Determinasi keunggulan unit penangkapan ikan

Keterangan : X1 = NPV Rp X2 = IRR X3 = BC Ratio Setelah dilakukan standarisasi secara menyeluruh dengan tiga kriteria aspek kelayakan finansial, alat tangkap yang menjadi prioritas utama yaitu jaring tiga lapis dengan jumlah nilai 2.417 prioritas kedua jaring insang dasar dengan jumlah nilai 2.124 dan alat tangkap jermal pada prioritas ketiga dengan jumlah nilai 2,026 Tabel 47. Tabel 47 Standarisasi Aspek Ekonomi Pada Kriteria Kelayakan Investasi Unit Penangkapan Ikan Kriteria Penilaian V X1 V X2 V X3 VA UP Purse seine 0.748 0.060 0.072 0.880 5 Jaring insang hanyut 0.095 0.217 0.180 0.492 6 Jaring insang dasar 1.000 0.558 0.566 2.124 2 Jaring tiga lapis 0.417 1.000 1.000 2.417 1 Rawai hanyut 0.000 0.000 0.000 0.000 7 Jermal 0.432 0.823 0.771 2.026 3 Bagan tancap 0.467 0.616 0.602 1.685 4

5.1.7 Determinasi keunggulan unit penangkapan ikan

Rangkuman keunggulan berdasarkan aspek biologi X1, teknis X2, sosial X3 dan ekonomi X4 unit penangkapan merupakan cakupan keseluruhan aspek yang menjadi faktor penilaian. Tujuan determinasi unit penangkapan adalah untuk mendapatkan jenis alat tangkap ikan yang mempunyai keunggulan secara menyeluruh dari aspek-aspek tersebut sehingga cocok untuk dikembangkan. Hasil analisis skoring dilakukan terhadap 7 unit usaha penangkapan yang dioperasikan di Teluk Apar disajikan pada Tabel 48. Tabel 48 Rangkuman penilaian Aspek Biologi, Teknis, Sosial dan Ekonomi Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar Unit Penangkapan Kriteria Penilaian X1 UP X2 UP X3 UP X4 UP X5 UP Purse seine 0.933 7 5.000 1 1.442 4 3.447 1 0.880 5 Jaring insang hanyut 1.667 5 0.280 7 1.899 2 1.115 6 0.492 6 Jaring insang dasar 2.667 1 1.083 3 1.236 5 3.367 2 2.124 2 Jaring tiga lapis 1.000 6 0.712 5 4.000 1 2.069 5 2.417 1 Rawai hanyut 2.333 2 0.285 6 1.724 3 0.000 7 0.000 7 Jermal 2.000 3 1.049 4 0.605 6 3.253 3 2.026 3 Bagan tancap 1.733 4 1.475 2 0.192 7 2.683 4 1.685 4 Keterangan : X1 = Aspek biologi X2 = Aspek teknis X3 = Aspek sosial X4 = Aspek ekonomin kriteria usaha X5 = Aspek ekonomi kriteria investasi Hasil standarisasi menunjukkan jaring insang dasar sebagai unit penangkapan prioritas utama dengan jumlah nilai 3,298 prioritas kedua jaring tiga lapis dengan nilai 2.729 dan prioritas pengembangan ketiga alat tangkap purse seine d engan nilai 2,692 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 49. Tabel 49 Standarisasi Penilaian Aspek Biologi, Teknis, Sosial dan Ekonomi Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar Unit Penangkapan Kriteria Penilaian UP VX1 VX2 VX3 VX4 VX5 VA Purse seine 0.000 1.000 0.328 1.000 0.364 2.692 3 Jaring insang hanyut 0.423 0.000 0.448 0.323 0.203 1.397 6 Jaring insang dasar 1.000 0.170 0.274 0.976 0.878 3.298 1 Jaring tiga lapis 0.038 0.091 1.000 0.600 1.000 2.729 2 Rawai hanyut 0.807 0.001 0.402 0.000 0.000 1.210 7 Jermal 0.615 0.162 0.108 0.943 0.838 2.666 4 Bagan tancap 0.461 0.253 0.000 0.778 0.697 2.189 5 5.2 Pembahasan 5.2.1 Status pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Apar Penangkapan ikan pada dasarnya merupakan aktivitas eksploitasi sumberdaya ikan di laut. Pemanfaatan potensi sumberdaya ikan pelagis secara optimal dapat dilakukan tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya tersebut dengan meningkatkan efisiensi eksploitasi yaitu pengoperasian alat tangkap yang efektif teknologi, pengetahuan tentang sumberdaya ikan yang ditangkap jenis, penyebaran, prakiraan jumlah. Oleh karena itu informasi tentang keberadaan sumberdaya suatu perairan laut sangat penting diketahui. Pemanfaatan sumberdaya perlu kehati-hatian agar tidak sampai pada kondisi tangkap lebih. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan diketahui dengan terlebih dahulu mengetahui besarnya potensi sumberdaya stok. Menurut Azis 1989 dan Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan 1998, estimasi stok ikan di Indonesia dilakukan dengan 6 metode pendekatan, yaitu sensustransek, sweept area, akustik, production surplus, tagging dan ekstraintra-polasi. Diantara keenam metode pendekatan tersebut, metode production surplus adalah relatif paling murah, cepat dan sederhana dalam pengerjaannya. Faktor penentu keberhasilan penggunaan metode ini terletak pada keakuratan data yang digunakan. Metode production surplus menggunakan data time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan. Dalam analsis status pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Apar, digunakan metode production surplus. Diakui metode tersebut banyak menggunakan asumsi dalam perhitungannya. Stok sumberdaya ikan diasumsikan sebagai suatu biomasa yang tidak berpedoman pada umur, ukuran panjang ikan dan jumlah biomassa suatu stok tetap meski ada aktivitas usaha perikanan. Penggunaan metode production surplus dengan model Schaefer pada kondisi tertentu dapat digunakan untuk menghitung dan menentukan batas hasil tangkapan yang diperbolehkan yaitu untuk memberikan kelongggaran bagi nelayan dalam memanfaatkan potensi sumberdaya ikan yang ada Zulkarnain dan Darmawan 1997. Hasil estimasi potensi sumberdaya MSY ikan pelagis dengan model production surplus sebesar 2.039 ton dan estimasi upaya optimum 6.584 trip.