Ekologi Terumbu Karang TINJAUAN PUSTAKA

8. Sumber plasma nutfah, yakni tempat hidupnya beraneka ragam biota dan plasma nutfah sehingga merupakan bagian kepentingan manusia. 9. Pemukiman, yaitu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat yang mempunyai kegiatan di pesisir. 10. Kawasan Industri, yakni digunakan untuk pembangunan industri sehingga memudahkan kegiatan ekspor dan impor barang. 11. Pertahanan dan keamanan, wilayah pesisir megelilingi pulau sehingga pulau merupakan wilayah pengaman dan pendukung kekuatan hankam. Sebagai wilayah yang mempunyai karakteristik tersendiri, maka faktor- faktor lingkungan yang berpengaruh di wilayah pesisir seperti angin, gelombang, pasang surut, arus, serta faktor fisik dan kimia lainnya lebih bervariasi dibandingkan dengan ekosistem yang terdapat di laut lepas maupun yang terdapat di perairan darat. Karakteristik hidro-oseanografi yang sangat dinamis ini menjadikan pengelolaan wilayah pesisir baik untuk kepentingan perikanan budidaya, konstruksi, pariwisata, serta kegiatan lainnya harus dikerjakan secara bijak dan hati-hati.

2.2. Ekologi Terumbu Karang

Pembentukan kerangka karang pada umumnya diinterpretasikan sebagai kenaikan massa kerangka kapur karang, di mana jaringan hidup hewan karang diliputi kerangka disusun oleh kalsium karbonat dalam bentuk aragonite Kristal serat CaCO 3 dan kalsit bentuk kristal yang umum CaCO 3 Goreau et al. 1982. Proses fotosintesis bagi zooxanthellae tergantung dari penetrasi radiasi matahari yang masuk ke dalam kolom air, maka kedalaman dan kejernihan air merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan terumbu dan koloni karang. Radiasi matahari yang cukup untuk mendukung proses fotosintesis zooxanthellae terumbu karang yang terjadi pada kedalaman tersebut dan kejernihan air terkait dengan kandungan sedimen alam perairan. Di satu sisi kandungan sedimen yang tinggi akan menghambat penetrasi radiasi matahari sehingga mengurangi jumlah radiasi yang diperlukan untuk proses fotosintesis, di sisi lain endapan sedimen di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sedimen tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesa untuk menghasilkan energi juga terhambat. Hal itulah yang menyebabkan karang terhambat pertumbuhannya Nybakken 1992. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang khas dikepulauan khususnya di wilayah tropis. Ekosistem ini terkenal dengan produktifitasnya yang tinggi karena proses daur ulang siklus unsur hara berlangsung sangat cepat di ekosistem ini. Ekosistem ini juga sangat penting bagi perairan disekitarnya mengingat banyak jenis ikan yang hidupnya bergantung dengan ekosistem ini walaupun ikan tersebut tidak menghabiskan waktunya hidup di terumbu karang. Kualitas perairan terumbu karang sangat tergantung pada faktor fisika laut seperti arus, pasang surut, suhu, kecerahan, kedalaman perairan, sedimentasi dan unsur hara dalam perairan, juga tergantung pada faktor kimia seperti salinitas, CO 2 , O 2 , PH dan faktor biologis seperti predator, penyakit, makanan, reproduksi, zooxanthellae Sya’rani 1982. Menurut Edinger et al. 2000 kualitas perairan berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan karang seperti kecepatan arus, kedalaman, suhu, salinitas, kecerahan, phosphat, silikat, nitrat, nitrit, oksigen terlarut dan pH. Jenis Terumbu Karang Menurut bentuk dan letaknya, pertumbuhan ekosistem terumbu karang dikelompokkan menjadi tiga tipe terumbu karang Nybakken 1988, yaitu : 1. Terumbu Karang Pantai Fringing Reef Terumbu Karang ini berkembang dipantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 meter. Terumbu Karang ini tumbuh keatas dan kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat di bagian yang cukup arus. Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhan yang kurang baik, bahkan banyak yang mati karena sering mengalami kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat. 2. Terumbu Karang Penghalang Barrier Reef Terumbu Karang ini terletak agak jauh dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu 40-70 meter. Terumbu Karang ini berakar pada kedalaman yang melebihi kedalaman maksimum dimana karang batu pembentuk terumbu dapat hidup. Umumnya terumbu tipe ini memanjang menyusuri pantai dan biasanya berputar seakan-akan merupakan penghalang bagi pendatang yang datang dari luar. 3. Terumbu Karang Cincin Atoll Terumbu Karang ini merupakan bentuk cincin yang melingkari suatu goba Lagon. Menurut Kuenan 1950 dalam Sukarno 1983 kedalam rata-rata goba di dalam atol sekitar 45 meter, jarang sampai 100 meter. Terumbu karang ini juga bertumpu pada dasar laut yang dalamnya di luar batas kedalaman karang batu penyusun terumbu karang hidup Berdasarkan pada tipe ekosistem terumbu karang diatas ditemukan tiga macam bentuk permukaan dasar, yaitu : a. Bentuk permukaan dasar mendatar di tempat dangkal, yaitu daerah rataan terumbu reef flat. b. Bentuk permukaan dasar yang miring ke arah tempat yang lebih dalam dan landai atau curam, yaitu lereng terumbu reef slope. c. Bentuk permukaan dasar yang mendatar di tempat yangdalam, yaitu goba lagoon floor atau teras dasar submarine terrace. Pertumbuhan terumbu karang akan menjadi terhambat apabila daerah terumbu karang tersebut mengalami kerusakan. Faktor-faktor yang sangat dominan dalam kerusakan terumbu karang adalah faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan akibat faktor alam bagi terumbu karang terutama disebabkan oleh perusakan mekanik melalui badai tropis yang hebat sehingga koloni terumbu karang tersebut terangkat dari terumbu. Sedangkan kerusakan terbesar kedua adalah adanya fenomena El Nino dimana terjadi peningkatan suhu yang ekstrim sehingga terumbu karang tersebut mengalami proses bleaching.

2.3. Faktor-Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang