Unsur-unsur strategi SWOT 1 Kekuatan
S5: Kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap pelestarian sumberdaya terumbu karang
Masyarakat pesisir di Pulau Weh memiliki tingkat kesadaran yang relatif tinggi dalam menjaga kelestarian sumberdaya terumbu karang yang ada di
wilayah mereka. Hal ini dibuktikan dengan tetap berfungsinya lembaga adat Panglima Laut yang salah satunya berfungsi sebagai lembaga pengelola untuk
menjamin pemanfaatan sumberdaya pesisir secara bijaksana. Adanya hal tersebut mendorong pengembangan kegiatan perikanan ikan hias laut yang
bertanggungjawab dengan menerapkan praktek-praktek pemanfaatan yang ramah lingkungan.
S6: Adanya suatu rumusan model pemanfaatan sumberdaya ikan hias laut yang optimum di Pulau Weh
Berdasarkan hasil analisis optimasi menggunakan pemrograman linier teridentifikasi sebanyak 3 spesies ikan yang pemanfaatannya harus ditingkatkan
yaitu botana kapsul Acanthurus tenneti, botana lettersix Paracanthurus hepatus
, dan enjiel batman Pomacanthus imperator untuk mencapai keuntungan yang optimum Tabel 8.
2 Kelemahan Weakness:
W1: Terbatasnya sarana penanganan hasil tangkapan ikan hias Sarana penanganan hasil tangkapan ikan hias laut yang dimiliki nelayan
masih sangat terbatas, baik dari sarana penampungan sementara hingga sarana pengemasan packing. Untuk memenuhi semua kebutuhan sarana tersebut,
nelayan ikan hias perlu melakukan tambahan investasi yang biayanya relatif cukup tinggi.
W2: Kurangnya pengetahuan penanganan yang baik
Aktivitas pemanfaatan ikan hias di P. Weh masih mengalami beberapa kendala, terutama dalam hal proses-proses penanganan sejak ikan ditangkap hingga proses
pengiriman ikan kepada pembeli. Selain adanya keterbatasan kapasitas penampungan, keterbatasan pengetahuan mengenai cara penanganan ikan hias mengakibatkan masih
relatif tingginya tingkat kematian ikan Novaglio Muttaqin, 2007
W3: Kurangnya sarana informasi pasar Nelayan ikan hias laut di P. Weh belum memiliki informasi pasar nasional
dan internasional yang cukup memadai sebagai acuan untuk memasarkan hasil
tangkapannya. Selama ini nelayan hanya menjual hasil tangkapannya ke pengepul yang berada di Banda Aceh, sehingga peluang pemasaran masih terbatas.
Selanjutnya, masih terbatasnya informasi mengenai jenis-jenis lain yang potensial untuk dimanfaatkan mengakibatkan nelayan sulit untuk melakukan diversifikasi
jenis ikan yang dimanfaatkan. W4: Kurangnya kemampuan dalam menentukan harga
Hingga saat ini nelayan mengalami kesulitan dalam bernegosiasi harga dengan pihak pembeli. Hal ini mengakibatkan keuntungan yang masih relatif
kecil. Jika hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan akan menyulitkan keberlanjutan kegiatan perikanan ikan hias laut di P. Weh. Hal ini terkait juga
dengan masih terbatasnya informasi mengenai harga pasar.
3 Peluang Opportunity:
O1: Potensi pasar yang masih terbuka Kegemaran akan ikan hias di hampir semua belahan dunia dari tahun ke
tahun cenderung terus meningkat. Dirjen Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran DKP, Sumpeno Putro mengatakan volume ekspor ikan hias pada
2001 sebesar US14,6 juta dan pada 2004 sudah meningkat menjadi US15,7 juta. Sedangkan nilai transaksi perdagangan ikan hias di pasar dunia sekitar
US500 juta Abdullah, 2005. Hal ini menunjukan kecenderungan peningkatan permintaan terhadap ikan hias di dunia. Labih jauh, ketertarikan masyarakat
Indonesia untuk memiliki akuarium ikan hias air laut diharapakan akan terus meningkat seiring dengan semakin mudahnya akses terhadap teknologi akuarium
air laut. O2: Sumberdaya ikan karang yang melimpah dan keragaman yang tinggi
Pesisir Pulau Weh didominasi oleh ekosistem terumbu karang, dimana kondisinya relatif masih sangat baik. Pulau Weh sebagai bagian dari Sumatera
yang memiliki keragaman terumbu karang yang sangat tinggi diantara kawasan lainnya di bagian barat Indonesia, dimana fauna laut, ikan karang, dan campuran
spesies unik dari Samudera Pasifik dan Hindia Brown 2007. Dari hasil penelitian ditemukan sebanyak 77 spesies potensial sebagai ikan hias laut di P.
Weh dengan potensi ekonomi lebih kurang 5,6 milyar rupiah per tahun.
O3: Adanya peluang dukungan modal investasi dari luar Pengembangan perikanan ikan hias di Pulau Weh mempunyai faktor
peluang yang cukup besar, yaitu adanya minat pengusaha dalam menginvestasikan modalnya dalam usaha perikanan ikan hias laut. Berdasarkan
informasi dari Yayasan Alam Indonesia Lestari, terdapat beberapa eksportir ikan hias yang berminat untuk berinvestasi dan membantu pengembangan kegiatan
ikan hias di P. Weh Rekshodiharjo G 24 November 2010, komunikasi pribadi. O4: Dukungan program pemerintah pusat
Saat ini pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan memiliki visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk perikanan
terbesar di dunia pada tahun 2015. Visi tersebut tertuang di dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. Per. 06MEN2010 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2010-2014 www.kkp.go.id. Visi ini dilaksanakan melalui empat pilar utama yaitu melalui
penguatan kelembagaan dan sumberdaya manusia SDM, pengelolaan berkelanjutan, peningkatan produktivitas dan daya saing, serta perluasan akses
pasar domestik dan internasional. Adanya visi pemerintah ini ikut menjadi pendorong bagi pengembangan kegiatan perikanan ikan hias laut di Pulau Weh.
O5: Dukungan lembaga non pemerintah bagi kegiatan perikanan ikan hias yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.
Saat ini beberapa lembaga non-pemerintah memiliki program pendampingan kepada nelayan-nelayan ikan hias laut yang bertujuan untuk
memberikan arahan dalam pemanfaatan secara bertanggungjawab dan berkelanjutan. Lembaga non-pemerintah yang memiliki kepedulian terhadap isu
pemanfaatan ikan hias laut diantaranya adalah Yayasan Terumbu Karang Indonesia Terangi dan Yayasan Alam Indonesia Lestari LINI. Salah satu
program LINI adalah memberikan pelatihan kepada nelayan-nelayan ikan hias laut tentang tata cara penangkapan dan penanganan yang benar. Lebih jauh,
lembaga Wildlife Conservation Society WCS bekerjasama dengan nelayan ikan hias di Pulau Weh untuk melakukan kajian strategi pemanfaatan sumberdaya ikan
hias laut di P. Weh secara bertanggungjawab dan berkelanjutan.
4 Ancaman Threat:
T1: Belum adanya dukungan dari pemerintah daerah dan kelompok masyarakat lainnya
Penangkapan ikan hias laut di Pulau Weh masih merupakan isu sensitif bagi kalangan tertentu, termasuk nelayan. Pemanfaatan ikan hias laut masih
identik dengan cara-cara penangkapan yang merusak seperti penggunaan sianida. Hal ini diakibatkan belum terjalinnya komunikasi yang baik antara kelompok-
kelompok masyarakat sehingga kegiatan ini masih dianggap kegiatan yang mengancam kelestarian sumberdaya. Selanjutnya, adanya fenomena ini
mengakibatkan pemerintah daerah enggan untuk ikut mengembangkan kegiatan perikanan ikan hias laut di Pulau Weh.
T2: Masih adanya peraturan daerah yang menghambat Upaya mengembangkan kegiatan pemanfaatan ikan hias laut di Pulau Weh
masih terkendala dengan adanya peraturan pemerintah yang membatasinya. Dalam Qanun nomor 6 tahun 1997 Tentang Perlindungan dan Pelestarian
Kawasan Perairan pantai Dalam Kotamadya Daerah Tingkat II Sabang, terdapat butir yang menyatakan pelarangan pemanfaatan ikan hias laut di beberapa wilayah
di Pulau Weh. Adanya Qanun tersebut juga mengakibatkan pemerintah daerah enggan untuk ikut mengembangkan kegiatan perikanan ikan hias laut di Pulau
Weh. T3: Persaingan dengan daerah lain
Ancaman lain dalam pemasaran ikan hias laut di Pulau Weh adalah adanya produk dari daerah lain di Aceh di daerah Kabupaten Aceh Besar. Hingga saat ini
belum ada informasi spesifik mengenai produksi dari daerah tersebut, termasuk jenis ikan yang dijual, volume, harga, dan daerah pemasarannya. Keberadaan
pesaing dari daerah Aceh Besar ini tentunya akan menjadi ancaman bagi pengembangan kegiatan pemanfaatan ikan hias laut di Pulau Weh.
T4: Keterbatasan pemanfaatan daerah penangkapan Ancaman dari aspek pengelolaan kawasan adalah adanya keterbatasan
pemanfaatan daerah penangkapan yang disebabkan oleh adanya daerah-daerah pengelolaan pesisir di Pulau Weh. Daerah tersebut adalah wilayah KKLD pesisir
timur Pulau Weh yang meliputi 2 kelurahan yaitu Ie Meulee dan Anoi Itam, serta wilayah Taman Wisata Alam Laut TWAL di kelurahan Iboih. Kegiatan
penangkapan ikan hias laut dilarang dilakukan di daerah-daerah tersebut karena adanya larangan penggunaan jaring, yang juga merupakan alat yang digunakan
untuk menangkap ikan hias laut di Pulau Weh T5: Ancaman perubahan iklim
Terjadinya peningkatan suhu rata-rata air laut yang diakibatkan oleh fenomena perubahan iklim dapat mengancam keberadaan ekosistem terumbu
karang. Pada bulan April hingga Mei 2010, terjadi fenomena pemutihan karang coral bleaching di perairan utara Aceh yang mengakibatkan 67 karang
mengalami pemutihan, dimana 37 diantaranya mengalami kematian Muttaqin et al
. 2011. Hasil dari beberapa penelitian telah memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan frekuensi pemutihan karang dan mengancam
kelangsungan hidup jangka panjang dari terumbu karang Donner et al. 2005. Karena terumbu karang merupakan habitat utama ikan hias laut, perubahan iklim
yang mengancam ekosistem terumbu karang juga akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan hias laut di alam.