1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Pasir merupakan salah satu dari kabupatenkota di wilayah Propinsi Kalimantan Timur yang letaknya paling selatan dari Propinsi Kalimantan
Timur atau tepatnya berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah Kabupaten Pasir 11.603,94 km
2
atau 4,73 dari luas Kalimantan Timur dan luas perairan mencapai 752,76 km
2
. Panjang garis pantai mencapai 202 km yang membentang dari arah utara ke selatan yaitu wilayah Kecamatan Longkali
sampai wilayah Kecamatan Tanjung Harapan. Salah satu teluk di wilayah pesisir Kabupaten Pasir yaitu Teluk Apar yang merupakan salah satu wilayah perairan
laut yang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup potensial. Wilayah perairan Teluk Apar meliputi 2 kecamatan dan terdiri dari 6 desa
yaitu Desa Muara Pasir dan Desa Pasir Baru berada di Kecamatan Tanah Grogot dan Desa Lori, Desa Labuangkallo, Desa Selengot dan Desa Tanjung Aru berada
di wilayah Kecamatan Tanjung Harapan. Pada tahun 2005 produksi perikanan tangkap perairan Teluk Apar memberikan kontribusi sebesar 58 atau 6.662,5 ton
dari total volume produksi perikanan tangkap Kabupaten Pasir sebesar 11.328,9 ton. Produksi tersebut dihasilkan dari rumah tangga perikanan sebanyak 1.504
dengan jumlah nelayan 2.088 orang. Produksi perikanan tangkap perairan laut menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2005 No Kecamatan
Produksi ton
RTP unit
Nelayan orang
1 Batu Engau
85 19
397 2
Tanjung Harapan 4.882,7
1.102 1.075
3 Tanah Grogot
1.779,8 402
1.013 4 Kuaro
1.681,2 380
904 5 Long
Ikis 1.495,4
337 478
6 Long Kali
1.404,8 317
653 Jumlah
11.328,9 2557
4520 Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir, 2006
Berbagai program pembangunan perikanan telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pasir melalui Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten
Pasir dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pembudidaya ikan dan nelayan. Salah satu program tersebut yaitu pembangunan dan
pengembangan sarana dan prasarana perikanan dan pesisir. Apresiasi dari program tersebut berupa kegiatan pengadaan dan pengembangan kapal dan alat
tangkap yaitu antara lain : jaring insang gill net, jaring tiga lapis trammel net dan bagan tancap lift net yang dibiayai melalui berbagai sumber dana antara
lain : APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kabupaten. Secara umum alat tangkap yang digunakan oleh masyarakat nelayan di
wilayah perairan Teluk Apar menurut jenisnya antara lain : yaitu jaring insang hanyut drift gill net, jaring insang dasar bottom gill net, jaring tiga lapis
trammel net, jermal stow nets, sero stake traps, bagan tancap lift net, dan pukat cincin purse seine. Dari berbagai jenis alat tangkap yang digunakan
tersebut baik yang berasal dari bantuan pemerintah maupun alat tangkap yang bersifat turun temurun, hingga saat ini belum pernah dilakukan suatu kajian atau
penelitian jenis teknologi alat tangkap yang paling tepat untuk dikembangkan. Pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal dapat dilakukan dengan
mengusahakan unit penangkapan ikan yang tepat guna. Penggunaan alat tangkap tersebut tentu harus ditunjang oleh sarana dan prasarana penangkapan serta
teknologi alat penangkap ikan yang digunakan. Berkaitan dengan program
pengembangan perikanan tangkap di Teluk Apar, maka perlu dipilih jenis teknologi penangkapan ikan yang tepat guna agar tujuan program pengembangan
yang dilakukan nantinya tepat sesuai dengan yang di harapkan. Pemilihan tersebut harus memenuhi kriteria dari beberapa aspek penilaian yaitu aspek
biologi, teknis, sosial dan ekonomi. Dari segi biologi alat tangkap yang di gunakan tidak merusak sumberdaya ikan, dari segi teknis alat tangkap itu harus
efektif dalam penggunannya, dari segi sosial harus dapat diterima oleh nelayan, dan dari segi ekonomi alat tangkap itu harus bersifat menguntungkan Haluan dan
Nurani, 1988. Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut serta dalam upaya
meningkatkan taraf hidup dan pendapatan nelayan di perairan Teluk Apar diperlukan suatu kajian mendalam terhadap jenis teknologi alat tangkap yang
digunakan, agar jenis teknologi penangkapan ikan yang dikembangkan kemudian
tepat guna sesuai dengan kondisi sumberdaya hayati laut setempat dan tidak merusak kelestarian sumberdaya perikanan yang ada.
1.2 Rumusan Masalah