Latar Belakang Sustainable utilization strategy on ornamental reef fish resources in Weh Island, Aceh,

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan karang merupakan sumber makanan sekaligus pendapatan yang penting bagi masyarakat pesisir. Di dunia, pemanfaatan sumberdaya hayati ini dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan di dalamnya telah menurunkan kemampuan produksi alami dan keberlanjutannya Sale 2002. Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya ikan karang adalah untuk memenuhi kebutuhan akan ikan hias untuk akuarium air laut. Akuarium ikan hias air laut merupakan salah satu diantara hobi yang paling populer, dengan jutaan penghobi di seluruh dunia. Uni Eropa secara keseluruhan merupakan pasar terbesar bagi produk ikan hias; namun Amerika Serikat dan Jepang merupakan negara pengimpor terbesar ikan hias di dunia. Meskipun tidak ada nilai pasti dari perdagangan dan industri ikan hias, total ikan hias dan avertebrata yang diimpor oleh berbagai negara di seluruh dunia diperkirakan bernilai 350 juta US Dollar Hardy 2003. Setiap tahunnya, lebih dari satu miliar ikan hias diperdagangkan di seluruh dunia, terdiri lebih dari 4000 jenis ikan air tawar dan 1400 jenis ikan air laut, yang melibatkan lebih dari 100 negara Whittington Chong 2007. Industri perikanan ikan hias berproduksi dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 14 sejak tahun 1985, dengan seluruh nilai dari rangkaian industri yang meliputi penjualan ritel, material-material yang berasosiasi dengan ikan hias, upah dan produk-produk non-ekspor diperkirakan mencapai 15 miliar US Dollar Bartley 2000. Menurut Abdullah 2005, Dirjen Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran DKP, Sumpeno Putro mengatakan volume ekspor ikan hias pada 2001 sebesar US14,6 juta dan pada 2004 sudah meningkat menjadi US15,7 juta. Secara keseluruhan nilai transaksi perdagangan ikan hias di pasar dunia sekitar US500 juta. Perdagangan ikan karang hidup di Indonesia telah berlangsung selama 20 hingga 25 tahun, dimana pekembangannya sejalan dengan perkembangan kebutuhan pasar. Akan tetapi di sisi lain kondisi lingkungan perikanan karang saat ini menunjukkan penurunan yang tajam COREMAP 2009. McClanahan 1994 mengemukakan bahwa perlu dilakukan sebuah pengelolaan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan hias laut, karena pemanfaatannya yang semakin berkembang dapat mengancam keberadaan dan keanekaragaman spesies sumberdaya ikan karang. Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dari sudut pandang ekologi adalah a kegiatan pemanfaatan yang memperhatikan keberlanjutan stok ikan, b menjaga sumberdaya perikanan secara lebih luas dan spesies-spesies lain didalamnya, dan c menjaga serta meningkatkan kesehatan ekosistem Charles 2001. Pengambilan ikan hias laut yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan kepunahan lokal yang diakibatkan oleh pengambilan yang berlebih overfishing dan tidak terkontrol. Pengambilan yang berlebih mencakup pengambilan organisme itu sendiri pada berbagai ukuran yang suboptimal tangkapan potensialnya McManus 1997. Menurunnya stok suatu sumberdaya tidak hanya disebabkan oleh terjadinya overfishing, tetapi juga dapat disebabkan oleh rusaknya habitat ikan tersebut. Oleh karena itu pengelolaan perikanan akan beralih dari penerapan TAC Total Allowable Catch yang merupakan tujuan utama, menuju pengelolaan berbasis ekosistem dengan pendekatan daerah perlindungan laut termasuk penetapan zona larang tangkap di dalamnya Pauly 2002. Pengelolaan jangka panjang terhadap populasi ikan karang khususnya ikan hias sangat baik apabila dilakukan dengan menggabungkan penelitian biologi dan perikanan, pengelolaan sumberdaya, pengembangan budidaya, keterlibatan pihak- pihak terkait dan dukungan peraturan Sadovy Vincent 2002. Pengelolaan perikanan karang hidup yang berkelanjutan akan mengacu dua hal pengelolaan yaitu: a pengelolaan sumberdaya perikanan untuk memastikan kesehatan terumbu karang dan tersedianya stok perikanan; dimana masyarakat dan pemerintah setempat memiliki rencana pengelolaan perikanan dengan memperhatikan stok perikanan, kemampuan sumberdaya alam dan pemanfaat perikanan; serta b pengelolaan penanganan perikanan untuk perdagangan. Membangun kesepakatan penanganan antara nelayan, pengepul dan pembeli tentang cara penanganan yang baik dan bermanfaat untuk peningkatan mutu, kualitas perikanan serta kualitas sumberdaya perikanan COREMAP 2009. Beberapa strategi yang telah dikembangkan dalam pengelolaan ikan hias antara lain melalui penetapan daerah perlindungan laut atau daerah larang ambil serta evaluasi total tangkapan yang diperbolehkan Total Allowable Catches Ochavillo dan Hodgson 2006. Model perikanan dapat digunakan untuk menduga tangkapan lestari terhadap banyaknya stok yang dimanfaatkan. Model tersebut harus mempunyai data tangkapan dan upaya serta parameter demografik terhadap organisme target Hilborn dan Walters 1992. Pendugaan laju eksploitasi dan pembatasan melalui pendugaan stok ikan adalah salah satu model yang dapat digunakan untuk pemanfaatan lestari ikan hias, karena mencakup komponen keseimbangan reproduksi, pertumbuhan, mortalitas penangkapan, dan mortalitas alami Pet-Soede et al. 2000; Ochavillo dan Hodgson 2006. Pemanfaatan sumberdaya ikan hias di Pulau Weh telah berlangsung sejak tahun 1997. Adanya dinamika politik dan keamanan di Aceh mengakibatkan kegiatan pemanfaatan ikan hias sempat terhenti. Pasca terjadinya bencana tsunami pada tahun 2004 dan seiring dengan upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Aceh, kegiatan pemanfaatan ikan hias air laut di Pulau Weh mulai kembali berkembang sejak 5 tahun yang lalu. Pada tahun 2010 terdapat dua puluh dua 22 orang nelayan ikan hias di P. Weh yang berdomisili di Desa Beurawang. Pulau Weh memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan karang untuk pasar ikan hias. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Ardiwijaya et al. 2007 di beberapa kawasan pengelolaan di Pulau Weh, kelimpahan rata-rata ikan karang di daerah pemanfaatan adalah 22.135 ind.ha -1 , daerah pengelolaan kawasan wisata 51.735 ind.ha -1 , dan daerah di bawah pengelolaan Panglima Laut 70.517 ind.ha -1 . Sedangkan biomassa ikan karang di daerah pemanfaatan adalah 460 kg.ha -1 , kawasan wisata 924 ind.ha -1 , dan panglima laut 1.346 ind.ha -1 . Menurut Yulianto 2010 teridentifikasi sebanyak 84 spesies ikan karang yang dimanfaatkan secara ekonomi oleh nelayan di P. Weh, yang didominasi oleh famili Scaridae, Caesionidae dan Acanthuridae. Dari aspek kelestarian ekologi dan sumberdaya terdapat 9 spesies ikan karang yang perlu dilindungi di P. Weh, yaitu Pseudobalistes fuscus, Carangoides plagiotaenia, Elagatis bipinnulatus, Lutjanus bohar , Cephalopholis boenak, Cephalopholis miniata, Epinephelus caeruleopunctatus , Epinephelus spilotoceps, dan Variola louti. Hal tersebut didasarkan atas indikasi tingkat kerentanan yang cukup tinggi dimana perbandingan hasil tangkapan dan biomassa ikan yang rendah. Kajian pemanfaatan lestari ikan karang di P. Weh yang dilakukan oleh Yulianto 2010 hanya mencakup jenis-jenis ikan konsumsi dan belum mencakup jenis-jenis ikan karang yang dimanfaatkan sebagai ikan hias akuarium. Terdapat perbedaan mendasar antara kajian ikan konsumsi dan kajian ikan hias laut. Pendugaan stok ikan konsumsi pada umumnya dilakukan melalui pendekatan satuan biomassa, sedangkan ikan hias laut menggunakan pendekatan satuan kelimpahan karena produksinya yang selalu dihitung dalam satuan jumlah individu ikan. Aktivitas pemanfaatan ikan hias laut di P. Weh masih mengalami beberapa permasalahan, salah satunya dalam hal proses-proses penanganan sejak ikan ditangkap hingga proses pengiriman ikan kepada pembeli. Keterbatasan kapasitas penampungan dan pengetahuan mengenai cara penanganan ikan hias menimbulkan masalah dalam hal kualitas ikan. Selain itu, saat ini pola pemanfaatan ikan hias laut di Pulau Weh sangat ditentukan oleh permintaan. Nelayan di Desa Beurawang cenderung hanya menangkap satu spesies ikan karang yaitu jenis botana biru Acanthurus leucosternon. Model pemanfaatan yang hanya bergantung pada satu spesies seperti ini akan menimbulkan tekanan kepada suatu populasi ikan yang akhirnya mengancam keberadaan stok. Meskipun pertimbangan ekologi harus diterapkan untuk memastikan sumberdaya alam terlindungi, tetapi kriteria ekonomi tetap merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pemanfaatan ikan hias laut. Diperlukan sebuah pengaturan yang tidak mengabaikan keuntungan ekonomi dari kegiatan ini, atau kegiatan pemanfaatan akan berjalan secara illegal maupun tidak menguntungkan secara ekonomi Dufour 1997. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan potensi pengembangan pemanfaatan sumberdaya ikan hias laut di Pulau Weh, perlu dibangun sebuah model pemanfaatan yang didasarkan atas konsep keberlanjutan dari perspektif ekologi dan ekonomi.

1.2 Perumusan Masalah