. Bentuk
lain yang juga sangat relevan adalah menjadikan daerah perbatasan sebagai daerah otorita, dengan demikian diperlukan kerja sama menyangkut aspek politik
seperti patroli bersama dalam mencegah terjadinya pencurian ikan dan pembebanan bersama pembiayaan pengawasan illegal fishing dengan Filipina
melalui nota kesepahaman. Selanjutnya kesepakatan untuk melakukan relokasi pabrik pengolahanpengalengan ikan yang ada di General Santos dipindahkan
ke Talaud atau dengan membuka cabang pabrik pengolahanpengalengan ikan di Kabupaten Talaud. Kerjasama di bidang industri pengolahanpengalengan
ikan ini akan mengungtukan kedua belah pihak karena selain bahan bakunya dekat berada di sekitar Kabupaten Kepulauan Talaud juga jarak yang ditempuh
lebih dekat ke General Santos daripada ke Bitung. Pembagian hasil atau hal-hal lain akan diatur tersendiri dalam nota kesepahaman.
Komponen berikutnya yang juga sangat penting yakni menjadi prioritas ketiga adalah pemberdayaaan masyarakat. Komponen ini merupakan
pembangkitan ekonomi secara mandiri dari wilayah Talaud sendiri. Dengan
diberdayakanna masyarakat lokal maka mereka akan memiliki nilai tawar yang lebih baik dan memiliki kemampuan daya beli yang lebih baik sehingga produk
perikanan juga diserap untuk konsumsi domestic. Selain itu pemberdayaan masyarakat memiliki keuntungan untuk menangkal gangguan-ganggan dari
daerah perbatasan yang tidak menguntungkan Indonesia khususnya wilayah Talaud sendiri. Pemberdayaan masyararakat akan memberikan efek ganda
berupa penciptaan kegiatan ekonomi lainnya dan membantu mengembangkan pasar produk-produk perikanan.
Prioritas berikutnya yang penting dalam pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Talaud adalah pembentukan pasar khususnya pasar domestik.
Pembangkitan pasar ini selain akan menyerap produk perikanan secara domestik, juga akan memperkuat ekonomi wilayah secara keseluruhan dan
meningkatkan permintaan akan produk-produk perikanan. Pasar yang kuat juga akan menjadi faktor penarik bagi konsumen dari wilayah sekitar dan juga dari
wilayah perbatasan dengan Filipina. Kompnen berikutnya yang menjadi pendukung dalam prioritas
pembangunan perikanan di Talaud adalah peningkatan jumlah unit penangkapan ikan, Diklat dan pengolahan perikanan. Ketiganya akan membantu mendukung
sektor perikanan dari sisi industry hillir, sehingga selain penguatan pada industry hulu, industry hilir juga perlu diperkuat sehingaa sistim usaha perikanan di Talaud
dapat terintgerasi dengan baik. Diklat akan sangat membantu memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga akan menunjang
kelancaran industri perikanan di daerah ini. Tanpa dukungan tenaga kerja yang terampil, daya saing perikanan di Talaud akan kalah bersaing dengan wilayah
perbatasan Filipina dan tidak akan memberikan nilai tambah yang lebih baik dari wilayah sekitarnya.
Prioritas strategi dari analisis AHP : 1.
Prioritas APBD untuk kelautan dan perikanan 2.
Kerjasama bisnis perikanan dengan Negara Filipina 3.
Pemberdayaan masyarakat lokal 4.
Pembentukan pasar 5.
Peningkatan jumlah unit penangkapan ikan 6.
Pendidikan dan latihan DIKLAT 7.
Pembangunan industri pengolahan 8.
Peningkatan jumlah kapal pengawas 9.
Menyusun blueprint pembangunan perikanan 10. Pembangunan prasarana pelabuhan
11. Pengadaan kapal pengangkut ikan 12. Sistem informasi perikanan dan cuaca
13. Pengadan kapal BBM 14. Penyusunan rencana pengelolaan WPP 717
Berdasarkan hasil analisis optimasi pada sub-bab diatas, keragaan nilai kapasitas yang optimal untuk pengembangan perikanan pelagis di perairan
Kepulauan Talaud dapat disatukan menjadi suatu pola pengembangan perikanan pelagis di perairan Kepulauan Talaud untuk masa mendatang seperti terlihat
pada Gambar 19.
Gambar 19 Pengembangan unit perikanan tangkap kawasan perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud
5.6 Dampak yang diharapkan dari implementasi pengelolaan perikanan
tangkap optimum di Kabupaten Kepulauan Talaud
Pengelolaan perikanan tangkap di perairan pantai Kabupaten Kepulauan Talaud harus memperhatikan 7 komponen utama perikanan tangkap, yaitu:
sumberdaya ikan, armada penangkap ikan, masyarakat, sarana penunjang produksi, pelabuhan perikanan, unit pemasaran hasil tangkapan, dan unit
pengolahan ikan. Prinsip utama dari pengembangan perikanan tangkap berkelanjutan adalah dengan pengoptimalan nilai kapasitas dari semua
komponen utama tersebut, dengan tujuan agar kegiatan usaha penangkapan ikan di pantai perairan Kabupaten Kepulauan Talaud akan berjalan optimal dan
berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengelolaan perikanan tangkap perlu diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan
Talaud. Selanjutnya,
dengan mengimplementasikan
pola pengelolaan
sumberdaya perikanan tangkap pantai Kabupaten Kepulauan Talaud, diharapkan akan memberikan dampak positif bagi peningkatan beberapa aspek, seperti:
1 Pendapatan nelayan, 2 PDRB, 3 kualitas lingkungan hidup, 4 lapangan kerja, 5 kelestarian sumberdaya ikan, 6 penurunan IUU fishing, dan 7 indek
pembangunan manusia index kesehatan, index pendidikan, index standar hidup. Aspek-aspek ini dapat menjadi cerminan mengenai tingkat kualitas hidup
suatu masyarakat. Sedangkan output yang tak terkendali yang perlu mendapatkan perhatian
untuk dikendalikan adalah: 1 terjadinya overfishing di daerah perbatasan 2 kesejahteraan masyarakat menurun, 3 pengangguran meningkat, dan 4
kerusakan ekosistem perairan. Untuk mengendalikan output yang tidak terkontrol maka diperlukan kebijakan pembangunan perikanan tangkap di
kawasan perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud. Pola pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap ini, bila diimplementasikan diharapkan dapat
memberi kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud. Secara ringkas dampak implementasi dari implementasi pola
pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di pantai perairan Kabupaten Kepulauan Talaud bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat di lihat
pada Gambar 20.
Gambar 20 RANCANGBANGUN PENGEMBANGAN PERIKANAN
TANGKAP KAW ASAN PERBATASAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1 Jenis ikan unggulan yang dapat dikembangkan di kawasan perbatasan Kab.
Talaud adalah: cakalang, tuna madidihang, tongkol, dan layang. 2
Jenis alat tangkap ikan yang layak dikembangkan di kawasan perbatasan Kab. Talaud adalah: Pancing tonda, Jaring insang hanyut, dan Pukat cincin.
3 Pemanfaatan sumber daya ikan utama cakalang, tuna, tongkol, dan layang di Kab. Kepulauan Talaud diduga sudah mulai berlebih jenuh.
4 Hasil Simulasi menunjukan bahwa: 1 Masih ada peluang untuk mengoptimumkan nilai ekonomi yang diperoleh
dari perikanan tangkap di Kab. Kepulauan Talaud, bila masalah illegal fishing dapat diatasi.
2 Pengelolaan perikanan di Talaud, baik melalui rezim MEY maupun MSY, masih memungkinkan dihasilkannya manfaat ekonomi rente yang positif
5 Untuk mengembangkan Perikanan Tangkap yang optimum di Kab.
Kepulauan Talaud adalah sbb: 1 Jumlah ikan utama cakalang, tuna, tongkol, dan layang yang boleh
dimanfaatkan sebesar 5.145,21 tontahun kondisi MEY 2 Jumlah alokasi alat tangkap utama yang optimum adalah 832 pancing
tonda 8 GT, 685 jaring insang hanyut 4 GT, 19 unit 15 GT 3 Jumlah Prasarana Pelabuhan Perikanan yng diperlukan 1 unit PPP dan 1
unit PPI 4 Jumlah Tenaga Kerja yang diperlukan sebanyak 4.985 orang nelayan dan
1.500 orang tenaga kerja penunjang 5 Unit pengolahan Ikan yang diperlukan sebanyak 3 unit berkapasitas 5
tonhari 6 Luasan TPI yg dibutuhkan sebesar 352 m2 di PPP dan 89 m2 di PPI
6 Urutan Prioritas Strategi untuk Pengembangan Perikanan Tangkap di Kab.
Kep. Talaud adalah: 1 Prioritas APBD untuk pengembangan kelautan dan perikanan
2 Kerjasama di bidang bisnis perikanan dan Philipina 3 Pemberdayaan masyarakat lokal
4 Pembentukan pasar 5 Peningkatan jumlah unit penangkapan ikan
6 Pendidikan dan latihan 7 Pembangunan industri pengolahan
5.2 Saran
1 Perlu pengembangan infrastuktur perikanan
2 Perlu perbaikan akses terhadap pasar selisih harga domestik dan harga
perbatasan tidak terlalu tinggi 3
Perlu penguatan program pemberdayaan masyarakat lokal untuk menekan illegal fishing
4 Perlu Keberpihakan Kebijakan Politik terhadap pengembangan perikanan
tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud