batas kemampuan sumberdaya yang ada ataupun daya dukungnya. Pada perikanan yang telah berkembang pesat, upaya pengendalian sangat diperlukan
dan upaya ini dilaksanakan maka berarti telah menerapkan pembangunan perikanan yang berkelanjutan, sehingga kelestarian sumberdaya dan kegiatan
perikanan dapat dijamin keberadaannya.
2.7 Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan secara
berkelanjutan
Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan hal yang cukup sulit dan menantang tanpa disertai dengan pengelolaan bukan saja
dapat mengabaikan kemunduran kualitas sumberdaya dan lingkungan tetapi juga berdampak dalam hal distribusi pendapatan dan kesejateraan masyarakat.
Tanpa pengaturan, sektor pembangunan yang tampaknya kuat dapat menjadi dominan, sebaliknya sektor yang tampaknya lemah akan makin berkurang dan
akhirnya hilang Nikijuluw 1995. Pengelolaan perikanan yang tidak bertanggungjawab juga akan mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan
perairan yang akan merugikan perikanan itu sendiri. Dalam rangka pembangunan dan mempertahankan kehidupan,
sumberdaya alam periu dimanfaatkan secara berkualitas. Sumberdaya alam adalah tidak tak terbatas, baik jumlah maupun kualitasnya. Dilain pihak,
kebutuhan akan sumberdaya alam semakin meningkat sebagai akibat pertambahan penduduk serta perubahan gaya hidup, sejalan dengan itu
pemanfaatan sumberdaya secara tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan penurunan mutu lingkungan serta daya dukung lingkungan.
Dalam konteks inilah pembangunan perikanan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan Charles 1992; Charles dan Reed 1985; Charles 2001.
Dalam memahami sumberdaya alam, terdapat dua pandangan yang umumnya digunakan. Pertama adalah pandangan konservastif atau sering
disebut juga pandangan pesimis atau prespektif Malthusian. Dalam pandangan ini risiko akan terkurasnya sumberdaya alam menjadi perhatian utama.
Sumberdaya ini dianggap sebagai sumberdaya tidak terpulihkan exhaustible dimana memiliki supply yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya
tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Dengan demikian dalam pandangan ini, sumberdaya alam harus dimanfaatkan secara hati-hati karena
adanya faktor ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi untuk generasi
mendatang. Pandangan kedua adalah pandangan eksploitatif atau sering disebut sebagai prespektif Ricardian. Dalam pandangan ini dikenal dengan flow atau
sumberdaya yang dapat diperbaharui dimana sumberdaya diasumsikan memiliki supply yang infinite atau tak terbatas. Dalam pandangan ini sumberdaya ada
yang tergantung pada proses biologi untuk regenerasinya dan ada yang tidak. meskipun demikian, untuk sumberdaya yang biasa melakukan proses regenerasi
jika telah melewati batas titik kritis kapasitas maksimum secara diagramatik akan berubah menjadi sumberdaya yang tidak diperbaharui, secara diagramatik
klasifikasi sumberdaya alam dapat dilihat pada Gambar 4 Anwar 2002; Fauzi 2000a.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa sumberdaya perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terhadap
kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbaharui renewable, pengelolaan sumberdaya ini memerlukan
pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati. Mengingat sifat dari sumberdaya perikanan yang dikenal dengan akses open access yang
memberikan anggapan bahwa setiap orang atau individu merasa memiliki sumberdaya tersebut secara bersama common property. Menurut Anwar
2002, pada keadaan sumberdaya yang bersifat open access resource akan terjadi pengurasan sumberdaya yang pada akhirya akan terjadi kerusakan
sumberdaya. Hal ini terjadi karena semua individu baik nelayan maupun pengusaha
perikanan laut
akan merasa
mempunyai hak
untuk mengeksploitasi\sumberdaya laut dan memberlakukannya sesuka hati dalam
rangka masing-masing memaksimumkan bagian share keuntungan, tetapi tidak seorangpun mau memelihara kelestariannya. Oleh karena itu, sifat open access
resource tersebut dapat dikatakan tidak ada yang punya atau sama saja dengan tidak ada hak yang jelas atas sumberdaya yang bersangkutan res commune is
res nullius.
2.8 Konsep kebijakan perikanan tangkap
Kebijakan berasal dari kata policy yang berupa aturan main atau set of rule of law. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sekalipun pemerintah
misalnya tidak membuat kebijakan namun pemerintah mempunyai peranan untuk melegimitasinya. Kebijakan dapat berupa formal law positive law dan informal
law Written. Kebijakan dapat ditingkatkan dan disempurnakan dengan
melakukan berbagai analisis kebijakan. Terdapat tujuh variasi kebijakan analisis kebijakan ini sekaligus menggambarkan ruang lingkup scope analisis kebijakan
Hogwood and Gunn 1986 yakni: 1 Studi-studi isi kebijakan studies of policy content maksud studi ini adalah
menggambarkan dan menjelaskan asal mula serta perkembangan kebijakan. 2 Studi-studi tentang proses kebijakan yang lebih mengutarakan tahap-tahap
yang harus dilalui oleh isu kebijakan pemerintah sebelumnya dengan menilai pengaruh dari usaha-usaha yang dilakukan dari berbagai faktor terhadap
perkembangan isu. 3 Studi mengenai output kebijakan studies of policy output pada umumnya
mengeluarkan tingkat biaya yang berbeda dari setiap daerah. 4 Studi-studi evaluasi evaluation studies batas-batas antara analisis untuk
melihat kebijakan dampak dari suatu kebijakan terhadap kelompok sasaran. 5 Informasi untuk pembuatan kebijakan Information for policy making
maksudnya penyusunan dan pengumpulan data guna membantu pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan.
6 Proses nasehat process advocacy yakni proses penasehatan yang tercermin dalam berbagai upaya yang dilakukan untuk menyempurnakan
mesin pemerintahan melalui relokasi tupoksi guna menetapkan landasan pemilihan kebijakan.
7 Nasehat kebijakan policy advocacy kegiatan yang melibatkan analisis dalam pemilihan altematif yang terdesak dalam proses kebijakan baik secara
perorangan maupun kelompok kerjasama. Kebijakan yang dilakukan dengan bertolak pada dasar hukum dan
peraturan yang berlaku. Hukum tidak akan terlepas dari roda pemerintahan baik dalam menjalankan kebijakan maupun dalam pengambilan keputusan. Hukum
adalah seluruh norma-norma hukum yang mengatur hubungan antara seseorang, sekelompok orang atau badan hukum termasuk lembaga
pemerintahan dengan sumberdaya perikanan tangkap. Hubungan ini meliputi hubungan fisik cara pemanfaatan sumberdaya hubungan administrasi
perizinan dan hubungan geografis lokasi penangkapan ikan. Norma –norma
hukum ini dibuat oleh lembaga eksekutif dan legislatif dalam bentuk peraturan perundang-undangan sesuai tingkatnya dan ditegakan oleh lembaga eksekutif
dan legislatif.