40-70 meter. Terumbu Karang ini berakar pada kedalaman yang melebihi kedalaman maksimum dimana karang batu pembentuk terumbu dapat hidup.
Umumnya terumbu tipe ini memanjang menyusuri pantai dan biasanya berputar seakan-akan merupakan penghalang bagi pendatang yang datang dari luar.
3. Terumbu Karang Cincin Atoll
Terumbu Karang ini merupakan bentuk cincin yang melingkari suatu goba Lagon. Menurut Kuenan 1950 dalam Sukarno 1983 kedalam rata-rata goba
di dalam atol sekitar 45 meter, jarang sampai 100 meter. Terumbu karang ini juga bertumpu pada dasar laut yang dalamnya di luar batas kedalaman karang batu
penyusun terumbu karang hidup Berdasarkan pada tipe ekosistem terumbu karang diatas ditemukan tiga
macam bentuk permukaan dasar, yaitu : a.
Bentuk permukaan dasar mendatar di tempat dangkal, yaitu daerah rataan terumbu reef flat.
b. Bentuk permukaan dasar yang miring ke arah tempat yang lebih dalam dan
landai atau curam, yaitu lereng terumbu reef slope. c.
Bentuk permukaan dasar yang mendatar di tempat yangdalam, yaitu goba lagoon floor atau teras dasar submarine terrace.
Pertumbuhan terumbu karang akan menjadi terhambat apabila daerah terumbu karang tersebut mengalami kerusakan. Faktor-faktor yang sangat
dominan dalam kerusakan terumbu karang adalah faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan akibat faktor alam bagi terumbu karang terutama disebabkan oleh
perusakan mekanik melalui badai tropis yang hebat sehingga koloni terumbu karang tersebut terangkat dari terumbu. Sedangkan kerusakan terbesar kedua
adalah adanya fenomena El Nino dimana terjadi peningkatan suhu yang ekstrim sehingga terumbu karang tersebut mengalami proses bleaching.
2.3. Faktor-Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dibandingkan dengan ekosistem
lainnya. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat berlindung, tempat pemijahan, tempat bermain dan asuhan bagi
berbagai biota karang. Ekosistem terumbu karang memliki berbagai macam biota karang yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai jenis ikan karang,
udang karang, alga, teripang dan tiram mutiara Dahuri et al. 1996. Fungsi optimum ini dapat tercapai apabila pertumbuhan terumbu karang dinamis.
Menurut Nybakken 1988, pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. Kedalaman
Kebanyakan terumbu karang dapat hidup antara kedalaman 0 – 25 m dari permukaan laut. Tidak ada terumbu yang dapat hidup dan berkembang pada
perairan yang lebih dalam antara 50 – 70 m. Hal inilah yang menerangkan mengapa struktur terumbu terbatas hingga pinggiran benua-benua atau pulau-
pulau. Namun secara umum karang tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 m Kinsman 1964. Walaupun Tidak sedikit species karang yang tidak mampu
bertahan pada kedalaman hanya satu meter, karena kekeruhan air dan tingkat sedimentasi yang tinggi, seperti banyak terjadi di pantura pantai utara Pulau
Jawa Suharsono 2007 2.
Suhu Temperatur Terumbu karang dapat hidup subur pada perairan yang mempunyai kisaran
suhu antara 23 °C – 25
°C. Tidak ada terumbu karang yang dapat berkembang pada suhu di bawah 18
°C. Suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi berkisar antara 36
°C – 40 °C. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan terumbu
karang dimana upwelling disebabkan oleh pengaruh suhu. Upwelling sendiri menyediakan persediaan makanan yang bergizi bagi pertumbuhan terumbu
karang. 3.
Cahaya Cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena cahaya
sangat dibutuhkan bagi zooxanthellae untuk melakukan proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang terjadi didalam air adalah sebagai berikut :
cahaya
CO
2
+ H
2
O 6HCO
3
+ 6O
2
Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang dan kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat CaCO
3
serta membentuk terumbu akan semakin berkurang. Titik kompensasi untuk karang yaitu kedalaman dimana
intensitas cahaya berkurang hingga 15 – 20 dari intensitas di permukaan. 4.
Salinitas Karang tidak dapat bertahan pada salinitas diluar 32‰ – 35
00
. Namun pada kasus khusus di Teluk Persia, terumbu karang dapat hidup pada salinitas
42
00.
Layaknya biota laut lainnya, terumbu karang pun mengalami tekanan dalam penerimaan cairan yang masuk. Sehingga apabila salinitas lebih rendah
dari kisaran diatas terumbu karang akan kekurangan cairan sehingga tidak banyak nutrien yang masuk dan sebaliknya jika salinitas lebih tinggi akan menyebabkan
cairan yang didalam tubuhnya akan keluar. Namun Suharsono 2007 mengatakan pengaruh salinitas terhadap
kehidupan binatang karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat danatau pengaruh alam, seperti run off, badai, hujan. Sehingga kisaran
salinitas bisa sampai dari 17,5 - 52,5 Vaughan 1919; Wells 1932. 5.
Pengendapan Faktor lainnya yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan terumbu karang
adalah pengendapan dimana pengendapan yang terjadi di dalam air atau diatas karang mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Endapan mengurangi
cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang. Akibatnya, perkembangan terumbu karang di daerah yang
pengendapannya lebih besar akan berkurang atau menghilang Nybakken 1988.
Gambar 1 Faktor- faktor yang membatasi pertumbuhan terumbu karang Nybakken 1988.
Terumbu karang lebih subur pada daerah yang bergelombang besar. Gelombang itu memberi sumber air yang segar, oksigen dalam air, menghalangi
pengendapan pada koloni karang Nybakken 1988. Substrat yang keras dan bersih dari lumpur diperlukan untuk pelekatan planula larva karang yang akan
membentuk koloni baru Nontji 1987. Pertumbuhan terumbu karang kearah atas dibatasi oleh udara, dimana
banyak karang yang mati karena terlalu lama berada di udara terbuka, sehingga pertumbuhan mereka keatas hanya terbatas sampai tingkat pasang surut terendah
Nybakken 1988. Beberapa faktor yang dapat mengendalikan populasi karang antara lain: cahaya, salinitas, suhu arus dan gelombang laut serta substrat untuk
melekatkan tubuh. Cahaya diperlukan untuk fotosintesis alga simbiotik zooxanthella yang
produknya kemudian disumbang ke hewan karang yang menjadi inangnya Berwick 1983. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan
kemudian mengurangi kemampuan karang untuk membentuk kerangka Nybakken 1988. Oleh karena itu distribusi vertikal terumbu karang dibatasi oleh
kedalaman efektif sinar matahari yang masuk ke kolom air Barnes 1980. Suhu mempengaruhi kecepatan metabolisme organisma. Dengan kenaikan
suhu 10 °C kegiatan metabolisme organisma yang diukur dengan konsumsi oksigen menjadi dua kali. Beberapa spesies karang dapat bertahan terhadap suhu
14 °C akan tetapi laju klasifikasi menjadi sangat menurun. Demikian pula dengan suhu yang tinggi, metabolism meningkat sampai kecepatan tertentu hingga
pertumbuhan kerangka menurun Tomascik 1991, suhu optimum pertumbuhan karang adalah 25 °C – 30 °C Randall 1983.
Air yang jernih adalah media yang baik untuk pertumbuhan karang. Semakin banyak partikel-partikel tersuspensi dalam kolom air berpengaruh
negatif pada karang oleh karena proses fotosintesis karang terganggu terhambat. Polip karang harus memproduksi banyak lendir untuk melepaskan partikel-
partikel tersuspensi yang me ngendap pada tubuhnya Levinton 1982; Nybakken 1988. Kekeruhan juga mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke kolom air
sehingga menghambat fotosintesis zooxanthella. Menurut Ditlev 1980 pada
perairan yang keruh karang ditemukan hidup hanya sampai kedalaman 2 meter sedangkan pada air jernih dapat mencapai 80 meter.
Arus di laut penting untuk transportasi zat hara, larva dan bahan sedimen. Arus penting untuk penggelontoran dan pencucian limbah dan untuk
mempertahankan pola penggerusan dan pengurukan Tomascik 1991. Oleh karena itu karang yang tumbuh di perairan dimana selalu teraduk arus dan ombak
lebih baik dibanding di perairan yang tenang dan terlindung.
2.4. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Terumbu Karang