4.2.3 Daerah dan Musim Penangkapan
Daerah penangkapan dari berbagai jenis alat tangkap meliputi seluruh perairan teluk. Nelayan Teluk Apar melakukan operasi penangkapan sepanjang
tahun meskipun terdapat musim tertentu yang dikenal dengan musim puncak. Menurut nelayan pada musim puncak hasil tangkapan lebih banyak dibanding
pada musim lainnya, sehingga waktu operasi penangkapan per trip lebih pendek. Hasil wawancara dengan nelayan responden diperoleh data dan informasi
mengenai musim puncak ikan berdasarkan jenis alat tangkap di Teluk Apar seperti pada Tabel 9.
Tabel 9 Musim Penangkapan Ikan berdasarkan Jenis Alat Tangkap Jenis alat tangkap
Bulan Puncak Barat
Biasa Utara Paceklik Selatan Purse seine
Jan – Jul Okt – Des
Agt – Sep Jaring insang dasar
Jan – Apr Sep – Des
Mei – Agt Jaring insang hanyut
Jan – Apr Sep – Des
Mei – Agt Jaring tiga lapis
Jan – Apr Sep – Des
Mei – Agt Rawai hanyut
Jan – Apr Sep – Des
Mei – Agt Jermal
Jan – Apr Sep – Des
Mei – Agt Bagan tancap
Jan – Jul Okt – Des
Agt – Sep Sumber : Data primer, 2007
Berdasarkan hasil wawancara terhadap nelayan responden dan para punggawa juragan diperoleh informasi musim ikan. Rincian waktu musim ikan
berdasarkan jenis yang dominan tertangkap di Teluk Apar disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Bulan Musim Ikan berdasarkan Jenis Ikan di Perairan Teluk Apar
Jenis Ikan Musim Ikan bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tongkol Layang
Tenggiri Kembung
Selar Teri
Tembang Kakap
Sumbal Bawal
Udang Windu Sumber : Data primer, 2007
4.2.4 Unit Penangkapan ikan
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, terdiri dari nelayan, perahukapal penangkap ikan dan alat
penangkap ikan. Ketiga elemen tersebut sangat penting dalam melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan.
4.2.4.1 Nelayan Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha
penangkapan ikan. Nurani 1987 mendefinisikan nelayan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, dalam hal ini
termasuk juru masak dan ahli mesin yang bekerja di atas kapal. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten
Pasir tahun 2005, nelayan di sekitar perairan Teluk Apar berjumlah 2088 orang. Jumlah nelayan setiap tahun cenderung mengalami peningkatan Tabel 11.
Kondisi diatas secara tidak langsung memberikan gambaran terhadap pemanfaatan sumberdaya di perairan Teluk Apar. Semakin bertambah jumlah
nelayan tekanan pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Apar juga akan semakin meningkat.
Tabel 11 Perkembangan Jumlah Nelayan di Teluk Apar tahun 1996 – 2005 Tahun Penuh
Sambilan Jumlah
Utama Tambahan 1996 1.410 272 247 1929
1997 1.261 382 202 1845 1998 1.160 572 195 1927
1999 1.160 553 215 1928 2000 1.217 556 267 2040
2001 1.293
548 258
2099 2002 1.927 122 52 2101
2003 2.117 149 61 2327 2004 1.862 137 56 2055
2005 1.890 140 58 2088
Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir, 2006 4.2.4.2 Perahu kapal
Kapal perikanan menurut UU No 31 Tahun 2004 pasal 1 ayat 9 adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan
penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan
penelitianeksplorasi perikanan UU No 31 Tahun 2004. Secara Umum jumlah perahu dan kapal meningkat setiap tahun. Peningkatan secara signifikan pada
motor ukuran 0-5 GT. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu peningkatan jumlah nelayan, kultur masyarakat di pesisir pantai kawasan Teluk Apar,
kemampuan modal dan daerah operasi penangkapan. Selengkapnya perkembangan jumlah perahukapal di Teluk Apar periode 1996-2005 disajikan
pada Tabel 12. Tabel 12 Perkembangan Jumlah PerahuKapal Penangkap Ikan di Teluk Apar
Tahun 1996-2005 Tahun
Tidak bermotor Kapal motor
Jumlah Kecil
Sedang Tempel
0-5 GT 5-15 GT
1996 154 79
75 843
0 1151 1997 55
75 43 1.032
1205 1998 140
98 86
832 0 1156
1999 136 97 103
869 0 1205
2000 135 96 105
878 0 1214
2001 120 85 104
925 0 1234
2002 105 75
30 1.065
50 1325 2003 105
75 1.250
65 1495 2004 85
76 1.300
65 1526
2005 81 73
1.886 69
2109 Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir, 2006
4.2.4.3 Alat tangkap
Beragam jenis alat tangkap dioperasikan di perairan Teluk Apar, diantara berbagai alat tangkap tersebut yang dominan digunakan antara lain : purse seine,
jaring insang hanyut, jaring insang dasar, jarring insang tiga lapis, bagan tancap, rawai hanyut dan jermal.
Produksi perikanana laut Kabupaten Pasir secara umum ditopang oleh dua perairan laut yaitu Teluk Adang dan Teluk Apar. Terdapat perbedaan keragaman
alat tangkap yang dioperasikan pada masing-masing perairan teluk. Di perairan Teluk Adang masih ditemukan atau masih beroperasi alat tangkap baby trawl
dogol dan tidak terdapat alat tangkap purse seine. Sebaliknya di perairan Teluk Apar masyarakat nelayan Desa Tanjung Aru dan Desa Muara Pasir
mengoperasikan alat tangkap purse seine dan tidak terdapat trawl. Tidak beroperasinya trawl di Teluk Apar lebih disebabkan oleh adanya
kepatuhan terhadap kesepakatan antar nelayan, tokoh masyarakat, aparat desa
yang berada di sekitar kawasan Teluk Apar untuk melarang beroperasinya trawl di perairan Teluk Apart, mengingat alat yang dioperasikan sebagian besar
merupakan alat tangkap pasif khususnya jaring tiga lapis penambe, selain itu armada yang digunakan dominan berkapasitas kecil sehingga operasi semua unit
penangkapan terfokus pada satu kawasan yang sama. Berdasarkan hal tersebut maka disepakati untuk alat tangkap trawl dilarang dioperasikan di Teluk Apar.
Perkembangan jenis alat tangkap pada periode 1996-2005 disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Perkembangan Jumlah Alat Tangkap yang Dioperasikan di Teluk
Apar Periode Tahun 1996-2005
Tahun Jenis Alat Tangkap
Jumlah Pukat
Cincin Jaring insang
Bagan Tancap
Rawai Hanyut
Jermal Hanyut Dasar
Tiga 1996 9 240 242 1.028 87 58 18
1.682 1997
46 204 205 874 78 35 21 1.463
1998 72 221 224 952 89 39 21
1.618 1999
73 215 216 921 95 36 20 1.576
2000 76 216 214 930 90 35 22
1.583 2001 83 236 233 1.015 115 39 22 1.743
2002 35 195 197 854
66 96
22 1.465 2003 35 211 214 928 79 251 23 1.741
2004 35 249 248 1.080 56 237 23 1.928 2005 56 232 234 1.017 58 225 25 1.847
Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan, Pasir 2006 Pasca
pelarangan pengoperasian
trawl telah berdampak terhadap menurunnya jumlah alat tangkap trawl dogol di Kabupaten Pasir, kondisi ini
secara tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi udang. Dampak lain dari pelarangan pengoperasian trawl adalah semakin meningkatnya luasan bukaan
hutan mangrove di Kabupaten Pasir untuk usaha budidaya udang. Ditinjau dari aspek pencapaian produksi khususnya udang, hal ini memberikan nilai tambah
bagi Kabupaten Pasir karena produksi udang yang sebelumnya dihasilkan melalui penangkapan trawl kini tersubstitusi melalui usaha budidaya, dan produksi yang
dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dari hasil penangkapan. Oleh karena itu kontribusi udang terhadap produksi perikanan di Kabupaten Pasir Teluk Apar
dominan dihasilkan oleh aktifitas budidaya. Pembukaan lahan tambak secara besar-besaran di Kabupaten Pasir
khususnya di Teluk Apar telah menciptakan permasalahan baru. Pada beberapa desa pesisir disekitar kawasan Teluk Apar telah mengalami abrasi sehingga
mengakibatkan rusaknya bangunan-bangunan rumah, selain itu juga karena kerasnya terpaan angin laut yang langsung mengarah kerumah-rumah
diperkampungan nelayan akibat tidak adanya penghalang terbukanya hutan mangrove untuk usaha tambak. Hal ini semakin diperparah oleh minimnya
pengetahuan masyarakat bagaimana usaha budidaya tambak yang berwawasan lingkungan, sehingga dalam melakukan usahanya mereka tidak memperhatikan
kaidah-kaidak keseimbangan. Dari aspek usaha penangkapan karakteristik unit penangkapan yang
dioperasikan di Teluk Apar antara lain yaitu. a Pukat Cincin gae
Pukat Cincin menurut Baskoro 2002 adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, dilengkapi dengan tali kerut yang dilewatkan
melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring tali ris bawah. Dengan menarik tali kerut pada bagian bawah jaring menguncup dan akan membentuk
seperti mangkok. Dikatakan “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin Gambar 3.
Awal diperkenalkannya alat tangkap pukat cincin yaitu pada tahun 1970 di pantai Utara Jawa oleh BPPL. Baru pada tahun 19731974 alat tersebut mulai
diaplikasikan di daerah Muncar dan hingga sekarang alat tangkap tersebut berkembang pesat Subani dan Barus 1989. Di beberapa daerah pukat cincin
memiliki nama serta konstruksi yang agak berbeda.
Gambar 3 Alat Tangkap Purse seine Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002 Pukat Cincin purse seine menurut Von Brant 1984 dibentuk dari
dinding jaring yang sangat panjang, biasanya tali ris bawah leadline sama atau
lebih panjang daripada tali ris atas floatline. Float line memuat rangkaian pelampung float yang menjaga posisi jaring agar tetap berada di permukaan air.
Leadline adalah tali ris bawah yang merangkai kumpulan pemberat sinker yang terbuat dari timah sehingga memungkinkan jaring untuk melebar secara vertikal
dengan maksimal. Mata jaring pada pukat cincin hanya berfungsi untuk penghadang gerak ikan, bukan penjerat sebagaimana pada gillnet.
Metode pengoperasian pukat cincin menurut Baskoro 2002 yaitu dengan cara melingkari gerombolan ikan baik dengan satu kapal maupun dengan
menggunakan dua kapal. Setelah gerombolan ikan terkurung, pada bagian bawah jaring kemudian dikerutkan dengan menarik tali kerut yang dipasang sepanjang
bagian bawah melalui cincin hingga tertutup. Purse Seine dibedakan dalam empat kelompok besar. Menurut Sadhori
1985 kelompok tersebut adalah : 1 Berdasarkan bentuk jaring utama : persegi panjang atau segi empat, trapesium
atau potongan dan lekuk 2 Berdasarkn jumlah kapal yang digunakan pada waktu operasi: tipe satu kapal
one boat system dan tipe dua kapal two boat system. 3 Berdasarkan waktu operasi yang dilakukan : purse seine siang dan purse seine
malam; 4 Berdasarkan species ikan yang tertangkap : purse seine lemuru, layang,
kembung dan cakalang. Pukat cincin purse seine di perairan Teluk Apar disebut dengan Gae,
dalam istilah lain juga dikenal dengan nama jaring kolor. Disebut demikian menurut Sadhori 1985 karena pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali
kolor yang berguna untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu dioperasikan, dengan cara menarik tali kolor. Pengoperasian Gae di perairan Teluk Apar
umumnya dilakukan dengan menggunakan satu buah kapal motor bermesin. Sebelum operasi penangkapan dilakukan terlebih dahulu melihat densitas
kelompok ikan yang terdapat di rumpon, bila terlihat jumlah ikan cukup banyak di lakukan penangkapan ikan. Bila jumlah ikan pada rumpon tersebut diperkirakan
sedikit maka penangkapan ditunda dan armada berpindah pada rumpon yang lain. Biasanya nelayan melakukan penangkapan ikan pada rumpon secara bergiliran hal
ini dimaksudkan agar ikan tetap berada disekitar rumpon sehingga ikan dapat ditangkap secara kontinyu.
Jenis ikan yang umum tertangkap oleh alat tangkap purse seine di Teluk Apar terdiri dari Selar Selaroides spp, Tembang Clupeoides sp, Kembung
Rastrelliger spp, layang Decapterus dan tongkol Auxis thazard. Pengoperasian purse seine umumnya dilakukan one day fishing yaitu sejak pukul
16.00 sampai 06.00. Jumlah setting rata-rata 3-4 kali permalam, waktu antara setting sampai dengan hauling 3-4 jam.
b Jaring Insang gill net Gill Net merupakan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran mata jaring yang sama pada seluruh mata jaring, yang dilengkapi dengan pelampung dan pemberat sehingga menyebabkan jaring terbuka dengan sempurna
di dalam air. Gill Net diartikan juga sebagai jaring insang karena ikan-ikan yang tertangkap pada umumnya tersangkut pada tutup insangnya. Prinsip
pengoperasiannya yaitu menghadang gerak gerombolan ikan, diharapkan ikan menabrak jaring dan terjerat disekitar insang baik pada mata jaring maupun
terpuntal pada tubuh jaring. Untuk mendukung keberhasilan operasi penangkapan dengan gillnet menurut Sadhori 1984 warna jaring disesuaikan dengan warna
perairan tempat gillnet dioperasikan. Gill Net di sekitar Teluk Apar dikenal dengan rengge. Jenis rengge pada
umumnya disesuaikan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Berdasarkan klasifikasi alat tangkap, gillnet rengge yang umum digunakan di
Teluk Apar terdiri dari jaring insang hanyut drift gill net dan jaring insang dasar bottom gill net.
1 Jaring Insang Hanyut drift gill net Martasuganda 2002 memberikan definisi jaring insang hanyut sebagai
jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring utama sama, jumlah mata jaring arah horizontal mesh
lengh lebih banyak dari jumlah arah vertikal fesh depth. Pada bagian atas dilengkapi dengan beberapa pelampung float dan dibagian bawah dilengkapi
dengan beberapa pemberat sinkers, dengan adanya dua gaya berlawanan menyebabkan jaring insang dapat dioperasikan dalam keadaan tegak Gambar 4.
Gambar 4 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut drift gill net Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002
Posisi jaring pada jaring insang hanyut ketika dioperasikan tidak ditentukan oleh adanya jangkar, tetapi bergerak hanyut bebas mengikuti arah gerakan arus.
Pada salah satu ujung jaring di letakkan tali dan tali tersebut dihubungkan dengan kapal, gerakan hanyut dari kapal mempengaruhi posisi jaring. Selain arus,
gelombang dan kekuatan angin juga mempengaruhi keadaan hanyut dari jaring tersebut.
Nelayan Teluk Apar umumnya mengoperasikan jaring insang hanyut pada siang hari antara pukul 07.00-17.00 sedang pada malam hari pada pukul 18.00 –
04.00. Operasi penangkapan dalam sebulan rata-rata sebanyak 15 trip. Setting rata-rata dilakukan 3-4 kali dengan waktu 2-3 jam per setting. Jenis-jenis ikan
yang umum tertangkap terdiri dari Tenggiri Scomberomus commersoni, Menangin Eleutheronema tetradactylum , dan Bawal Stromateus sp.
2 Jaring Insang Dasar bottom gill net Jaring insang dasar di sekitar Teluk Apar disebut dengan rengge dasar hal ini
karena jaring tersebut direntangkan dekat dengan dasar laut Gambar 5. Jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan terdiri dari ikan-ikan demersal. Prinsip
pengoperasian sama dengan surface gill net bedanya hanya pada posisi jaring dalam air. Fishing ground alat tangkap ini di daerah muara dan teluk sehingga
ikan yang tertangkap dapat berbagai jenis.
Gambar 5 Alat Tangkap Jaring Insang Dasar bottom gill net Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002
Pengoperasikan alat tangkap rata-rata sebanyak 20 trip perbulan, dan dilakukan antara pukul 07.00 – 16.00. Malam hari dilakukan antara pukul 18.00 -
05.00. Jenis ikan yang biasa tertangkap antara lain ikan Kakap Lates calcarifer, Beronang Siganus sp, Pari Dasyatis sp, Bawal Stromateus sp, Trakulu
Caranx sp, dan SumbalKuro Eleutheronema sp. c Jaring Tiga Lapis trammel net
Jaring tiga lapis terdiri dari tiga lapis jaring, lapisan jaring bagian dalam inner net ukuran mata jaringnya lebih kecil dibanding dengan kedua lapisan
yang di luar outer net. Alat ini dioperasikan pada bagian dasar perairan Gambar 6. Pada umumnya hasil tangkapan berupa Udang Windu Penaeus
monodon, Udang Putih Penaeus merguensis, dan Udang Bintik Metapenaeus sp.. Pengoperasian jaring tiga lapis rata-rata sebanyak 20 trip perbulan. Waktu
pengoperasian biasanya mulai pukul 07.00 - 17.00.
Gambar 6 Alat Tangkap Jaring Tiga Lapis trammel net Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002
d Jermal Togo tidal traps Jermal dalam klasifikasi alat tangkap masuk dalam kategori alat tangkap
perangkap, yang biasa dikenal dengan jermal Gambar 7. Prinsip penangkapan ikan dengan alat ini yaitu menghadang arah ruaya ikan pantai dengan
memanfaatkan arus pasang surut, sehingga ikan masuk ke bagian jebakan yang dipasang jaring. Untuk mengarahkan ruaya ikan ke arah kamar jebakan nelayan
memasang pagar kayu.
Gambar 7 Alat Tangkap JermalJulu tidal traps Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002
Pengoperasian jermal rata-rata perbulan sebanyak 12 trip dan perhari rata- rata dioperasikan antara 5 – 6 jam mengikuti pergerakan arus surut. Walaupun
pergantian pasang dan surut terjadi 2 kali setiap hari akan tetapi nelayan mengoperasikan hanya satu kali pada saat air surut. Komoditi ikan yang umum
tertangkap terdiri dari Udang Windu Penaeus monodon, Udang Putih Penaeus merguensis, Udang Jari Penaeus indicus longirostris, Udang Belang
Parapenaeopsis sculptisis, Bawal Stromateus sp, Bulu Ayam Thryssa setirostris, dan Kakap Lates calcarifer.
e Bagan Tancap
Stationary lift net Bagan merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dinaikkan
atau ditarik keatas dari posisi horizontal yang ditenggelamkan untuk menangkap ikan yang ada diatasnya dengan menyaring air. Menurut Subani dan Barus 1988
bagan berdasarkan bentuk dan metode pengoperasian terbagi menjadi 3 macam yaitu bagan tancap, rakit dan perahu.
Metode penangkapan ikan dengan bagan dengan memanfaatkan naluri ikan, yaitu ketertarikan terhadap cahaya. Menurut Subani dan Barus 1988
penangkapan dengan bagan dilakukan pada malam hari, terutama pada saat bulan gelap dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu Gambar 8.
Gambar 8 Alat Tangkap Bagan Tancapstationary lift net Pengoperasian bagan tancap rata-rata perbulan sebanyak 16 trip,
dioperasikan mulai pukul 19.00 - 05.00. Hasil tangkapan berupa ikan Teri Stolephorus comersonii, Tembang Sardinella sp, Kembung Rastrelliger spp
dan Cumi-cumi Loligo sp. Komponen material bagan tancap terdiri dari jaring, rumah bagan yang
terbuat dari batang kayu nibung, serok dan lampu petromax, pada bagian pelataran terdapat alat penggulung yang digunakan untuk menurunkan dan menaikkan
jaring bagan pada saat dioperasikan. Berdasarkan posisi penempatan bagan tancap di perairan Teluk Apar, terlihat bahwa jarak antar bagan saling berdekatan.
Keadaan ini tentu mempengaruhi kuantitas hasil tangkapan karena distribusi ikan lebih menyebar.
g Rawai Hanyut lift net Rawai merupakan alat penangkap ikan yang terdiri atas rangkaian tali temali
yang bercabang-cabang dan pada setiap ujung cabangnya diikatkan dengan sebuah pancing dan diberi umpan. Pancing rawai terdiri atas tali utama, tali cabang,
bendera, pelampung, pemberat, mata pancing dan umpan. Pancing rawai diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu berdasarkan
letak pemasangan diperairan, susunan mata pancing pada tali utama, dan jenis
ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan. Berdasarkan letak pemasangan di perairan, terdiri atas rawai permukaan surface longline dan rawai pertengahan
midwater longling. Berdasarkan susunan mata pancing yaitu rawai mendatar horizontal longline dan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan utama
penangkapan yaitu rawai tuna tuna long line. Rawai yang dominan digunakan di Teluk Apar adalah rawai hanyut
Gambar 9. Operasi penangkapan per bulan rata-rata sebanyak 14 trip. Umumnya nelayan mengopertasikan rawai mulai pukul 08.00-14.00. Hasil
tangkapan yaitu ikan Kakap Lates calcarifer, Trakulu Caranx sp, Pari Dasyatis sp, dan Menangin Eleutheronema tetradactylum .
Gambar 9 Alat Tangkap Rawai Hanyut
4.2.5 Sumberdaya Ikan