Peran Herbivori Dalam Ekosistem Terumbu Karang Makroalga

2.6. Peran Herbivori Dalam Ekosistem Terumbu Karang

Herbivori herbivory atau grazing adalah proses atau kegiatan hewan herbivora mengkonsumsi bagian tubuh tanaman, dimana tana man tidak mati akibat kegiatan tersebut. Pada ekosistem terumbu karang, hewan pemakan tanaman atau herbivora merupakan komponen pengendali utama pertumbuhan tanaman makroalga. Herbivori merupakan satu proses ekologis yang sangat penting pada ekosistem terumbu karang, yang dapat mengendalikan kelimpahan makroalga, dimana kelimpahan makroalga yang tak terkendali akan mendominasi terumbu karang. Secara alami makroalga merupakan biota yang sangat cepat menempati setiap ruang yang kosong, untuk itu keberadaan he rbivori untuk membuka ruang yang penuh alga sangat dibutuhkan oleh larva karang menempati ruang untuk penempelan. Dengan adanya hewan herbivora akan dibutuhkan oleh anakan karang agar makroalga tidak menghalanginya dari sinar matahari. Sebagaimana Lirman 2001 menyatakan bahwa laju kelulushidupan koloni karang dilaporkan rendah dengan adanya makroalga yang tumbuh didekatnya. Sedangkan Mc Cook 2001 pada awalnya meragukan apakah makroalga dapat menyerang karang secara agresif, atau hanya sekedar menutup karang dari sinar matahari. Dari hasil review Imam bachtiar 2009 mengatakan bahwa dari kajian pustaka hingga tahun 2001 tersebut, makroalga dianggap tidak dapat menyebabkan kematian karang melainkan secara tidak langsung menurunkan kelulusanhidup karang. Kecepatan tumbuh makroalga yang dapat memberikan dampak negatif terhadap komunitas karang dianggap hanya muncul jika terjadi pengkayaan nutrien.Tetapi Jompa dan Mc Cook 2003a,b melaporkan fakta baru bahwa ‘turf algae’ Anotrichium tenue dan Corallophila huymansii dapat tumbuh menutupi dan melukai jaringan karang Porites. Kehadiran ikan karang herbivora dapat menjadi penyelamat karang tertentu dari agresivitas makroalga tersebut.

2.7. Makroalga

Makroalga berbeda dengan mikroalga dimana makroalga memiliki banyak sel dan berkuran besar. Namun beberapa diantaranya seperti Acetabularia dan Caulerpa memiliki satu sel Ladrizabal 2007. Makroalga memiliki bentuk yang luas mulai dari jaringan kulit yang sederhana, foliose daun melambai sampai filamentous menyerupai benang dengan struktur cabang yang sederhana sampai bentuk yang komplek dengan memiliki spesialisasi untuk menangkap cahaya, reproduksi, pendukung, pengapungan dan menempel pada dasar perairan. Ukuran ma kroalga dapat mencapai 3 – 4 meter seperti Sargassum. Makroalga juga dapat hidup pada terumbu karang yang sudah mati atau bebatuan, hampir semua spesies tidak dapat hidup pada perairan yang berlumpur dan berpasir karena tidak memiliki akar yang dapat menambat pada sedimen seperti lamun. Dibandingkan dengan tanaman yang memiliki jaringan lebih lengkap, makroalga memiliki siklus hidup yang lebih komplek, macam- macam cara reproduksi yaitu 1 kebanyakan alga bereproduksi secara sexual dan aseksual dengan mengeluarkan gamet dan spores 2 penyebaran vegetasi danatau berfragmentasi membelah bagian tanaman untuk memproduksi individual baru Mc Cook 2001. Menurut Mc Cook 2008 Klasifikasi makroalga berdasarkan komposisi pigmen dalam proses fotosintesis adalah : 1. Rhodophyta Red Algae 2. Ochrophyta Brown Algae 3. Chlorophyta Green Algae 4. Cyanophyta Blue-Green Algae Berdasarkan pada fungsi karakteristik ekologi seperti bentuk tanaman, ukuran, kekuatan, kemampuan berfotosintesis, kemampuan bertahan terhadap grazing perumputan dan pertumbuhan, makroalga dapat diklasifisikasikan sebagai berikut Rogers et al. 1994 dan Mc Cook 2001; : 1. Turfs Algae : Kumpulan atau asosiasi beberapa spesies dari alga, sebagian besar filamentous dengan pertumbuhan yang cepat, produktivitas dan rata-rata berkoloni yang tinggi. Turf memiliki biomass yang rendah per unit area, tetapi mendominasi dalam proporsi yang besar pada area terumbu karang walaupun dalam terumbu karang yang sehat. 2. Fleshy macroalgae or rumput laut : Bentuk alga yang besar lebih kaku dan secara anatomi lebih komplek dibandingkan dengan turf alga, lebih sering ditemukan di daerah terumbu karang yang datar dan herbivor yang rendah karena kadang mereka memproduksi partikel kimia yang menghalangi grazing oleh ikan. 3. Crustose Alga : Tanaman keras yang tumbuh sebagai kulit melekat pada terumbu karang dengan penampakan seperti lapisan cat daripada tanaman biasa, memiliki pertumbuhan yang lambat. Menghasilkan calcium carbonate batu kapur dan mungkin memiliki peran penting dalam sementasi kerangka terumbu karang secara bersama-sama Pada ekosistem terumbu karang makroalga terutama turf alga merupakan produsen primer penting karena dapat berfotosintesis makroalga menjadi makanan favorit bagi para herbivora Morissey 1985 dan sebagai dasar pada jaring makanan di ekosistem terumbu karang, mereka membuat habitat bagi para invertebrata dan vertebrata pada kepentingan fungsi ekologi dan ekonomi, berbeda dengan biota lain yang menempati ekosistem terumbu karang seperti ikan karang, terumbu karang dan lamun dimana jika jumlahnya semakin banyak akan lebih baik, makroalga yang berlimpah membuat degradasi terumbu karang dimana terjadi pergantian fase dari terumbu karang menjadi makroalga walaupun tergantung pada jenis makroalganya Jompa Mc Cook 2002.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perairan Kabupaten Bintan Gambar 3.1. dengan memilih dua wilayah yang dijadikan objek penelitian lokasi I pertama yaitu di muara pantai Trikora. Sedangkan lokasi II kedua adalah Pulau Mapur. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 3 tiga bulan, dimulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2009.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang memerlukan analisis yang saling terkait antara kondisi kualitas perairan dengan kondisi tutupan karang hidup; kondisi tutupan karang hidup dengan ikan karang, kondisi ikan karang dengan tutupan alga, sehingga hasil yang diperoleh dapat memberikan informasi dan rekomendasi untuk alternatif pengelolaan.

3.3. Peralatan yang digunakan

Pengambilan data terumbu karang, ikan karang, dan makroalga dilapangan diperlukan bahan-bahan dan peralatan pendukung sebagai berikut : • Peralatan dasar selam, yang terdiri dari masker, snorkel dan fin • Alat selam SCUBA Self Contain Underwater Breathing Aparatus , yang terdiri dari BCD, regulator, weight belt, tabung udara kapasitas 3000 Psi; • Roll meter • Pelampung tanda • Kamera Bawah air • Sabak bawah air • Perahu motor • Transek kuadrat 1 m x 1 m dan 0.5 m x 0.5 m • Alat tulis menulis bawah air • Buku identifikasi karang, yaitu: Ditlev 1980; Wood 1983; Suharsono 1996; Stafford-Smith, Veron 2001 dan • Laporan serta publikasi yang terkait dengan penelitian. Peralatan yang diperlukan untuk pengambilan data parameter fisik dan kimia disajikan pada Tabel 1.