Latar Belakang Kebijakan pengembangan perikanan tangkap di kawasan perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud

Tabel 2 Jumlah alat tangkap perikanan di Kabupaten Kepulauan Talaud pada Desember 2007 No. Jenis Alat Tangkap Jumlah unit 1 2 3 4 5 6 7 Pukat cicin Jaring insang a. Jaring insang hanyut b. Jaring insang lingkar c. Jaring insang tetap Pancing a. Rawai hanyut b. Rawai tetap dasar c. Pancing tonda d. Pancing ulur e. Pancing tegak f. Pancing cumi g. Pancing lainnya Perangkap a. Bubu b. Perangkap lainnya Alat pengumpul dan alat penangkap a. Alat penangkap teripang Lain-lain a. Muro ami b. Jala tebar Garpu, tombak dan lain-lain 25 601 122 280 316 55 1.029 518 340 56 450 260 155 95 2 150 171 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Talaud, 2009 Dalam kondisi potensi sumberdaya yang besar, sementara sistem pemanfaatan sumberdaya di dalam negeri yang belum baik, menjadikan kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Kepulauan Talaud belum optimal. Kondisi armada dalam negeri yang masih rendah, perdagangan ikan yang kurang menguntungkan nelayan dan penegakan hukum yang belum sempurna, pemanfaatan sumberdaya ikan belum mampu memsejahterakan nelayan lokal, tetapi justru menguntungkan nelayan Philipina. Kerjasama perbatasan Indonesia dan Filipina sebenarnya telah dirintis sejak 14 September 1965 melalui penandatanganan Border Crossing Agreement hingga tercapainya Border Crossing Agreement 1975. Dengan persetujuan tersebut, maka penduduk perbatasan diberikan kemudahan untuk melakukan kunjungan yang bersifat sosial –budaya. Kerjasama ini telah diperbaharui beberapa kali, guna menyesuaikannya dengan situasi dan perkembangan keadaan di lapangan. Sementara itu, untuk kegiatan perdagangan di daerah perbatasan, kedua negara pada tahun 1971 telah menyepakati Border Trade Agreement. Pada kedua persetujuan tersebut ditetapkan bahwa sebagian pulau-pulau di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Talaud sebagai wilayah kerjasama perbatasan Indonesia dan Filipina. Selain itu, sesuai dengan kesepakatan lintas perbatasan ini maka ditetapkan 3 Border Crossing Station BCS di wilayah Indonesia Miangas, Marore, Tarakan dan 3 Border Station di wilayah Filipina Tibanban, Batuganding, Bungau. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Kepulauan Talaud, timbul permasalahan jika hasil pembangunan yang dicapai tidak sesuai dengan tujuan pengelolaan yang diharapkan. Tujuan pengelolaan yang diharapkan adalah agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan masyarakat dapat meningkat tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan yang dapat merugikan kelangsungan hidup generasi yang akan datang. Namun demikian, kondisi perikanan di Kabupaten Talaud belum optimal seperti yang diharapkan. Secara umum pemanfaatan sumber daya perikanan di perairan kabupaten Kepulauan Talaud masih belum optimal dan masih dapat ditingkatkan. Keadaan masa kini menunjukkan bahwa perikanan tangkap sangat banyak diperhadapkan pada berbagai permasalahan antara lain illegal fishing, kurangnya sarana produksi dan belum adanya kebijakan pembangunan perikanan tangkap yang dikaitkan dengan status kabupaten Kepulauan Talaud sebagai kawasan perbatasan.

1.2 Perumusan Masalah

Hasil pengamatan di wilayah studi menunjukkan bahwa, belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kepulauan Talaud hal ini disebabkan : kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, lemahnya penegakan hukum, Perda yang belum mendukung, kemiskinan, sarana dan prasarana masih terbatas dan belum adanya kebijakan perbatasan. Disamping hal-hal tersebut maka sangat menonjol terjadinya illegal unreported and unregulated IUU fishing atau kegiatan yang tidak dilaporkan dan tidak diatur di daerah ini. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Kepulauan Talaud berbatasan langsung dengan perairan Philipina. Perbatasan tersebut dibentuk oleh Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ZEEI yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Philipina. Keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh armada Philipina yang masuk ke daerah ZEE Indonesia termasuk perairan Kabupaten Kepulauan Talaud. Disisi yang lain, rendahnya kemampuan armada lokal Kabupaten Kepulauan Talaud menyebabkan armada penangkapan ikan dari Philipina dapat dengan leluasa melakukan illegal fishing. Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan indikasi bahwa keterpaduan dan koordinasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Kepulauan Talaud belum sepenuhnya terlaksana. Ketidak-terpaduan dan kurangnya koordinasi tersebut antara lain disebabkan karena pelaksanaan pembangunan dan peraturan perundangan yang digunakan masih bersifat sektoral serta belum adanya kejelasan fungsi dan wewenang dan lembaga-lembaga yang terlibat. Kemudian, untuk mengembangkan perikanan tangkap di perairan Kabupaten Kepulauan Talaud, tentu akan menghadapi beberapa kendala atau permasalahan utama yang perlu dianalisis dan dijawab. Dari latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1 Apa jenis atau komoditi sumberdaya ikan yang dominan dimanfaatkan dari perairan laut Kabupaten Kepulauan Talaud, serta berapa ketersediaan atau daya dukung optimum dari sumberdaya ikan tersebut? 2 Apa jenis teknologi penangkapan yang tepat digunakan untuk memanfaatkan komoditi ikan tersebut dan berapa alokasi optimumnya? 3 Berapa kerugian yang dialami oleh Pemerintah Kepulauan Talaud yang disebabkan oleh IUU Fishing dan bagaimana mengatasi kerugian akibat IUU fishing ? 4 Bagaimana tahapan pengembangan perikanan tangkap yang optimum dan komprehensif ? 5 Komponen apa saja yang menjadi penggerak utama dan yang sangat menentukan keberhasilan pengembangan sub-sektor perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara ? 6 Kebijakan apa saja yang dapat diterapkan untuk pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama adalah menyusun rancangbangun pengembangan perikanan tangkap di kawasan perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud. Tujuan khusus : 1 Menganalisis kondisi sumberdaya ikan 2 Menganalisis keragaan finansial perikanan tangkap 3 Menganalisis illegal fishing 4 Optimasi perikanan tangkap 5 Menyusun strategi pembangunan perikanan tangkap di kawasan perbatasan kabupaten Kepulauan Talaud

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud dalam upaya pemberdayaan nelayan dan pembangunan daerah melalui pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. 2 Di bidang IPTEK sebagai dasar penelitian lebih lanjut dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang perikanan. 3 Bagi pelaku bisnis sebagai acuan dalam perencanaan maupun implementasi investasi di bidang usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam rangka melakukan penelitian dengan judul Kebijakan Pembangunan Perikanan di Kawasan Perbatasan Kabupaten Kepulauan Talaud maka penelitian ini dibatasi sampai dengan penyusunan alternatif kebijakan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. Selanjutnya ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada aspek - aspek sebagai berikut: 1 Inventarisasi terhadap faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud. 2 Formulasi strategi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud.

1.6 Kerangka Pemikiran

Dalam upaya pemecahan masalah yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperlukan satu pemikiran konseptual untuk memberikan