Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap di Daerah

optimum dan terintegrasi. Pengadaaan dan penyediaan sarana produksi harus mampu mendukung kebutuhan kegiatan produksi atau sebalikya. Demikian pula dalam kegiatan produksi selain memperhatikan kondisi ekosistem perairan dan sumberdayanya, juga harus mengaitkan dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Belum tercapainya tingkat produktivitas dan efisiensi usaha perikanan tangkap yang optimum, disebabkan oleh belum terintegrasinya perencanaan pengembangan antara komponen produksi hingga paskaproduksi, sehingga sering terjadi ketidakseimbangan atau ketimpangan nilai kecukupan diantara komponen tersebut. Walaupun setiap komponen utama ini memiliki fungsi dan peran berdiri sendiri, karena adanya saling keterkaitan antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pengembangan kegiatan perikanan tangkap bertanggung jawab dengan hasil yang optimum di kawasan perbatasan di Kabupaten Kepulauan Talaud, perlu diakukan estimasi nilai optimum dari setiap komponen perikanan tangkap tersebut. Selanjutnya, dengan melihat kondisi perikanan tangkap yang ada di kawasan perbatasan di Kabupaten Kepulauan Talaud ini, dapat diformulasikan suatu rekomendasi kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang tepat.

1. Optimasi unit penangkapan ikan

Linear Goal Programming dalam penelitian ini bertujuan untuk mengalokasikan jumlah unit penangkapan ikan yang optimum di perairan laut Kepulauan Talaud. Berdasarkan analisis sebelumnya, unit penangkapan ikan yang menangkap sumber daya ikan utama adalah: pukat cincin, jaring insang hanyut, dan pancing tonda. Untuk pengolahan data, unit penangkapan pukat cincin disimbolkan dengan X1, jaring insang hanyut disimbolkan dengan X2, dan pancing tonda disimbolkan dengan X3. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis ini antara lain adalah: 1 Mengoptimumkan pemanfaatan sumber daya ikan utama atau unggulan di perairan laut Kabupaten Talaud. Sumberdaya ikan dominan dan unggulan di Kabupaten Talaud yang dioptimumkan adalah kelompok ikan pelagis yang terdiri dari ikan layang, tongkol, cakalang, dan tuna. Kemudian nilai produktivitas rataan dari ketiga jenis alat tangkap yang menangkap ikan utama tersebut, berturut-turut sebesar 125 tonkapaltahun untuk pukat cincin, 1,5 tonkapaltahun untuk jaring insang hanyut, dan 2 tonkapaltahun untuk pancing tonda. Sementara untuk nilai potensi yang digunakan sebagai nilai pembatasnya adalah nilai MEY, yakni sebesar 5145.21 tontahun. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut: DB1 - DA1 + 125 X1 + 1.5 X2 + 2 X3 = 5145.21 2 Memaksimumkan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Talaud. Untuk mengalokasikan tenaga kerja nelayan di Kabupaten Talaud, maka diperlukan data jumlah nelayan. Jumlah nelayan di Kabupaten Talaud adalah sebanyak 5174 orang. Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa alat tangkap pukat cincin rata-rata membutuhkan 24 tenaga kerjaunit, alat tangkap jaring insang hanyut rata-rata memerlukan 4 tenaga kerjaunit, dan alat tangkap pancing tonda rata-rata membutuhkan 4 tenaga kerjaunit. Dengan demikian, persamaan kendala tujuan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: DB2 + 24X1 + 4 X2 + 4X3 ≥ 5174 3 Meminimumkan penggunaan BBM di Kabupaten Talaud. Untuk mengetahui pengalokasian BBM di Kabupaten Talaud maka perlu diketahui ketersediaan BBM disana, serta penggunaan BBM pada masing- masing alat tangkap. BBM dalam hal ini dibagi dalam dua kategori, yakni solar dan minyak tanah. 1 Solar Berdasarkan data dari Kantor Cabang Pertamina Kabupaten Talaud, ketersediaan solar di Kabupaten Talaud adalah sebesar 134000 kiloliter. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut: 64,20X1 + 13,52X2 + 10,80X3 – DA3 ≤ 134.000 2 Minyak tanah Berdasarkan data dari Kantor Cabang Pertamina Kabupaten Talaud, ketersediaan minyak tanah di Kabupaten Talaud adalah sebesar 612.000 kiloliter. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : 3,71X1 + 31,55X2 + 5,40X3 – DA4 ≤ 612.000 4 Memaksimumkan nilai produksi usaha penangkapan ikan yang optimal di Kabupaten Talaud. Berdasarkan hasil analisis bio-ekonomik dengan pendekatan model Gordon- Schaefer, diperoleh nilai estimasi penerimaan revenue yang optimum lestari dari pemanfaatan sumberdaya ikan utama di perairan Kepulauan Talaud adalah sebesar Rp 30. 871.280.000. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan ini adalah dalam ribuan Rp: DB5 + 600.000 X1 + 6.000 X2 + 18.000 X3 = 30.871.280 Hasil analisis linear goal programming LGP dari persamaan-persamaan diatas dengan alat bantu software LINDO disajikan dalam Gambar 16. Gambar 16 Hasil analisis Linear Goal Programming Berdasarkan Gambar 16 diatas diketahui bahwa semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal ini ditunjukkan dari nilai variabel deviasional DA atau DB yang sama dengan nol. Dengan demikian, pemanfaatan sumberdaya ikan utama laying, tongkol, cakalang, dan tuna sebesar nilai MEY dapat tercapai, penyerapan tenaga kerja sebanyak 5.174 juga tercapai, penggunaan bahan bakar minyak juga tidak melebihi kapasitas yang tersedia, dan penerimaan nilai sumberdaya ikan yang optimal juga dapat terpenuhi. Pengalokasian unit penangkapan ikan yang optimal di perairan Kepulauan Talaud dari hasil analisis ini adalah sebagai berikut: pukat cincin sebanyak 19 unit, jaring insang hanyut sebanyak 685 unit, dan pancing tonda sebanyak 832 unit Tabel 31. Tabel 31 Alokasi jumlah armada penangkapan yang optimum di perairan Kepulauan Talaud No. Unit penangkapan ikan Ukuran Jumlah unit 1. Pukat cincin 15 GT 19 2. Jaring insang hanyut 4 GT 685 3. Pancing tonda 7 GT 832 Jumlah 1.536 Bila membandingkan hasil analisis alokasi ini dengan jumlah unit penangkapan yang ada pada tahun 2008, maka perlu ada penyesuaian komposisi jumlah dari ketiga unit penangkapan tersebut seperti disajikan pada Tabel 32. Ada jenis unit penangkapan yang disarankan untuk ditambah atau ditingkatkan, yaitu: unit penangkapan pukat cincin dan pancing tonda, dan ada yang dikurangi, yaitu: unit penangkapan jaring insang hanyut. Hal ini secara umum disebabkan oleh pengalokasian yang memperhitungkan beberapa aspek, yaitu aspek efektivitas, penyerapan tenaga kerja dan efisiensinya, sehingga unit penangkapan yang kurang efektif, ketersediaan SDI nya sedikit, jumlah penyerapan tenaga kerjanya minim dan kontribusi usahanya yang tidak tinggi, tentu jumlah yang akan dialokasikannya sedikit, bahkan mungkin tidak dialokasikan. Tabel 32 Perbandingan jumlah optimum dan eksisting pada tahun 2008 dari 3 jenis unit penangkapan ikan terpilih di perairan Kepulauan Talaud No. Unit penangkapan ikan Estimasi jumlah yang optimum unit Jumlah yang ada pada tahun 2008 unit 1. Pukat cincin 19 47 2. Jaring insang hanyut 685 718 3. Pancing tonda 832 208 Jumlah 1.536 973 Selanjutnya, untuk mengimplementasikan hasil ini, tentunya tidak langsung melakukan pembatasan atau pengurangan secara drastis bagi unit penangkapan yang berlebih tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara rasional dan bertahap, seperti melakukan pengalihan usaha dari unit penangkapan yang berlebih ke unit penangkapan yang belum optimal jumlahnya, dan menutup atau tidak memperpanjang ijin usaha unit penangkapan yang jumlahnya berlebih hingga mencapai titik optimalnya.

2. Optimasi prasarana pelabuhan perikanan

Prasarana pelabuhan atau yang biasa disebut dengan pelabuhan perikanan merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang kegiatan usaha perikanan tangkap, karena kegiatan proses produksi dapat terhambat atau bahkan sulit dilakukan bila tidak tersedia komponen ini. Tanpa pelabuhan perikanan, kegiatan bongkar muat tidak mungkin dilakukan dengan baik dan lancar. Pelabuhan perikanan di Indonesia diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasarkan ukuran GT kapal yang dilayani, daerah penangkapan armadanya, panjang dermaga dan kedalaman kolamnya, produksinya, tujuan pemasarannya, dan fasilitas kawasan industrinya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.16Men2006. Pembagian kelas pelabuhan perikanan tersebut adalah: 1 Pelabuhan Perikanan Samudera atau PPS, dicirikan dengan melayani kapal ikan ≥ 60 GT, daerah penangkapannya di laut teritorial, ZEE Indonesia dan laut lepas, panjang dermaga minimal 300 m dengan kedalam kolam minimal minus 3 m, memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sekitar 100 - 200 tonhari atau sekitar 40.000 tontahun, hasil tangkapannya untuk ekspor, dan memiliki kawasan industri. 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara atau PPN, dicirikan dengan melayani kapal ikan 15 - 60 GT, daerah penangkapannya di di laut teritorial dan ZEE Indonesia, panjang dermaga minimal 150 m dengan kedalam kolam minimal minus 3 m, memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sekitar 40 - 50 tonhari atau sekitar 8.000 – 15.000 tontahun, dan memiliki kawasan industri. 3 Pelabuhan Perikanan Pantai atau PPP, dicirikan dengan melayani kapal ikan 5 - 15 GT, daerah penangkapannya di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial, panjang dermaga minimal 100 m dengan kedalam kolam minimal minus 2 m, memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sekitar 15 - 20 tonhari atau sekitar 4000 tontahun. 4 Pangkalan Pendaratan Ikan atau PPI, dicirikan dengan melayani kapal ikan ≤ 5 GT, daerah penangkapannya di di perairan pedalaman dan perairan kepulauan, panjang dermaga minimal 50 m dengan kedalam kolam minimal minus 2 m, memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sekitar 10 tonhari atau sekitar 2.000 tontahun. Kebutuhan minimal prasarana pelabuhan di perairan Kepulauan Talaud dapat diestimasikan dengan menggunakan pendekatan klasifikasi diatas dan jumlah alokasi armada yang optimum. Tahap pertama dalam estimasi adalah menentukan kelas pelabuhannya berdasarkan ukuran kapal atau armada yang akan dilayani. Setelah itu menghitung kebutuhan jumlahnya dengan cara membagi perkiraan jumlah produksi kapal ikan yang ada dengan daya tampung kelas pelabuhan yang telah ditentukan. Berdasarkan pendekatan ini, ada 2 kelas pelabuhan yang dibutuhkan, yaitu pelabuhan perikanan pantai PPP untuk menampung dan melayani armada pukat cincin dan tonda, dan pangkalan pendaratan ikan PPI untuk menampung dan melayani armada jaring insang hanyut. Selanjutnya, hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah prasarana pelabuhan perikanan yang optimum untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di Kepulauan Talaud adalah 1 unit PPP dan 1 unit PPI. Rincian perhitungan jumlah kebutuhan prasarana pelabuhan diperairan Kepulauan Talaud ditunjukkan pada Tabel 33. Tabel 33 Jumlah kebutuhan optimum prasarana pelabuhan di perairan Kepulauan Talaud Unit penangkapan ikan Produktivitas tonkapaltahun Jumlah kapal unit Jumlah Estimasi Produksi per tahun ton Klasifikasi Pelabuhan Jumlah kebutuhan Pelabuhan unit Pukat cincin 125,0 19 2.375,0 PPP 1 Pancing tonda 2,0 832 1.664,0 PPP Jaring insang hanyut 1,5 685 1.027,5 PPI 1 Keterangan: Estimasi jumlah optimum prasarana pelabuhan = [Jumlah Estimasi Produksi per tahun Daya tampung tipe pelabuhan]

3. Optimasi sarana pemasaran hasil tangkapan

Pemasaran merupakan salah satu tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen, pedagang, pengolah sampai konsumen Hanafiah dan Saefudin, 1983 dalam Sutisna, 2007. Seharusnya semua kegiatan pemasaran hasil tangkapan yang didaratkan oleh nelayan harus dilaksanakan secara lelang di tempat pelelangan ikan TPI yang merupakan bagian dari fasilitas fungsional pada prasarana pelabuhan perikanan. Aktivitas pelelangan ikan bertujuan untuk memperoleh harga ikan yang optimum bagi kedua belah pihak, yaitu nelayan dan pedagangpembeli ikan. Agar proses pemasaran ikan melalui pelelangan ini dapat berjalan lancar, tentu diperlukan suatu kapasitas atau luasan tempat pelelangan ikan TPI yang cukup untuk menampung semua produksi hasil tangkapan yang didaratkan. Estimasi kebutuhan luas gedung TPI yang ideal diperlukan di perairan selatan Kepulauan Talaud, dapat didekati dengan formula baku dalam pokok- pokok desain pelabuhan perikanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pelabuhan Perikanan, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, yakni:  . . R k P S  keterangan: S = Luas gedung TPI m 2 P = Jumlah produksi yang didaratkan per hari tonhari k = Koefisien ruang daya tampung produksi m 2 ton R = Frekuensi lelang per hari a = Koefisien perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang 0,27-0,394 Untuk nilai koefisien ruang daya tampung produksi k, digunakan nilai yang telah ditetapkan sesuai dengan keadaan di Indonesia seperti terilhat pada Tabel 34. Tabel 34 Nilai koefisien ruang daya tampung produksi k berdasarkan jenis kelompok ukuran ikan Jenis kelompok ukuran ikan Cara Penyusunan Nilai koefisien ruang k Udang Dalam peti disusun 10 lapis 1,56 Ikan kecil, cumi, lobster Dalam keranjang ditumpuk 3 lapis 6,00 Ikan sedang dan besar, seperti: tongkol, cakalang, layang, dll Dijejer disusun di lantai 15,00 Kemudian, untuk mengestimasi kebutuhan luasan TPI tersebut juga diperlukan 3 tiga asumsi, yaitu: 1 Jumlah hari kerja unit pelelangan ikan di pelabuhan perikanan setiap tahun adalah 250 hari. 2 Dalam setiap hari kerja dilakukan 2 kali pelelangan. 3 Ratio produksi yang didaratkan pada suatu pelabuhan perikanan adalah berbanding lurus dengan ratio jumlah estimasi produksi optimum dari kapal ikan yang dapat dilayaninya. Berdasarkan pendekatan rumus, nilai-nilai koefisien dan asumsi diatas, jumlah luasan TPI yang minimum dibutuhkan untuk melayani pelelangan hasil tangkapan yang didaratkan di perairan Kepulauan Talaud adalah sebesar 441 m 2 , dengan rincian di setiap PPN memerlukan luasan TPI minimum sebesar 352 m 2 , sedangkan di setiap PPI memerlukan luasan TPI minimum sebesar 89 m 2 . Secara lengkap hasil estimasi disajikan pada Tabel 35 dan 36. Tabel 35 Jumlah kebutuhan total luasan Tempat Pelelangan Ikan TPI yang optimum di perairan Kepulauan Talaud Jenis Ikan Produksi optimum MEY tonthn Produksi per hari tonhari Koefisien tempat m2ton Luas kebutuhan Gedung TPI m2 Layang 5.145,21 20,58 15,00 441 Tongkol Cakalang Tuna 441 Tabel 36 Jumlah kebutuhan luasan Tempat Pelelangan Ikan TPI yang optimum di perairan Kepulauan Talaud untuk setiap kelas pelabuhan perikanan Kelas Pelabuhan Perikanan Jumlah Pelabuhan Perikanan unit Jumlah Produksi optimum unit Ratio luasan TPI Luasan total TPI m2 Luasan TPI rata-rata disetiap kelas Pelabuhan Perikanan m2 PPP 1 4039,0 0,80 441 352 PPI 1 1027,5 0,20 89 Keterangan: Ratio luasan TPI = [ Jumlah produksi optimum disetiap kelas pelabuhan perikanan Total produksi ] Luasan TPI rata-rata disetiap kelas pelabuhan perikanan = [ Ratio luasan TPI x Total luasan TPI Jumlah unit disetiap kelas pelabuhan perikanan ]

4. Optimasi unit pengolahan ikan

Unit pengolahan ikan hasil tangkapan yang merupakan kegiatan pasca produksi dalam sistem perikanan tangkap, berperan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapan, daya awetnya dan juga guna meningkatkan nilai tambahnya. Kebutuhan jumlah unit pengolahan ikan yang ideal diperlukan dalam menunjang kegiatan pengembangan perikanan tangkap di perairan selatan Kepulauan Talaud, dapat diestimasi dengan menggunakan asumsi: 1 Koefisien pengolahan untuk komoditi layang, tongkol, cakalang dan tuna diasumsikan idealnya adalah 70 dari produksi optimum. 2 Jumlah hari kerja unit pengolahan ikan setiap tahun adalah 250 hari. 3 Kapasitas rata-rata ideal unit pengolahan ikan diasumsikan sebesar 5 tonhari. Berdasarkan asumsi tersebut dan menggunakan nilai produksi optimum, maka kebutuhan jumlah unit pengolahan ikan yang ideal untuk perairan Kepulauan Talaud dapat diestimasi, yaitu sebanyak 3 unit. Secara lengkap hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Jumlah kebutuhan unit pengolahan hasil perikanan di perairan Kepulauan Talaud Jenis Ikan Produksi optimum MEY tonthn Koefisien untuk pengolahan Jumlah bahan baku tontahun Kapasitas unit pengolahan tontahununit Jumlah unit pengolahan unit Layang 5.145,21 70 3.601,65 1.250 3 Tongkol Cakalang Tuna Keterangan: Estimasi jumlah optimum unit pengolahan ikan = [ Jumlah produksi optimum x Koef. Pengolahan Kapasitas unit pengolahan ]

5. Optimasi jumlah tenaga kerja nelayan dan tenaga kerja lain

Para tenaga kerja perikanan tangkap yang biasa disebut dengan istilah nelayan merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Bahkan, komponen ini tidak dapat dipisahkan dengan komponen kapalperahu dan alat tangkap yang menyatu dalam satu unit penangkapan ikan. Jumlah nelayan dari unit penangkapan ikan yang terpilih di perairan Kepulauan Talaud berdasarkan hasil observasi lapang dan wawancara menunjukkan bahwa setiap pukat cincin atau purse seine dapat menyerap rata- rata 24 orangunit, pancing tonda rata-rata sebanyak 4 unitorang, dan jaring insang hanyut rata-rata sebanyak 4 orangunit. Kemudian, dengan menggunakan hasil analisis alokasi unit penangkapan ikan yang optimum, maka dapat diestimasikan bahwa kebutuhan jumlah nelayan optimum untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis utama di perairan Kepulauan Talaud adalah sebanyak 6.524 orang. Jumlah nelayan yang tercatat di perairan Kepulauan Talaud adalah sebanyak 5.174 orang, sehingga dengan pengalokasian ini masih dapat menyerap jumlah tenaga kerja nelayan sebanyak 1.350 orang. Kebutuhan jumlah nelayan optimum menurut jenis unit penangkapan ikan terpilih di perairan Kepulauan Talaud disajikan pada Tabel 38. Tabel 38 Kebutuhan jumlah nelayan optimum di perairan selatan Kepulauan Talaud menurut jenis unit penangkapan ikan terpilih. No. Unit penangkapan ikan Jumlah Kapal unit Jumlah nelayan per unit kapal orang Jumlah Nelayan orang 1. Pukat cincin 19 24 456 2. Pancing tonda 832 4 3.328 3. Jaring insang hanyut 685 4 2.740 Jumlah 6.524 Selain itu, kebutuhan tenaga kerja lain yang terkait dengan kegiatan perikanan tangkap dalam upaya memenfaatakan sumberdaya ikan pelagis utama di perairan Kepulauan Talaud dapat diestimasi dengan pendekatan yang sederhanai, yaitu dengan cara mengalikan jumlah optimum dari setiap jenis saranaprasarana yang diperlukan dalam pengembangan perikanan tangkap di perairan Kepulauan Talaud dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang ideal untuk setiap unitnya. Data kebutuhan jumlah tenaga kerja rata-rata atau yang ideal per unit untuk setiap jenis saranaprasarana dari komponen perikanan tangkap diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pihak terkait. Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja lain diluar nelayan yang dapat terserap dengan pola pengembangan ini adalah 1.500 orang. Rincian lengkap perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39 Kebutuhan jumlah tenaga kerja lain yang terkait dengan pengembangan perikanan pelagis di perairan Kepulauan Talaud. SaranaPrasarana Kapasitas Jumlah unit Jumlah Tenaga Kerja per unit orangunit Kebutuhan Tenaga Kerja orang PPP 4000 tonthn 1 500 500 PPI 2000 tonthn 1 200 400 Unit Pengolahan Ikan 1250 tonthnunit 3 200 600 Total Kebutuhan Tenaga Kerja orang 1.500

5.5 Strategi Pembangunan Perikanan Tangkap di Kawasan Perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud

1. Alternatif strategi

Dari hasil analisis bioekonomi dan model simulasi dapat dilihat bahwa meski Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki potensi sumber daya ikan yang dapat dimanfaatkan serta memiliki potensi untuk meningkat penerimaan daerah, kondisi wilayah perbatasan menyebabkan terjadinya kebocoran ekonomi dari sektor perikanan ke wilayah atau negara lain seperti Philipina. Kebocoran ekonomi merupakan potensi ekonomi yang hilang yang menjadi “korbanan” bagi masyararakat nelayan di wilayah Talaud. Dengan demikian diperlukan beberapa terobosan kebijakan untuk mengurangi dampak kebocoran tersebut. Untuk mendapatkan strategi yang tepat maka perlu dikaji terlebih dahulu faktor-faktor yang akan memberikan pengaruh terhadap pengambilan suatu kebijakan seperti faktor kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang. 1 Faktor lingkungan strategis Sebelum menentukan strategi pengembangan yang tepat, perlu untuk mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor lingkungan strategis yang berperan nyata dalam pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Talaud terlebih dahulu. Faktor-faktor lingkungan strategis baik internal maupun eksternal diperoleh melalui pendapatwawancara dengan sejumlah responden dan hasilnya akan dianalisis dengan matriks Internal Factor Evaluation IFE dan External Factor Evaluation EFE. 1 Analisis matriks IFE Internal Factor Evaluation Matriks IFE diperoleh dari hasil analisis lingkungan internal yaitu mencakup identifikasi faktor-faktor kunci internal berupa kekuatan dan kelemahan pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Hasil analisis matriks IFE pada pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud yang meliputi seluruh faktor kunci internal kekuatan dan kelemahan adalah nilai skor sebesar 2,593. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud berada pada level rata-rata di dalam kekuatan internal seluruhnya. Sehingga dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud tersebut diperlukan adanya optimalisasi dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki serta mereduksi kelemahan yang ada dalam mencapai keberhasilan pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Lebih rinci mengenai besarnya skor pada matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40 Matriks Internal Factor Evaluation IFE Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Strength : 1. Potensi SDI yang belum mencapai titik MSY 0.0908 4.000 0.363 2. Kedekatan secara geografis dengan pasar 0.0905 3.333 0.302 3. Komitmen PEMDA terhadap pengembangan kawasan perbatasan 0.0912 3.857 0.352 Kelemahan Weaknessess : 1. Unit penangkapan masih kurang 0.0907 2.952 0.268 2. Kemampuan SDM masih rendah 0.0906 2.000 0.181 3. Infrastruktur belum memadai 0.0910 2.000 0.182 4. Jumlah dan kemampuan kapal patroli belum memadai 0.0912 1.857 0.169 5. Alokasi dana perikanan belum masuk skala prioritas APBD 0.0908 1.952 0.177 6. Belum adanya industri pengolahan 0.0911 2.429 0.221 7. Sulitnya mendapatkan BBM 0.0913 1.619 0.148 8. Belum adanya rencana pengelolaan perikanan di daerah 0.0909 2.524 0.229 Total 1,0000 2.592 Sumber: Data Primer diolah Berdasarkan Tabel 40 dapat dilihat bahwa faktor kunci internal yang memiliki skor kekuatan tertinggi adalah potensi sumberdaya ikan yang belum mencapai titik MSY, Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,0908 dengan rating 4 dan skor sebesar 0,363; Komitmen PEMDA terhadap pengembangan kawasan perbatasan, Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,0912 dengan rating 3,857 dan skor sebesar 0,352; dan Kedekatan secara geografis dengan pasar, Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,0905 dengan rating 3,333 dan skor sebesar 0,302; dimana potensi tersebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan pembangunan perikanan di kawasan perbatasan. Faktor kunci ini merupakan peluang utama dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Selain mengidentifikasi kekuatan internal pada pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud, matriks IFE juga menunjukkan berbagai kelemahan dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Faktor internal yang memiliki skor kelemahan terbesar adalah sulitnya mendapatkan BBM, yang memiliki bobot 0,0913 dengan rating 1,619 sehingga skornya menjadi 0,148; dan Jumlah dan kemampuan kapal patroli belum memadai, yang memiliki bobot 0,0912 dengan rating 1,857, sehingga skornya menjadi 0,169. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud kebijakan yang dikeluarkan harus berupaya memperbaiki ketersediaan BBM dan jumlah kapal patroli, sehingga pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud dapat memaksimalkan kekuatan yang dimiliki. 2 Analisis matriks EFE External Factor Evaluation Matriks EFE mengidentifikasi faktor-faktor kunci eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud pada kondisi aktual saat ini. Dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman pengaruh lingkungan eksternal untuk menuju optimalisasi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud. Peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41 Matriks External Factor Evaluation EFE Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Opportunities 1. Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga Filipina BIMP-EAGA 0,1242 3,095 0,385 2. Kebijakan nasional untuk percepatan pembangunan KTI 0,1253 2,571 0,322 3. Deklarasi Manado WOC 0,1263 2,714 0,343 4. Perpres No. 78 Tahun 2005 tentang Pulau- pulau kecil Perbatasan 0,1252 2,190 0,274 Ancaman Threats 1. Illegal market transhipment 0,1258 1,190 0,150 2. Illegal fishing 0,1254 2,190 0,275 3. Faktor cuaca 0,1241 1,333 0,166 4. Tingkat kesenjangan kesejahteraan penduduk lokal dengan negara tetangga sangat signifikan 0,1235 2,381 0,294 Total 1,0000 2,208 Sumber: Data Primer diolah Tabel 41 menunjukkan bahwa faktor kunci eksternal yang memberikan peluang terbesar bagi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud adalah Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga Filipina BIMP- EAGA. Hal ini ditunjukkan oleh nilai skor terbesar yang dimiliki faktor kunci eksternal ini yaitu sebesar 0,1242 dengan bobot sebesar 0,385 dan rating sebesar 3,095. rating yang diberikan pada peluang tersebut sebesar 3,095 menunjukkan bahwa selama ini pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud telah memberikan respon yang baik terhadap keadaan peluang-peluang tersebut. Faktor eksternal yang memberikan ancaman terbesar bagi pembangunan perikanan di Kabupaten Talaud adalah Tingkat kesenjangan kesejahteraan