Tahap pengumpulan data Perumusan strategi pemanfaatan ikan hias laut di pulau weh menggunakan analisis SWOT

2 Selanjutnya masing-masing faktor peluang dan ancaman diberi bobot pada kolom 2 mulai dari nilai 1,0 sangat penting hingga 0,0 tidak penting. Jumlah bobot untuk faktor eksternal peluang dan ancaman dan faktor internal kekuatan dan kelemahan sama dengan 1,0; 3 Selanjutnya masing-masing faktor diberi peringkat rating pada kolom 3 dengan skala nilai antara 4 sangat besar sampai dengan 1 kecil. Pemberian peringkat didasarkan atas pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi aktivitas suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai pemeringkatan untuk peluang dan kekuatan bersifat positif nilai 4=sangat besar, 3=besar, 2=sedang, dan 1=kecil. Selanjutnya pemberian nilai pemeringkatan untuk ancaman dan kelemahan bersifat negatif nilai 4=kecil, 3=sedang, 2=besar, dan 1=sangat besar; 4 Kemudian ditentukan skor pembobotan dari masing-masing faktor dengan mengalikan nilai bobot kolom 2 dengan nilai peringkat kolom 3, dan hasilnya diletakkan pada kolom 4; 5 Tahap terakhir adalah menjumlahkan skor pembobotan dari masing-masing faktor pada kolom 4. Nilai tersebut menunjukkan bagaimana sistem bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan internalnya. Tabel 3 Matriks External Strategic Factors Analysis Summary EFAS Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Peringkat Skor 1 2 3 4 Peluang: O1 4 O2 3 O3 2 .... 1 Ancaman: T1 1 T2 2 T3 3 .... 4 TOTAL 1,00 - Tabel 4 Matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary IFAS Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Peringkat Skor 1 2 3 4 Kekuatan: S1 4 S2 3 S3 2 .... 1 Kelemahan: W1 1 W2 2 W3 3 .... 4 TOTAL 1,00 - 2. Tahap analisis Pada tahap analisis digunakan Model Matriks TOWS, dimana terdapat 4 kelompok strategi yang dapat dihasilkan, yaitu strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T Tabel 5. Setelah diperoleh matriks TOWS, selanjutnya disusun peringkat dari semua strategi yang dihasilkan berdasarkan faktor-faktor penyusun strategi tersebut. Tabel 5 Model matriks TOWS dari hasil analisis SWOT STRENGTHS S WEAKNESSES W SO1 WO1 SO2 WO2 SO3 WO3 … … … … SOn WOn ST1 WT1 ST2 WT2 ST3 WT3 … … … … STn WTn I F A S E F A S OPPORTUNITIES O THREATS T 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Beurawang terletak di bagian selatan Pulau Weh, berada di wilayah administratif Kota Sabang, Provinsi Aceh. Secara geografis, Desa Beurawang terletak pada posisi 5° 47 12.32 LU dan 95° 20 22.25 BT, dan Kota Sabang terletak pada koordinat 05° 46’ 28” – 05° 54’ 28 LU dan 95° 13’ 02” - 95° 22’ 36” BT Gambar 3. Di sebelah utara dan timur, Pulau Weh berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Selat Benggala, dan di sebelah barat dibatasi oleh Samudera Hindia BAPPEDA 2010. 4.2 Profil Perikanan Ikan Hias Laut di Pulau Weh 4.2.1 Nelayan ikan hias laut di Pulau Weh Kegiatan perikanan ikan hias laut di Desa Beurawang telah dimulai sejak tahun 1997. Nelayan ikan hias laut di Pulau Weh seluruhnya berasal dari Desa Beurawang, yang merupakan salah satu desa di bagian selatan P. Weh. Pada tahun 2010 terdapat 22 orang nelayan aktif yang menangkap ikan hias laut. Para nelayan tersebut bekerja dalam beberapa kelompok kecil, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 8 kelompok nelayan yang rata-rata terdiri atas 2 hingga 3 orang. Terdapat 2 orang nelayan yang tidak berkelompok dan bekerja sendiri tanpa menggunakan kapal. Saat ini terdapat dua orang pengepul yang membeli ikan hias dari nelayan tersebut dan berdomisili di Kota Banda Aceh. Diantara nelayan dan pengepul terdapat keterikatan tertentu dimana masing-masing pengepul telah memiliki kelompok nelayan tertentu yang mensuplai ikan. Meskipun begitu kondisi ini tidak terlalu mengikat, dimana masing-masing kelompok nelayan dapat menjual kepada pengepul mana saja pada kondisi tertentu, misalnya saat harus memenuhi kekurangan permintaan dari pembeli. Antara nelayan dan pengepul juga terdapat pola hubungan patron klien, akan tetapi sangat lemah. Pengepul biasanya hanya membantu meminjamkan biaya operasi penangkapan ikan jika nelayan tidak memiliki modal yang nantinya dibayar dengan memotong hasil penjualan. Biaya pengiriman dari Desa Beurawang ke Banda Aceh ditanggung oleh pengepul. Segala modal dan biaya operasional untuk perahu, alat tangkap, dan bahan bakar minyak BBM berasal dari nelayan sendiri. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 16 orang nelayan, sebanyak 14 diantaranya 87,5 menyatakan bahwa kegiatan penangkapan ikan hias merupakan sumber mata pencaharian utama, dan sisanya sebagai mata pencaharian sampingan. Sumber mata pencaharian lain adalah pegawai kelurahan, berkebun, dan berjualan warung.

4.2.2 Keragaan unit penangkapan

Alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan di Desa Beurawang untuk menangkap ikan hias laut adalah jaring penghalang berbahan dasar PA Poly Amide multifilamen. Jaring yang digunakan memiliki berbagai jenis ukuran, dengan tinggi berkisar 1 hingga 1,5 meter, panjang 2 hingga 2,5 meter, dan mesh size 1,75 inci. Pelampung yang digunakan berbahan dasar plastik yang dipasang dengan jarak antara lebih kurang 20 cm. Pemberat jaring menggunakan pemberat berbahan timah dengan jarak antara pemasangan lebih kurang 5 cm. Komposisi daya apung dan daya penenggelaman dari pelampung dan pemberat diatur sedemikian rupa sehingga jaring dapat tenggelam ke dasar perairan dan terentang sempurna secara vertikal Gambar 6. Sebagai alat bantu penangkapan, nelayan ikan hias menggunakan sebuah serok scoop net untuk menangkap ikan. Bagian rangka serok terbuat dari besi dengan diameter 3 mm 18 inci, dan bagian jaring terbuat dari jaring Mercedes knotless dengan ukuran mesh 1 cm. Serok memiliki diameter 20 cm, dan pada bagian pegangan serok terbuat dari kayu Gambar 7. Jaring penghalang berfungsi untuk menjebak ikan yang akan ditangkap, dengan cara dilingkarkan sedemikian rupa membentuk kira-kira setengah lingkaran. Setelah ikan terperangkap di dalam jaring penghalang, kemudian ikan diambil dengan menggunakan serok Gambar 8. Alat bantu penangkapan lainnya yang digunakan adalah keranjang tampungan, digunakan untuk menyimpan ikan sementara segera setelah ikan ditangkap. Keranjang tampungan yang digunakan oleh nelayan Desa Beurawang merupakan modifikasi dari penutup nasi berbahan plastik yang dipasangi karet