dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 87.498.437, maka diperoleh keuntungan sebesar Rp 153.581.063. Pada skenario optimum, total penerimaan usaha yang
diperoleh pada tingkat pemanfaatan optimum yaitu sebesar Rp 480.168.500 dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 126.706.906, maka diperoleh keuntungan
sebesar Rp 353.461.593 Tabel 15. Nilai total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi total biaya.
2 Analisis revenue-cost ratio RC
Analisis revenue-cost ratio
RC dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat
memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya Djamin 1984. Analisis RC menghitung perbandingan antara total penerimaan dengan total
biaya. Semakin besar RC maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. Nilai RC yang diperoleh pada tahun 2010 yaitu sebesar 2,8 atau lebih
besar dari 1, artinya usaha ini menguntungkan dimana setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan atau keuntungan sebesar Rp 2,8. Nilai
RC yang diperoleh pada skenario optimum adalah sebesar 3,8 atau lebih besar dari 1, artinya usaha ini menguntungkan dimana setiap Rp. 1,00 biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,8 Tabel 15.
3 Analisis titik impas BEP
Titik impas
atau break event point
BEP adalah suatu keadaan dimana jumlah penerimaan sama dengan jumlah pengeluaran. Analisis BEP digunakan
untuk mengetahui sampai batas mana usaha penangkapan ikan hias masih memperoleh keuntungan jika kelompok nelayan membangun fasilitas penanganan
yang memadai. BEP volume pada usaha perikanan ikan hias laut pada tahun 2010 dicapai pada Rp 31.185.256, artinya usaha ini akan mulai menghasilkan
keuntungan pada apabila berada pada titik yang lebih besar dari Rp 31.185.256. Pada skenario optimum, BEP didapatkan sebesar Rp 29.118.495, artinya usaha ini
akan mulai menghasilkan keuntungan apabila berada pada titik yang lebih besar dari Rp 29.118.495 Tabel 15.
4 Rentabilitas ROI
Rentabilitas atau
return on investment ROI adalah kemampuan suatu
usaha untuk menghasilkan keuntungan. Berdasarkan hasil analisis pada tingkat
pemanfaatan tahun 2010 didapatkan nilai ROI sebesar 87,2, dan pada skenario optimum didapatkan nilai ROI sebesar 200,8 Tabel 15. Artinya bahwa
investasi di bidang usaha perikanan ikan hias laut di P. Weh sangat layak dikembangkan pada kedua skenario, karena memiliki nilai ROI 25.
4.9.2 Analisis kriteria investasi
Untuk memutuskan layak atau tidaknya investasi di bidang perikanan ikan hias laut dilakukan dengan menghitung nilai NPV, IRR, dan Net BC. Asumsi-
asumsi yang digunakan dalam menyusun perhitungan kriteria investasi perikanan ikan hias laut diantaranya adalah:
1 Analisis yang dilakukan merupakan usaha baru yang akan dikembangkan, dengan umur kegunaan ditentukan selama 10 tahun.
2 Harga yang digunakan baik untuk biaya maupun penerimaan mengalami peningkatan sebesar 5 setiap tahun selama umur investasi.
3 Nilai-nilai investasi yang digunakan dalam analisis berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan pada tahun 2010. 4 Kapal kayu dipilih sebagai dasar analisis karena berdasarkan analisis ekonomi
upaya penangkapan kapal kayu memiliki nilai yang paling tinggi. 5 Discount factor ditetapkan sebesar 14 per tahun yang mengacu kepada
tingkat suku bunga pinjaman usaha program Kredit Usaha Rakyat Bank BRI Juni 2011.
6 Biaya perawatan kapal, mesin dan alat tangkap meningkat 5 per tahun proyek. Hal ini dikarenakan kapal, mesin dan alat tangkap merupakan barang
yang sudah terpakai. 7 Kebutuhan bahan bakar dan oli solar meningkat 5 per tahun proyek. Hal ini
disebabkan oleh umur teknis semakin tua sehingga kebutuhan bahan bakar semakin bertambah.
Dari hasil analisis didapatkan nilai NPV pada tingkat pemanfaatan tahun 2010 sebesar Rp 654.416.008 yang menunjukan nilai saat ini dari keuntungan
yang akan diperoleh selama umur investasi 10 tahun. Nilai IRR didapatkan sebesar 0,39, artinya investasi mampu memberikan tingkat pengembalian atau
keuntungan sebesar 39 per tahun dari seluruh investasi yang ditanamkan selama
umur proyek 10 tahun. Nilai Net BC didapatkan sebesar 3,39, artinya bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar
Rp 3,39 selama umur investasi 10 tahun dengan asumsi suku bunga pinjaman sebesar 14.
Pada skenario optimum, nilai NPV didapatkan sebesar Rp 1.825.664.314 yang menunjukan nilai saat ini dari keuntungan yang akan diperoleh selama umur
investasi 10 tahun. Nilai IRR didapatkan sebesar 0,88, artinya investasi mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan sebesar 88 per tahun dari
seluruh investasi yang ditanamkan selama umur proyek 10 tahun. Nilai Net BC didapatkan sebesar 6,85, artinya bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 6,85 selama umur investasi 10 tahun dengan asumsi suku bunga pinjaman sebesar 14. Dari hasil perhitungan pada
kedua skenario dapat disimpulkan bahwa usaha perikanan ikan hias laut di P. Weh sangat layak untuk dikembangkan.
Tabel 15 Perbandingan hasil analisis finansial pengembangan usaha ikan hias laut di P. Weh pada skenario pemanfaatan tahun 2010 dan pemanfaatan
optimum
No Kriteria Usaha
Tingkat pe manfaatan tahun 2010
Tingkat pe manfaatan optimum
1 Total Penerimaan Rp 241.079.500
480.168.500 2 Total Biaya Rp
87.498.437 126.706.906
3 Investasi Rp 176.040.000
176.040.000 4 Keuntungan Rp
153.581.063 353.461.593
5 RC 2,8
3,8 6 BEP volume Rp
31.185.256 29.118.495
7 ROI 87,2
200,8 8 NPV
645.416.008 1.828.866.052
9 IRR 0,39
0,88 10 Net BC
3,39 6,85
4.10 Analisis Pemasaran 4.10.1 Pelaku pemasaran dan jalur pemasaran
Pemasaran produk ikan hias laut yang berasal dari P. Weh dilakukan melalui beberapa pelaku pemasaran dan jalur pemasaran Gambar 20, yaitu: