Kondisi Alga Kondisi Lingkungan Perairan Suhu

4.6. Kondisi Alga

Komposisi makroalga dilokasi penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata antar stasiun pengamatan 1,4,5 dan 8 yang menunjukan tutupan alga yang tinggi dibandingkan dengan stasiun 2,3,6 dan 7. Kelompok makroalga merupakan kelompok tutupan yang tertinggi terutama di stasiun 1 16,65, diukuti dengan stasiun 4 15,78 serta stasiun 5 dan 8 10,99 dan 10,69 dibandingkan dengan turf algae ditemukan hanya pada stasiun 4 dan 5 1,24 dan 1,66 sedangkan coralin coralin alga ditemukan pada stasiun 2, 4 dan 5 2,38, 3,82 dan 0,39 Tabel 11dan Gambar 16 Tabel 11 Persentase tutupan Alga di tiap-tiap stasiun penelitian Persentase Penutupan Kawasan I Kawasan II Tipe Substrat St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St .8 Alga 16,65 7,47 2,64 18,06 13,04 0,16 4,45 10,69 Coralin Alga - 2,38 - 3,82 0,39 - - - Macro Alga 16,65 5,09 2,64 13,00 10,99 2,00 4,45 10,69 Turf Alga - - - 1,24 1,66 - - - Gambar 16 Kondisi persentase tutupan Algae di setiap stasiun pengamatan 5 10 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 Persentase tutupan Alga tiap stasiun Coralin Alga M acro Alga Turf Alga

4.7. Kondisi Lingkungan Perairan Suhu

Kondisi rata-rata suhu dilokasi penelitian berkisar antara 29 °C – 31 °C dan tidak begitu berbeda pada setiap lokasi pengamatan nilai suhu tertinggi pada stasiun Teluk bakau stasiun 3 berkisar 30,67 °C. Sedangkan stasiun terendah pada stasiun 1,4,7 dan 8 sebesar 29,67 °C. Gambar 17 Nilai rata-rata suhu °C di setiap stasiun pengamatan Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi organisme dalam aktivitas metabolisme, perkembang biakan serta proses-proses fisiologi organisme karena suhu dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Hasil pengukuran suhu menunjukan bahwa masih tergolong normal untuk kehidupan biota laut khususnya terumbu karang. Beberapa spesies karang dapat bertahan terhadap suhu 14 °C akan tetapi laju klasifikasi menjadi sangat menurun. Demikia n pula dengan suhu yang tinggi, metabolism meningkat sampai kecepatan tertentu hingga pertumbuhan kerangka menurun Tomascik 1991, suhu optimum pertumbuhan karang adalah 25 °C – 30 °C Randall 1983. Kecerahan Kondisi Kecerahan dilokasi penelitian berkisar antara 2.823 m – 4.167 m dan rata-rata kecerahan di stasiun 1 sampai dengan stasiun 4 sampai mencapai dasar perairan. Sedangkan stasiun 7 dan 8 memiliki tingkat kecerahan rata-rata 80 . Cahaya diperlukan unt uk fotosintesis alga simbiotik zooxanthellae yang produknya kemudian disumbang ke hewan karang yang menjadi inangnya Berwick 1983. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan 29.000 30.000 31.000 1 2 3 4 5 6 7 8 29.667 30.000 30.667 29.667 29.667 30.000 29.667 29.667 Suhu C Stasiun Pengamatan 5.000 1 2 3 4 5 6 7 8 3.000 3.750 3.167 2.833 2.8233.000 4.167 4.167 K e c e ra h a n m Stasiun pengamatan 5.000 10.000 1 2 3 4 5 6 7 8 3.000 3.750 3.167 2.833 4.793 6.540 7.240 6.560 K e d a la m a n m Stasiun pengamatan kemudian mengurangi kemampuan karang unt uk membentuk kerangka Nybakken 1989. Oleh karena itu distribusi vertikal terumbu karang dibatasi oleh kedalaman efektif sinar matahari yang masuk ke kolom air Barnes 1980. Gambar 18 Nilai rata-rata kecerahan m di setiap stasiun pengamatan Kedalaman Kondisi Kedalaman di tiap-tiap lokasi penelitian berkisar antara 3 m – 6 m dan kedalaman perairan tertinggi pada stasiun 7 Pantai Songseng dengan kedalaman 5,8 meter dan perairan terendah pada stasiun 4 Masiran yaitu mempunyai kedalaman hanya 2,8 meter. Kebanyakan terumbu karang dapat hidup antara kedalaman 0 – 25 meter dari permukaan laut. Gambar 19 Nilai rata-rata kedalaman m di setiap stasiun pengamatan Kecepatan Arus Kondisi arus di lokasi penelitian berkisar antara 3,128 cmdt – 29,480 cmdt dengan kecepatan arus tertinggi di stasiun 4, 7 dan 8 sebesar 29,480 cmdt sedangkan kecepatan arus terendah adalah lokasi Karang Muara sebesar 3,128 cmdt. Kondisi arus juga berbeda secara nyata untuk masing- masing lokasi pengamatan. Gambar 20 Nilai rata-rata kecepatan arus cmdt di setiap stasiun pengamatan TSS Total Suspended SolidPadatan Tersuspensi Kondisi Padatan tersuspensi dilokasi penelitian berkisar antara 6 mgl– 12 mgl dengan padatan tersuspensi tertinggi di stasiun 6 P. Sentot sebesar 12 mgl sedangkan padatan tersuspensi terendah pada stasiun 2 Karang Penyerap dan stasiun 3 Teluk Bakausebesar 6 mgl. Gambar 21 Kondisi TSS mgl di setiap stasiun pengamatan Kecerahan dan kekeruhan merupakan parameter yang saling berkaitan. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi akan meningkatkan kekeruhan perairan, sebaliknya akan mengurangi kecerahan perairan. Parameter-parameter tersebut marupakan indikasi tingkat produktivitas perairan sehubungan dengan proses respirasi biota perairan dan kualitas perairan. TSS ditiap-tiap stasiun penelitan di Kabupaten Bintan dikategorikan masih di bawah baku mutu air laut 20.000 40.000 1 2 3 4 5 6 7 8 3.128 8.253 3.302 29.480 11.497 11.497 29.480 29.480 K e c e p a ta n a ru s c m d t Stasiun pengamatan 5 10 15 1 2 3 4 5 6 7 8 7 6 6 7 10 12 9 7 T S S m g l Stasiun pengamatan yang diperbolehkan bagi kehidupan biota laut yaitu 20 mgl Kepmen LH. Nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut Salinitas ‰ Hasil pengukuran salinitas dilokasi pengamatan berkisar antara 30.00‰ sampai dengan 33.00‰. Dimana hampir tiap lokasi memikiki kriteria salinitas alami. Sedangkan salinitas yg relatif tinggi pada Kawasan 2 Pulau Mapur stasiun 6,7 dan 8 yaitu sebesar 33‰. Nilai salinitas di lokasi penelitian masih dalam kategori normal untuk kehidupan biota laut, hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi 2003 bahwa nilai salinitas perairan laut berkisar antara 30‰ – 40‰ sedangkan menurut Nybakken 1988 dan Thamrin 2006 salinitas perairan dimana karang dapat hidup adalah pada kisaran 27-40‰ dengan kisaran optimum untuk pertumbuhan karang adalah 34-36‰. Gambar 22 Kondisi salinitas ‰ di tiap-tiap stasiun penelitian Ortofosfat PO 4 - P Hasil pengamatan parameter ortofosfat rata-rata bernilai 0,001 mgl – hampir disetiap stasiun pengamatan dan berbeda pada stasiun 8 dengan memiliki nilai phosphat tertinggi yaitu 0,031 m gl. Fosfat merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh mahluk hidup yang ada diperairan. Sumbangan fosfat terbesar berasal dari sedimentasi yang ada di dasar perairan. Oleh karena itu semakin dalam perairan, semakin besar kandungan fosfatnya. Apabila kadar fosfat dipermukaan lebih tinggi dibanding kolom air yang lebih dalam, bila diperairan tersebut banyak mendapatkan pengaruh dari darat berupa sumbangan ‘limbah penduduk’. Limbah 28 30 32 34 1 2 3 4 5 6 7 8 30 30 32 31 30 33 33 33 S a li n it a s ‰ Stasiun pengamatan penduduk yang banyak menyumbang kadar fosfat diantaranya detergen. Secara umum kandungan phosfat di stasiun penelitian masih dikategorikan dibawah nilai baku mutu yang ditetapkan oleh Kepmen LH no.51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut bagi biota laut ya itu sebesar 0,015 mgl. Kecuali stasiun 8 yang memiliki kadar phosfat diatas ambang baku mutu air laut bagi biota laut. Gambar 23 Kondisi Ortophospate mgl di setiap stasiun pengamatan Nitrat NO 3 - N Konsentrasi nitrogen dalam bentuk nitrat dilokasi penelitian berkisar antara 0,001 – 0,7 mgl dan berbeda pada masing- masing lokasi penelitian. Lokasi Kepala Mapur memiliki nilai konsentrasi nitrat paling tinggi sebesar 0,7 mgl dan lokasi Pulau Sentot dan Pantai Songseng memiliki konsentrasi nitrat paling rendah sebesar 0,001 mgl. Menurut Effendi 2003 kadar nitrat di perairan alami hampir tidak pernah melebihi 0,1 mgl. Kadar nitrat lebih dari 5 mgl menandakan telah terjadi pencemaran anthropogenik dari aktifitas manusia. Kadar nitrat lebih dari 0,2 mgl berpotensi untuk dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi dan selanjutnya memicu pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat. Gambar 24 Kondisi Nitrat mgl di setiap stasiun pengamatan 0,01 0,02 0,03 0,04 1 2 3 4 5 6 7 8 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,031 O rt o p h o s p h a te m g l Stasiun pengamatan 0,5 1 1 2 3 4 5 6 7 8 0,041 0,022 0,012 0,033 0,043 0,7 N it ra t m g l stasiun pengamatan Nitrit NO 2 - N Nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit diperairan alami dan biasanya tidak bertahan lama diperairan. Selain itu, nilai nitrit biasanya berbanding terbalik dengan nitrat. Nitrit merupakan peralihan antara ammonia dan nitrat. Konsentrasi nitrit di lokasi pengamatan bernilai 0,00 mgl. Amonia NH 4 - N Ammonia terbentuk dalam keadaan anaerob, dimana nitrat dan nitrit dibah menjadi ammonia yang akan bersenyawa dengan air menjadi ammonium. Senyawa ammonium sifatnya tidak beracun, sedangkan ammonia bersifat racun bagi organisme perairan Effendi, 2003. Konsentrasi ammonia pada hampir semua lokasi penelitian bernilai 0 mgl sedangkan pada stasiun 2 bernilai 0,001 mgl. DO Oksigen Terlarut Hasil pengamatan DO mgl ditiap-tiap stasiun berkisar antara 3,59 mgl – 3,9 mgl. Diperoleh nilai terendah yaitu dilokasi Pulau Sentot stasiun 6 yaitu 3,59 mgl sedangkan nilai DO tertinggi pada stasiun 1,2 dan 3 sebesar 3,9 mgl. Nilai DO di tiap stasiun penelitian masih berada dibawah nilai baku mutu air laut untuk biota laut yang ditetapkan oleh KepMen LH no 51 tahun 2004 yaitu 6 mgl Gambar 25. Kondisi DO mgl di tiap-tiap stasiun penelitian 4.8. Korelasi 4.8.1. Hubungan antara kelimpahan ikan Herbivora dan persentase tutupan