Gambar 14 Perbedaan rata-rata ± 1 galat baku kelimpahan ind.ha
-1
ikan karang berdasarkan daerah pengelolaan di P. Weh.
Dari 77 spesies ikan hias laut yang teridentifikasi di daerah pemanfaatan, kelimpahan terendah adalah 40 ind.ha
-1
ditemukan pada beberapa spesies diantaranya botana kapsul Acanthurus tenneti, botana lettersix Paracanthurus
hepatus , dan enjiel doreng Pygoplites diacanthus, sedangkan kelimpahan
tertinggi adalah adalah ikan jae-jae Cromis viridis, sebesar 2300 ind.ha
-1
. Sebaran kelimpahan dari 77 spesies ikan hias laut di daerah pemanfaatan memiliki
rata-rata 236 ind.ha
-1
dengan nilai tengah 100 ind.ha
-1
Q1=60, Q3=208, menujukan bahwa sebaran memusat di sebelah kiri atau miring ke kanan.
Nilai dugaan kelimpahan spesies ikan hias laut dikelompokkan berdasarkan daerah pengelolaan yang ada di P. Weh. yaitu Kawasan Konservasi Laut Daerah
KKLD Pesisir Timur, Taman Wisata Alam Laut TWAL Iboih, dan daerah pemanfaatan. Daftar jenis-jenis ikan karang yang potensial untuk dimanfaatkan
sebagai ikan hias laut disajikan pada Lampiran 2.
4.4 Pendugaan Kuota Tangkapan Lestari Sumberdaya Ikan Hias Laut di Pulau Weh
Pendugaan kuota tangkapan lestari ikan hias laut di P. Weh didasarkan atas hasil pendugaan nilai Maximum Sustainable Yield MSY yang dilakukan
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
Daerah Pemanfaatan
TWAL Iboih
KKLD
K e
li m
pa ha
n Ra
ta ‐ra
ta i
nd. h
a
‐1
Daerah Pengelolaan
menggunakan kedua pendekatan Schaefer dan Fox. Mengacu kepada Wiadnya et al
. 2005, kuota tangkapan ditetapkan sebesar 80 dari nilai dugaan MSY. Pendugaan kuota tangkapan lestari hanya dilakukan pada daerah
pemanfaatan dimana tidak terdapat aturan yang melarang kegiatan penangkapan dengan menggunakan jaring. Hal ini dilakukan untuk memberikan nilai dugaan
yang dapat diaplikasikan jika aturan di daerah perlindungan yang ada di P. Weh ditegakkan dengan efektif.
Nilai dugaan MSY dan kuota tangkapan disajikan dalam jumlah ikan yang boleh ditangkap dalam satu tahun. Hasil perhitungan pendugaan MSY dan kuota
tangkapan per tahun disajikan pada Tabel 7 model Schaefer dan Tabel 8 model Fox. Pendugaan kuota tangkapan lestari dilakukan pada seluruh spesies ikan
yang ditangkap oleh nelayan P. Weh, kecuali pada ikan kepe kuning Genicanthus melanospilos
karena tidak tersedianya data kelimpahan dari survei sensus visual. Hal ini disebabkan karena ikan tersebut memiliki habitat di perairan yang lebih
dalam sehingga tidak ditemukan saat dilakukan survei sensus visual yang hanya dilakukan pada kedalaman 2 dan 7 meter. Berdasarkan data NOAA NESDIS
COASTWATCH, didapatkan rata-rata suhu perairan di P. Weh pada tahun 2009 adalah 29,8
o
C. Hasil perhitungan didapatkan bahwa hasil pendugaan MSY menggunakan
model Schaefer memiliki angka rata-rata yang lebih tinggi dari model Fox. Berdasarkan pola hubungan linier antara jumlah stok S dan nilai MSY, model
Schaefer menghasilkan persamaan linier y = 0,886x – 8651 dengan nilai R² = 99,2, y = 0,652x – 6248 dengan nilai R² = 99,2, dimana y adalah MSY dan x
adalah jumlah stok. Kedua persamaan linier tersebut menujukkan bahwa dengan menggunakan
model Schaefer, nilai MSY didapatkan sebesar 0,886 88,6 dari stok alaminya, sedangkan berdasarkan model Fox didapatkan sebesar 0,652 65,2 Gambar 13
dan 14. Hal ini menujukkan bahwa hasil pendugaan MSY dengan menggunakan model Fox menghasilkan nilai yang lebih konservatif. Berdasarkan alasan
pendekatan kehati-hatian precautionary approach maka analisis selanjutnya didasarkan atas hasil pendugaan model Fox.