Pengamatan terumbu karang dan makroalga

3.5. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei untuk mengumpulkan data primer dan penelusuran literatur desk study untuk mengumpulkan data sekunder. Data primer terdiri dari:

3.5.1. Pengamatan terumbu karang dan makroalga

Pengamatan terumbu karang dilakukan dengan menggunakan modifikasi dari metode transek kuadrat English et al. 1997. Dalam metode ini terdapat tiga tahapan yang dilakukan, yaitu pembentangan roll meter, pemasangan pasak, dan pengambilan foto transek. Pemasangan roll meter dilakukan untuk menetapkan transek garis, dimana transek garis ini berfungsi dalam penentuan arah dan jarak yang konstan dari pemasangan transek kuadrat. roll meter dibentangkan sepanjang 50 meter sejajar dengan garis pantai, kemudian pemasangan transek kuadrat dilakukan setiap selang 10 meter. Sebelum pengambilan foto transek, terlebih dahulu dilakukan pemasangan pasak besi di setiap sudut transek kuadrat dengan tujuan sebagai tanda untuk pengamatan berikutnya. Selanjutnya pengambilan foto transek dilakukan dengan menggunakan kamera bawah air. Pengolahan foto dilakukan di darat dengan menggunakan software Image-J sampai pada taraf bentuk pertumbuhan tutupan karang Lampiran 2. Output yang dihasilkan berupa data kondisi penutupan karang yang terdapat dalam transek kuadrat. Gambar 4 Metode pengamatan terumbu karang dengan transek kuadrat ukuran1 m x 1 m Analisis Struktur Lifeform English et al. 1997; Rogers et al. 1994 merupakan pedoman yang digunakan untuk mengamati ekosistem terumbu karang. Metode ini didasarkan pada analisis perbedaan bentuk-bentuk pertumbuhan biota penyusun ekosistem terumbu karang yang merupakan gambaran struktur komunitas dan kondisi habitat yang ditempatinya. Tabel 2 Daftar penggolongan komponen dasar penyusun ekosistem terumbu karang berdasarkan lifeform karang dan kodenya. 3.5.2. Pengamatan ikan karang Pengamatan ikan karang dilakukan dengan metode sensus visual berdasarkan Dartnal dan Jones 1986. Metode ini merupakan salah satu metode Kategori Kode Keterangan Komponen Biotik Acropora Branching ACB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki axial dan radial oralit. Encrusting ACE Biasanya merupakan dasar dari bentuk acropora belum dewasa Submassive ACS Tegak dengan bentuk seperti baji Digitate ACD Bercabang tidak lebih dari 2 o Tabulate ACT Bentuk seperti meja datar Non- Acropora Branching CB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki radial oralit. Encrusting CE Sebagian besar terikat pada substrat mengerak Paling tidak 2 o percabangan Foliose CF Karang terikat pada satu atau lebih titik, seperti daun, atau berupa piring. Massive CM Seperti batu besar atau gundukan Submassive CS Berbentuk tiang kecil, kenop atau baji. Mushroom CMR Soliter, karang hidup bebas dari genera Heliopora CHL Karang biru Millepora CML Karang api Tubipora CTU Bentuk seperti pipa-pipa kecil Soft Coral SC Karang bertubuh lunak Sponge SP Zoanthids ZO Others OT Ascidians , anemon, gorgonian, dan lain -lain Alga Alga assemblage AA Terdiri lebih dari satu jenis alaga Coralline alga CA Alga yang mempunyai struktur kapur Halimeda HA Alga dari genus Halimeda Macroalga MA Alga berukuran besar Turf alga TA Menyerupai rumput-rumput halus Abiotik Sand S Pasir Dead Coral DC Baru saja mati, warna putih atau putih kotor Dead Coral with Alga DCA Karang ini masih berdiri, struktur skeletal masih terlihat Rubble R Patahan karang yang ukurannya kecil Silt SI Pasir berlumpur Water W Air Rock RCK Batu yang umum digunakan dalam survei pengamatan ikan- ikan karang dan telah disepakati menjadi metode baku dalam pengamatan ikan- ikan karang secara kuantitatif di ASEAN pada waktu lokakarya ASEAN-Australia Cooperative Program on Marine Science bulan Agustus-Oktober 1985 di Australian Institute of Marine Science Hutomo 1986. Metode ini secara garis besar hampir sama dengan metode Line Intersept Transect dimana roll meter sepanjang 70 m dibentangkan sejajar dengan garis pantai berlawanan dengan arah arus. Pencatatan data dilakukan dalam air dengan menggunakan sabak kemudian dicatat spesies ikan yang ditemukan. Pencatatan data dilakukan dengan jarak pandang sejauh 2,5 m ke kiri dan 2,5 m ke kanan serta pandangan ke depan sejauh yang terlihat. Namun, jangan sekali-sekali menengok kebelakang karena akan tercipta pengulangan data yang akan membuat data tersebut menjadi tidak valid. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data adalah faktor kecepatan renang, oleh karena itu diperlukan kesabaran sehingga kita dapat berenang dengan santai dan tidak terburu-buru. Hasil pengamatan ikan karang ditabulasikan berdasarkan jenis dan frekuensi ditemukannya pada transek pengamatan. Gambar 5 Pencatatan data kelimpahan dan biomass Sensus Visual Spesies Ikan Karang Labrosse 2002.

3.5.3. Peng ukuran variabel kualitas air