Penentuan Stasiun Penelitian Studi Pustaka

Tabel 1 Parameter dan cara analisis kualitas air dalam penelitian No Parameter Satuan Alat Cara Analisis Keterangan A Fisika 1 Kecerahan cm Secchi Disc In situ 2 Suhu °C Thermometer In situ 3 Padatan Tersuspensi mgl Botol sampel; Ice Box; Laboratorium TSS Gravimetri B Kimia 1 Salinitas ‰ Refraktometer In situ 2 Oksigen terlarut mgl DO meter In situ 3 Ammonia mgl Botol sampel, Spektrofotometer Laboratorium 4 Nitrat NO 3 -N mgl Botol sampel, Spektrofotometer Laboratorium 5 Nitrit NO 2 -N mgl Botol sampel, Spektrofotometer Laboratorium 6 Phosphat Ortophospate mgl Botol sampel, Spektrofotometer Laboratorium

3.4. Penentuan Stasiun Penelitian

Wilayah Kabupaten Bintan dengan penggunaan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, berkembang menjadi kawasan wisata, permukiman, industri, pertanian, perikana n, pertambangan, dan lain- lain menjadikan wilayah ini berkembang pesat. Dengan memilih dua wilayah yang dijadikan objek penelitian lokasi I pertama yaitu di muara pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang yang memiliki kategori tutupan karang rendah dan baik. Lokasi Kecamatan Gunung Kijang dipilih sebagai lokasi pengamatan penelitian dengan pertimbangan yaitu merupakan wilayah yang sangat dekat dengan aktifitas manusia baik di daratan maupun pesisirnya. Sedangkan lokasi II kedua adalah Pulau Mapur dengan kondisi tutupan karang dengan kategori baik sampai baik sekali dan dijadikan lokasi pengamatan dikarenakan kondisinya yang agak jauh dari aktifitas daratan main land. Titik pengamatan diambil sebanyak 8 titik terdiri dari 5 lima titik yaitu Stasiun 1 satu sampai dengan stasiun 5 lima untuk kawasan I Kecamatan Gunung Kijang pantai Trikora Sedangkan 3 tiga titik untuk ikawasan II Pulau Mapur yaitu stasiun 6 enam sampai dengan stasiun 8 delapan. Stasiun pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Lokasi penelitian di kawasan pesisir Kecamatan Gunung Kijang dan Pulau Mapur

3.5. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei untuk mengumpulkan data primer dan penelusuran literatur desk study untuk mengumpulkan data sekunder. Data primer terdiri dari:

3.5.1. Pengamatan terumbu karang dan makroalga

Pengamatan terumbu karang dilakukan dengan menggunakan modifikasi dari metode transek kuadrat English et al. 1997. Dalam metode ini terdapat tiga tahapan yang dilakukan, yaitu pembentangan roll meter, pemasangan pasak, dan pengambilan foto transek. Pemasangan roll meter dilakukan untuk menetapkan transek garis, dimana transek garis ini berfungsi dalam penentuan arah dan jarak yang konstan dari pemasangan transek kuadrat. roll meter dibentangkan sepanjang 50 meter sejajar dengan garis pantai, kemudian pemasangan transek kuadrat dilakukan setiap selang 10 meter. Sebelum pengambilan foto transek, terlebih dahulu dilakukan pemasangan pasak besi di setiap sudut transek kuadrat dengan tujuan sebagai tanda untuk pengamatan berikutnya. Selanjutnya pengambilan foto transek dilakukan dengan menggunakan kamera bawah air. Pengolahan foto dilakukan di darat dengan menggunakan software Image-J sampai pada taraf bentuk pertumbuhan tutupan karang Lampiran 2. Output yang dihasilkan berupa data kondisi penutupan karang yang terdapat dalam transek kuadrat. Gambar 4 Metode pengamatan terumbu karang dengan transek kuadrat ukuran1 m x 1 m Analisis Struktur Lifeform English et al. 1997; Rogers et al. 1994 merupakan pedoman yang digunakan untuk mengamati ekosistem terumbu karang. Metode ini didasarkan pada analisis perbedaan bentuk-bentuk pertumbuhan biota penyusun ekosistem terumbu karang yang merupakan gambaran struktur komunitas dan kondisi habitat yang ditempatinya. Tabel 2 Daftar penggolongan komponen dasar penyusun ekosistem terumbu karang berdasarkan lifeform karang dan kodenya. 3.5.2. Pengamatan ikan karang Pengamatan ikan karang dilakukan dengan metode sensus visual berdasarkan Dartnal dan Jones 1986. Metode ini merupakan salah satu metode Kategori Kode Keterangan Komponen Biotik Acropora Branching ACB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki axial dan radial oralit. Encrusting ACE Biasanya merupakan dasar dari bentuk acropora belum dewasa Submassive ACS Tegak dengan bentuk seperti baji Digitate ACD Bercabang tidak lebih dari 2 o Tabulate ACT Bentuk seperti meja datar Non- Acropora Branching CB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki radial oralit. Encrusting CE Sebagian besar terikat pada substrat mengerak Paling tidak 2 o percabangan Foliose CF Karang terikat pada satu atau lebih titik, seperti daun, atau berupa piring. Massive CM Seperti batu besar atau gundukan Submassive CS Berbentuk tiang kecil, kenop atau baji. Mushroom CMR Soliter, karang hidup bebas dari genera Heliopora CHL Karang biru Millepora CML Karang api Tubipora CTU Bentuk seperti pipa-pipa kecil Soft Coral SC Karang bertubuh lunak Sponge SP Zoanthids ZO Others OT Ascidians , anemon, gorgonian, dan lain -lain Alga Alga assemblage AA Terdiri lebih dari satu jenis alaga Coralline alga CA Alga yang mempunyai struktur kapur Halimeda HA Alga dari genus Halimeda Macroalga MA Alga berukuran besar Turf alga TA Menyerupai rumput-rumput halus Abiotik Sand S Pasir Dead Coral DC Baru saja mati, warna putih atau putih kotor Dead Coral with Alga DCA Karang ini masih berdiri, struktur skeletal masih terlihat Rubble R Patahan karang yang ukurannya kecil Silt SI Pasir berlumpur Water W Air Rock RCK Batu yang umum digunakan dalam survei pengamatan ikan- ikan karang dan telah disepakati menjadi metode baku dalam pengamatan ikan- ikan karang secara kuantitatif di ASEAN pada waktu lokakarya ASEAN-Australia Cooperative Program on Marine Science bulan Agustus-Oktober 1985 di Australian Institute of Marine Science Hutomo 1986. Metode ini secara garis besar hampir sama dengan metode Line Intersept Transect dimana roll meter sepanjang 70 m dibentangkan sejajar dengan garis pantai berlawanan dengan arah arus. Pencatatan data dilakukan dalam air dengan menggunakan sabak kemudian dicatat spesies ikan yang ditemukan. Pencatatan data dilakukan dengan jarak pandang sejauh 2,5 m ke kiri dan 2,5 m ke kanan serta pandangan ke depan sejauh yang terlihat. Namun, jangan sekali-sekali menengok kebelakang karena akan tercipta pengulangan data yang akan membuat data tersebut menjadi tidak valid. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data adalah faktor kecepatan renang, oleh karena itu diperlukan kesabaran sehingga kita dapat berenang dengan santai dan tidak terburu-buru. Hasil pengamatan ikan karang ditabulasikan berdasarkan jenis dan frekuensi ditemukannya pada transek pengamatan. Gambar 5 Pencatatan data kelimpahan dan biomass Sensus Visual Spesies Ikan Karang Labrosse 2002.

3.5.3. Peng ukuran variabel kualitas air

Pengambilan data kualitas air bertujuan untuk mengetahui present status kondisi perairan pesisir Kecamatan Gunung Kijang dan Pulau Mapur Bintan Timur , yang meliputi kondisi fisika, dan kimia perairan. Metode pengambilan contoh dan metode analisis kualitas air ini mangacu pada APHA 1989. Pengukuran dan pengambilan contoh air dilakukan disetiap stasiun pada masing- masing line transect. Variabel- variabel yang diukur langsung in-situ meliputi: Kecerahan, suhu, salinitas dan oksigen terlarut. Sedangkan contoh air yang diambil untuk pengukuran laboratorium adalah: TSS; Ammonia – Nitrogen Total – Metoda Phenate; Nitrat NO 3 -N; Nitrit- NO 2 -N; Phospat Orthophosphate;

3.6. Studi Pustaka

Studi pusataka dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini antara lain dengan cara mempelajari buku-buku penunjang, laporan penelitian serta bentuk-bentuk artikel dan jurnal lainnya. Disamping data primer, digunakan juga data sekunder yang dikumpulkan melalui kegiatan desk review terhadap publikasi beberapa instansi atau lembaga yang terkait dengan substansi penelitian. Jenis data sekunder yang dapat dikumpulkan diantaranya adalah data-data statistik sosial ekonomi dan perikanan dari Biro Pusat Statistik BPS dan statistik perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan DKP. Adanya kendala waktu dan kurangnya kelengkapan data administrasi di tingkat desa dan kecamatan menyebabkan proses pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini kurang optimal. Oleh karena itu, beberapa data yang tidak didapatkan baik terbitan BPS ataupun DKP diperoleh melalui konfimasi wawancara mendalam terhadap stakeholders terkait dan terbatas pada saat penelitian dilakukan. 3.7. Analisis Data 3.7.1. Persentasi penutupan karang dan makroalga