terdepan dalam usaha perikanan tangkap memiliki posisi tawar bargaining position yang sangat lemah.
Ditinjau dari aspek ekonomi kelembagaan keterikatan nelayan dengan ponggawa adalah suatu hal yang wajar, karena hubungan tersebut adalah bentuk
hubungan yang paling optimal yang selama ini telah berlangsung. Dimana diantara ponggawa dan nelayan telah terjadi suatu kesepakatan yang mengatur hak
dan kewajiban antara keduanya. Kesepatan tersebut tentunya didasari oleh adanya kepentingan yang berbeda oleh kedua belah pihak. Akan tetapi ponggawa tidak
begitu saja memberikan pinjaman unit penangkapan tanpa adanya harapan keuntungan yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam kesepatan yang terjadi
adalah nelayan yang mendapatkan pinjaman melalui ponggawa harus menjual hasil tangkapannya kepada ponggawa selaku pemberi modalpinjaman dengan
harga yang disepakati. Setelah diperoleh gambaran hasil perhitungan estimasi tentang status
pamanfaatan sumberdaya, pola pemasaran komoditi ikan yang dihasilkan, kemudian dilakukan analisis kelayakan usaha penangkapan ikan dari masing-
masing unit penangkapan yang dominan dioperasikan di Teluk Apar.
5.2.3 Kelayakan usaha penangkapan ikan 1 Aspek pasar
Hal utama dan yang pertama menjadi fokus perhatian dalam rangka pengembangan dalam konteks apapun adalah kelayakan pasar permintaan dan
penawaran. Pada konteks ini pengembangan teknologi penangkapan ikan. Ikan sebagai produk utama yang dihasilkan oleh nelayan memiliki karakteristik khusus
yaitu komodoti yang cepat busuk perisable food. Berdasarkan pada sifat alamiahnya maka salah satu yang perlu dipertimbangkan adalah tingkat
permintaan pasar dan tingkat penawaran. Usaha penangkapan dikatakan layak dari aspek pasar jika tingkat permintaan demand lebih tinggi dari tingkat
penawaran supply. Hasil perhitungan dengan metode peramalan forecasting dari data time
series diperoleh persamaan permintaan potensial penduduk Balikpapan yaitu :
Y = 11771484 + 164982 x; R
2
= 0,811 ini berarti bahwa 81,1 variabel devenden dapat dijelaskan dengan variable indevenden. Artinya terdapat hubungan yang
nyata antara time series xi dengan jumlah permintaan potensial Balikpapan yi. Permintaan potensial di Kalimantan Timur dapat dilihat dari persamaan yang
dihasilkan yaitu Y = 113970843,3 + 1513200,057 x; R
2
= 0,777 artinya 77,7 variable devenden dapat dijelaskan dengan variabel indevenden, atau dapat
dikatakan antara time series xi dan jumlah permintaan potensial penduduk Kalimantan Timur terdapat hubungan yang nyata.
Persamaan untuk produksi ikan di Balikpapan yaitu : Y = 11856940 + 154316x; R
2
= 0,654 artinya 65,4 variabel devenden dapat dijelaskan dengan variabel indevenden, berarti terdapat hubungan nyata antara
time series xi dan data produksi ikan Balikpapan yi. Kalimantan Timur
diperoleh persamaan Y = 82241580 + 1382821,81x ; R
2
= 0,795 berarti bahwa 79,5 variabel devenden dapat dijelaskan dengan variabel indevenden yang
berarti bahwa secara statistik terdapat hubungan yang nyata antara time series xi dan data produksi ikan Kalimantan Timur yi.
Setelah dilakukan perbandingan antara permintaan Balikpapan dan Kalimantan Timur terhadap penawaran komoditi ikan dari Teluk Apar diperoleh
nilai permintaan lebih besar dari penawaran. Hal ini berarti usaha penangkapan ikan di Teluk Apar layak dan berpeluang untuk dipasarkan dan dikembangkan di
Balikpapan dan Kalimantan Timar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Subagyo, 2007 yang mengatakan peluang pasar muncul bila terjadi axces demand, yaitu
jumlah permintaan lebih besar dibanding jumlah penawaran. Setelah dilakukan analisa kelayakan dari aspek pasar kemudian dilanjutkan dengan tinjauan
kelayakan dari asfek finansial.
2 Aspek finansial
Enam kriteria yang digunakan dalam penilaian kelayakan dari aspek finansial masing-masing unit penangkapan. Pada beberapa kriteria tertentu semua
unit penangkapan memenuhi syarat kelayakan. Pada kriteria keuntungan, RC Ratio dan PP semua unit penangkapan layak. Besarnya keuntungan dipengaruhi
oleh hasil tangkapan dan biaya usaha yang dikeluarkan. Nilai RC selain dipengaruhi oleh jumlah hasil tangkapan, biaya usaha yang dikeluarkan juga harga
ikan. Adapun pada waktu pengembalian dipengaruhi oleh faktor penerimaan dan biaya yang diterima dan dikeluarkan selama usaha berlangsung.
Nilai pada kriteria NPV yang dihasilkan oleh semua unit penangkapan menunjukkan bahwa semua unit penangkapan tersebut layak dikembangkan
kecuali rawai hanyut demikian pula pada kriteria IRR dan net BC unit penangkapan rawai hanyut masing-masing memperoleh nilai 16 dan 0,96.
IRR menggambarkan nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan. Dari nilai IRR yang diperoleh unit penangkapan rawai hanyut
memberikan gambaran bahwa modal investasi yang ditanamkan tidak mampu memberikan keuntungan diskonto sebesar nilai IRR tersebut lebih kecil dari
bunga kredit perbankkan. Adapun kecilnya nilai net BC Ratio pada unit penangkapan rawai hanyut mengindikasikan biaya investasi yang harus
dikeluarkan tinggi agar usaha penangkapan dapat berlangsung. Besaran nilai NPV, IRR dan net BC sangat dipengaruhi oleh hasil tangkapan yang diperoleh
dan biaya yang dikeluarkan. Setelah dilakukan analisis kelayakan dari aspek pasar dan finansial
berikutnya menentukan jenis teknologi penangkapannya. Pemilihan teknologi penangkapan ikan yang tepat unuk diterapkan dalam rangka pengembangan
perikanan tangkap perlu mempertimbangkan 1 teknologi yang ramah lingkungan 2 teknologi yang secara teknis dan ekonomis menguntungkan, Monintja 2003
dan 3 teknologi berkelanjutan Nurani, 2002.
5.2.4 Kriteria keunggulan unit penangkapan 1