Gambar 9  Diagram persentase tutupan karang hidup dari kategori Non-Acropora  : Coral  Brancing CB, Coral Encrusting ACD, Coral Foliose CF,
Coral Massive CM, Coral Submassive CS, Coral Mashroom CMR, Coral Meliopora CME, Coral Heliopora CHL.
4.3. Hubungan Parameter Lingkungan dengan  Penutupan Substrat Dasar
Kontribusi  pada variabel- variabael yaitu karang hidup dan biota lain adalah faktor- faktor yang memberikan sumbangan terbesar pada sumbu utama pertama.
Dengan korelasi sebesar 0,20 dan 0,31. Sedangkan  variabel-variabel karang mati, Alga  serta Abiotik  memberikan sumbangan terbesar pada sumbu utama kedua
dengan korelasi  sebesar 0,13; 040 dan 0,30.  Sementara kondisi perairan kedalaman, kecepatan arus, padatan tersuspensi TSS, Salinitas, NO
3
, PO
4
, NO
2
Memberikan sumbangan terbesar pada sumbu utama pertama  dengan korelasi sebesar 0,36; 0,28; 0,12; 0,34; 0,32; 0,33 dan 0,33. Untuk variabel suhu, NH
3
dan oksigen terlarut DO korelasi antara faktor- faktor ini memberikan sumbangan
terbesar pada sumbu utama kedua berturut-turut sebesar -0,26; 0,03 dan 0,22. Kondisi ini dapat menerangkan gambaran dari data sumbu pertama hingga
sumbu kedua hingga sebesar 57,52 . Komponen pertama sampai  kedua  berturut- turut memiliki akar ciri  5,72 dan 3,49  yang masing- masing menjelaskan nilai
keragaman gugus data sebesar 3,72 dan 21,79. Vektor ciri dan variabel kondisi perairan dan persentasi tutupan substrat dasar
dapat dilihat pada tabel nilai  akar ciri Eigen value disajikan pada Lampiran 8.
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
C o
v e
r
CB CE
CF CM
CS CM R
CM E CHL
Hasil analisa antara faktor kondisi lingkungan perairan dengan tutupan substrat dasar menunjukan  bahwa substrat dasar karang hidup berkorelasi positif
dengan hampir semua variabel parameter lingkungan    seperti suhu, kecerahan, kedalaman, TSS, Salinitas NO
3
, PO
4
dan NO
2
kecuali pada kecepatan arus dan Oksigen terlarut DO berkorelasi negatif. Sebaliknya Substrat dasar karang mati
berkorelasi negatif dengan hampir semua variabel lingkungan perairan kecuali suhu dan NH
3
. Alga berkorelasi positif dengan variabel lingkungan kecepatan arus, NO
3
, PO
4
dan NO
2
.  kecuali  variabel lingkungan suhu, kecerahan, kedalaman,  TSS, salinitas, NH3 dan DO. Sedangkan variabel biota lain berkorelasi positif dengan
sebagian besar variabel lingkungan perairan seperti  kecerahan, kedalaman, kecepatan arus,  TSS, Salinitas NO
3
, PO
4
dan NO
2,
kecuali suhu, NH
3
dan DO. Sedangkan variabel Abiotik berkorelasi berkorelasi positif dengan variabel kimia
perairan seperti NH
3
, PO
4
, NO
2
dan DO. Hal ini dapat diartikan bahwa tingginya  persentase tutupan karang hidup
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan yang baik buat pertumbuhan karang itu sendiri seperti kecerahan,  Kecerahan menggambarkan kemampuan cahaya
menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan sangat penting bagi perairan karena berpengaruh terhadap berlangsungannya produktivitas primer
melalui fotosintesis, tingginya tingkat kecerahan akan mendukung proses pertumbuhan karang  diperairan. Begitu juga dengan suhu  yang  merupakan salah
satu faktor lingkungan yang me mpengaruhi organisme dalam aktivitas metabolisme, perkembangbiakan serta proses-proses fisiologi organisme karena
suhu dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sedangkan alga yang berkorelasi positif dengan variabel kimia perairan
seperti NO
3
,  dan PO
4
yang  berarti keberadaan Nitrat dan Posfat di perairan akan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan alga  peningkatan jumlah Nitrat dan
posfat ini disebabkan oleh masukan limbah buangan rumah tangga  dr pemukiman pesisir perairan.  Dengan adanya anggapan bahwa laut merupakan tempat
pembuangan limbah industri  dan rumah tangga yang efisien, telah membawa dampak semakin meningkatnya konsentrasi nutrient dalam perairan yang lebih
lanjut meningkatkan biomassa alga dasar dan produksi primer dalam  kolom air Pastorok dan Bilyard 1985.
Gambar 10 a Biplot korelasi antara data variabel diseluruh stasiun
Gambar 10 b. Biplot observasi data variabel diseluruh stasiun
Suhu  °C Kecerahanan
m
Kedalaman m
Kec. Arus cm det
TSSm g l Salinit as ‰
NO3-N m g l PO4-P m g l
NO2 m g l
NH3 m g l DO
Karang Hidup Karang M at i
Alga
Biot a Lain Abiot ik
-1 -0,75
-0,5 -0,25
0,25 0,5
0,75 1
-1 -0,75
-0,5 -0,25
0,25 0,5
0,75 1
F 2
2 1
,7 9
F1 35,72
Variables axes F1 and F2: 57,51
St 1 St2
St 3 St 4
St 5
St 6 St 7
St 8
-5 -4
-3 -2
-1 1
2 3
-5 -4
-3 -2
-1 1
2 3
4 5
6
F 2
2 1
,7 9
F1 35,72
Observations axes F1 and F2: 57,51
Berdasarkan Analisis tersebut dapat diketahui gambaran kondisi terumbu karang dilokasi penelitian  dan dapat dilihat korelasi  antara kondisi tutupan substrat
dasar yang ada dengan kondisi perairannya pada seluruh stasiun penelitian yang digambarkan pada bidang faktorial F1-F2.
Pada Stasiun 1,2,3,4 dan 5 didominasi oleh variabel dari persentase  tutupan subtrat yang tinggi seperti algae, abiotik, karang mati  sedangkan variabel
lingkungan yang mendominasi adalah DO dan NH
3
sedangkan stasiun 6 didominasi oleh persentase tutupan substrat  dan variabel lingkungan yang tinggi  yaitu  karang
hidup, suhu, TSS dan tingkat kedalaman. Demikian juga pada stasiun 7. Sedangkan stasiun 8 dicirikan dengan variabel kimia lingkungan dan penutupan subtrat dasar
yang tinggi ya itu subtrat dasar biota lain,  NO
3
, PO
4
, NO
2
, kecepatan arus, dan kecerahan.  Kondisi ekosistem terumbu karang di wilayah satu mempunyai
dominasi  karakteristik penutupan substrat dasar dari golongan algae, abiotik karang dengan nilai persentase yang tinggi  begitu juga dengan variabel lingkungan
DO dan NH
3
memiliki nilai yang tinggi  dibandingkan dengan wilayah dua. Sedangkan wilayah dua di stasiun 6 dicirikan dengan persentase karang hidup
hidup, nilai TSS, kedalaman serta salinitas yang tinggi di bandingkan dengan wilayah satu.
4.4. Kelimpahan Ikan