38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Isolat DT1A1
Karakteristik makroskopik isolat DT1A1 meliputi; permukaan koloni berwarna hijau kebiruan dengan bagian tepi berwarna putih, warna sebalik hijau
tua dengan bagian tepi berwarna putih kekuningan, diameter pertumbuhannya 2,01 cm pada hari ke-7 dan 3,98 cm pada hari ke-14. Karakteristik mikroskopik
meliputi hifa bersekat dan bercabang, memiliki spora konidia bulat dan bertumpuk seperti anggur.
Makroskopik Tampak Depan Hari Ke-7
Tampak Sebalik Hari Ke-7
Tampak Depan Hari Ke-14 Tampak Sebalik Hari Ke-14
Mikroskopik
Perbesaran 400x Gambar 4.6 Karakterisasi Makroskopik dan Mikroskopik Isolat DT1A1
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
f. Isolat DT1A2
Karakteristik makroskopik isolat DT1A2 meliputi; permukaan koloni berwarna abu muda, warna sebalik abu tua, koloninya memiliki garis-garis radial,
dan diameter pertumbuhannya 1,7 cm pada hari ke-10 dan 2,22 cm pada hari ke- 14. Karakteristik mikroskopik meliputi hifanya bercabang dan tidak bersekat.
Gambar 4.7 Karakterisasi Makroskopik dan Mikroskopik Isolat DT1A2 Makroskopik
Tampak Depan Hari Ke-10 Tampak Sebalik Hari Ke-10
Tampak Depan Hari Ke-14 Tampak Sebalik Hari Ke-14
Mikroskopik
Perbesaran 200x
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
g. Isolat DT1B
Hasil pengamatan karakteristik maskroskopik isolat DT1B meliputi; permukaan koloni berwarna abu, warna sebalik kuning kehijauan, koloni memiliki
garis-garis radial dan diameter pertumbuhan koloni kapang 1,2 cm pada hari ke-7 dan 2,2 cm pada hari ke-14. Karakteristik mikroskopik meliputi, hifa koloni
bersekat dan bercabang. Koloni memiliki sporangiospora.
Makroskopik Tampak Depan Hari Ke-7
Tampak Sebalik Hari Ke-7
Tampak Depan Hari Ke-14 Tampak Sebalik Hari Ke-14
Mikroskopik
Perbesaran 200x Gambar 4.8 Karakterisasi Makroskopik dan Mikroskopik Isolat DT1B
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
h. Isolat DT3B
Karakteristik makroskopik isolat DT3B meliputi; permukaan koloni berwarna putih, warna sebalik putih dengan bagian tengah berwarna coklat
kuning, hifanya tipis memiliki tekstur seperti bulu, diameter pertumbuhannya 6,42 cm pada hari ke-7 dan 9 cm pada hari ke-14. Karakteristik mikroskopik
meliputi hifa bersekat dan bercabang, dan memiliki konidiofor lurus, konidia berbentuk elips.
Makroskopik Tampak Depan Hari Ke-7
Tampak Sebalik Hari Ke-7
Tampak Depan Hari Ke-14 Tampak Sebalik Hari Ke-14
Mikroskopik
Perbesaran 200x Perbesaran 400x
Gambar 4.9 Karakterisasi Makroskopik dan Mikroskopik Isolat DT3B
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
i. Isolat DB2B
Karakteristik makroskopik isolat DB2B meliputi; permukaan koloni berwarna putih seperti kapas, semakin lama pada bagian tengah koloni menjadi
berwarna abu muda, warna sebalik hitam pada bagian tengah dengan putih pada sekelilingnya, diameter pertumbuhannya 5,62 cm pada hari ke-7 dan 8,12 cm pada
hari ke-14. Karakteristik mikroskopik meliputi hifa bersekat.
Makroskopik Tampak Depan Hari Ke-7
Tampak Sebalik Hari Ke-7
Tampak Depan Hari Ke-14 Tampak Sebalik Hari Ke-14
Mikroskopik
Perbesaran 200x Gambar 4.10 Karakterisasi Makroskopik dan Mikroskopik Isolat DB2B
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
j. Isolat DB3A
Hasil pengamatan karakteristik maskroskopik isolat DB3A meliputi; permukaan koloni berwarna hitam dengan granul-granul kecil berwarna abu
merata di atasnya, warna sebalik abu tua diikuti warna hijau pupus dengan tepi berwarna putih, dan diameter pertumbuhan koloni kapang 4,475 cm pada hari ke-
7 dan 6,52 cm pada hari ke-14. Karakteristik mikroskopik meliputi, hifa koloni bersekat dan bercabang. Koloni memiliki sporangiospora dengan bentuk bulat.
Makroskopik Tampak Depan Hari Ke-7
Tampak Sebalik Hari Ke-7
Tampak Depan Hari Ke-14 Tampak Sebalik Hari Ke-14
Mikroskopik
Perbesaran 400 x
A: Sporangios
pora B: Hifa
Bersekat
Gambar 4.11 Karakterisasi Makroskopik dan Mikroskopik Isolat DB3A
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4. Peremajaan Bakteri Uji
Peremajaan bakteri uji dilakukan dengan memindahkan biakan bakteri dari biakan lama ke medium tumbuh yang baru. Peremajaan digunakan untuk
mendapatkan bakteri yang aktif Machmud, 2001. Hal ini dikarenakan bakteri tersebut sebelumnya disimpan dalam keadaan inaktif di lemari pendingin
Ciccyliona Nawfa, 2012. Media yang digunakan untuk peremajaan bakteri adalah Nutrient Agar NA. Nutrient Agar merupakan media yang sering
digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Media ini terdiri dari pepton dan beef extract sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri serta agar sebagai bahan
pemadat. Beef extract mengandung senyawa-senyawa yang larut di dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan garam. Pepton merupakan
sumber utama nitrogen organik. Arulanantham et al., 2012.
4.5. Identifikasi Kemurnian Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini mewakili bakteri patogen Gram positif dan Gram negatif, hal ini untuk mengetahui spektrum aktivitas
antibakteri dari metabolit sekunder isolat kapang endofit. Identifikasi kemurnian ini bertujuan untuk mengamati morfologi dan kemurnian bakteri uji. Bakteri uji
yang digunakan adalah Escherichia coli dan Salmonella typhi yang mewakili bakteri Gram negatif dan Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis mewakili
bakteri Gram positif. Dari pengamatan mikroskopis didapatkan sel bakteri Bacillus subtilis
berbentuk batang, berwarna ungu dengan pewarnaan Gram dan merupakan bakteri Gram positif. Sel bakteri Staphylocccus aureus berbentuk bulat, berwarna ungu
dan merupakan bakteri Gram positif. Bakteri Escherichia coli terlihat berbentuk batang pendek, berwarna merah dengan pewarnaan Gram dan merupakan bakteri
Gram negatif, sedangkan sel bakteri Salmonella typhi berbentuk batang, berwarna merah dengan pewarnaan Gram dan merupakan bakteri Gram negatif. Hasil
pengamatan mikroskopik bakteri uji dapat dilihat pada Lampiran 17 hal. 82.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Identifikasi secara mikroskopik dilakukan dengan cara pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram digunakan untuk membedakan bakteri Gram positif dan Gram
negatif. Bakteri Gram positif pada pewarnaan ini akan tetap berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif akan berwarna merah. Perbedaan warna antara
bakteri Gram negatif dan Gram postif disebabkan oleh adanya perbedaan pada struktur dinding selnya. Dinding sel bakteri Gram positif banyak mengandung
peptidoglikan yang tebal, sehingga kompleks Kristal violet-iodin yang masuk ke dalam sel tidak dapat tercuci oleh etanol sedangkan dinding sel bakteri Gram
negatif banyak mengandung lipopolisakarida, dimana etanol dapat merusak lapisan lipopolisakarida, sehingga kompleks Kristal violet-iodin tercuci dan sel
bakteri akan berwarna merah setelah diberi safranin Pratiwi, 2008.
4.6. Pembuatan Inokulum Bakteri Uji
Bakteri uji yang telah diremajakan diambil satu ose dan dimasukkan ke dalam 9 mL NaCl 0,9 lalu vortex hingga homogen. Kekeruhan suspensi bakteri
disamakan dengan standar McFarland 3 10
9
CFUmL. Suspensi bakteri kemudian diencerkan sampai 10
6
CFUmL. Uji aktivitas antibakteri dilakukan pada jumlah bakteri 10
6
CFUmL karena jumlah mikroorganisme untuk menimbulkan infeksi klinik cukup 10
6
Darmawati, 2009.
4.7. Seleksi Kapang Endofit yang Berpotensi sebagai Antibakteri
Seleksi kapang endofit dilakukan terhadap 10 isolat yang didapatkan untuk mengetahui isolat kapang endofit yang aktif sebagai antibakteri. Gambar hasil uji
seleksi kapang endofit dapat dilihat pada Lampiran 15 hal. 78. Dari proses seleksi terhadap 10 isolat kapang endofit diperoleh 4 isolat
kapang endofit yag berpotensi sebagai antibakteri. Isolat DA3A1 menunjukkan zona bening terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Isolat DB3A
menunjukkan zona bening terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Salmonella typhi. Isolat DT1A1 dan DT3B menunjukkan zona bening terhadap
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Empat isolat hasil seleksi yang berpotensi sebagai antibakteri selanjutnya dilakukan fermentasi.
Tabel 4.2 Hasil Seleksi Kapang Endofit terhadap Bakteri Uji No
Isolat Diameter zona hambat mm
S.aureus B.subtilis
E.coli S.typhi
1. DA3A1
- -
6,75 -
2. DB3A
7,6 9,8
- 12
3. DT1A1
8,2 -
10,25 -
4. DT3B
9,8 -
11,75 -
4.8. Fermentasi Kapang Endofit
Fermentasi bertujuan untuk menghasilkan sel kapang biomassa dalam jumlah banyak sehingga dapat mengoptimalkan senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkan. Proses fermentasi kapang endofit menggunakan media Potato Dextrose Yeast PDY sebanyak 300 mL terhadap isolat kapang endofit yang aktif
sebagai antibakteri. Media Potato Dextrose Yeast PDY terdiri dari kentang, dan dextrose sebagai sumber karbon, serta yeast extract sebagai sumber nitrogen
Kumala Pratiwi, 2014. Proses fermentasi dilakukan selama 21 hari pada suhu ruang secara statis. Proses fermentasi mengggunakan media PDY yang berupa
media cair karena fermentasi dengan media cair lebih efektif untuk memproduksi biomassa dan lebih mudah dikerjakan secara aseptis Pokhrel Ohga, 2007.
Selama proses fermentasi selama 21 hari terjadi perubahan warna pada media. Hal ini diduga adanya metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang
endofit yang jatuh ke dalam media fermentasi. Menurut Gandjar et al. 2006, pertumbuhan kapang endofit dapat diketahui dari penambahan masa sel dan
proses metabolisme kapang yang menyebabkan timbulnya perubahan warna pada media cair. Metabolit sekunder yang dihasilkan dengan proses statis dapat
diekstraksi dari biomassa miselium dan bagian media Pokhrel Ohga, 2007. Hasil proses fermentasi dapat dilihat pada Lampiran 16 hal. 81.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.9. Ekstraksi Hasil Fermentasi
Hasil fermentasi setelah 21 hari dari masing-masing isolat dipisahkan bagian biomassa dan media untuk dilakukan proses ekstraksi. Ekstraksi dilakukan
dengan tujuan untuk menarik senyawa metabolit sekunder hasil fermentasi yang terdapat dalam isolat kapang endofit. Proses ekstraksi bagian biomassa dilakukan
dengan cara ekstraksi secara dingin yaitu dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang sederhana dengan
merendam bahan dengan pelarut selama beberapa hari pada temperatur ruang dan terhindar dari cahaya matahari Damayanti dan Fitriani, 2012. Keuntungan
metode ini adalah peralatan yang digunakan sederhana Damayanti dan Fitriani, 2012.
Bagian biomassa dihancurkan terlebih dahulu menggunakan lumpang dan alu agar struktur sel pecah sehingga memudahkan zat aktif terekstraksi oleh
pelarut. Ukuran yang semakin kecil akan meningkatkan luas permukaan sehingga proses ekstraksi akan semakin efektif Handa et al., 2008. Proses maserasi
dilakukan berulang kali hingga tidak terdapat lagi senyawa yang tertarik oleh pelarut yang ditandai dengan warna pelarut menjadi bening. Maserat yang didapat
kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental metanol EM.
Bagian media yang telah dipisahkan dari biomassa dilakukan partisi cair- cair menggunakan pelarut etil asetat dan n-heksan. Metode ini merupakan
pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur. Komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase sesuai dengan
tingkat kepolarannya Gu, 2000. Hasil partisi diperoleh fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat. Masing-masing fraksi kemudian dipekatkan menggunakan rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana EH dan ekstrak kental Etil asetat EE. Perolehan berat ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 18 hal. 83
dan organoleptis ekstrak dapat dilihat pada Tabel 4.3
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.3 Organoleptis Ekstrak Isolat
Ekstrak Organoleptis
DA3A1 Metanol
Coklat kehitaman, kental Etil Asetat
Orange kekuningan, kental Heksana
Putih kecoklatan, kental
DB3A Metanol
Coklat, kental Etil Asetat
Coklat kekuningan, kental Heksana
Putih susu, kental
DT1A1 Metanol
Merah kehitaman, kental Etil Asetat
Coklat kemerahan, kental Heksana
Putih susu, kental
DT3B Metanol
Hijau kehitaman, kental Etil Asetat
Coklat kehitaman, kental Heksana
Coklat muda, kental
Ekstrak kental metanol EM, ekstrak kental n-heksana EH, dan ekstrak kental Etil asetat EE dibuat konsentrasi 1000 ppm. Masing-masing konsentrasi
dari ekstrak dan fraksi air dilakukan uji aktivitas antibakteri.
4.10. Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri pada isolat kapang endofit dilakukan dengan metode difusi agar. Metode ini merupakan salah satu metode kualitatif uji
aktivitas antibakteri yang hanya akan memberikan gambaran tentang ada atau tidaknya aktivitas antibakteri dari zat tersebut Valgas et al., 2007. Bakteri uji
yang digunakan yaitu, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Bacillus subtilis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 isolat yang
difermentasi memperlihatkan aktivitas yang berbeda-beda terhadap bakteri uji. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri dapat dilihat pada Lampiran 19 hal. 84.
Pada penelitian ini digunakan cakram dengan diameter 6 mm. Masing- masing ekstrak yang diperoleh ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol dibuat
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
larutan uji dengan konsentrasi 1000 ppm. Sebanyak 20 µl larutan uji diserapkan ke cakram hingga cakram mengering. Pengeringan ini bertujuan agar senyawa
metabolit sekunder terserap secara merata pada cakram dan pelarut yang digunakan menguap.
Kontrol positif
yang digunakan
adalah kloramfenikol.
Tujuan digunakannya kontrol positif adalah sebagai pembanding dari zona hambat yang
terbentuk dari ekstrak uji. Kontrol negatif yang dipakai adalah pelarut yang digunakan untuk melarutkan masing-masing ekstrak yaitu n-heksan, etil asetat,
dan metanol serta akuades. Tujuan penggunaan masing-masing pelarut sebagai kontrol negatif adalah untuk membuktikan bahwa pelarut yang digunakan untuk
melarutkan ekstrak tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri. Berikut adalah hasil pengukuran zona hambat isolat kapang endofit:
Table 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Isolat
Ekstrak Diameter zona hambat mm
E.coli S.typhi
S.aureus B.subtillis
DT1A1 Metanol
n-heksana Etil asetat
Air 6,8
7,3 -
- 12,9
- 10,9
- 7,9
- -
- -
10,2 -
-
DA3A1 Metanol
n-heksana Etil Asetat
Air 6,5
7,15 -
- 8,7
- 8,3
- 7,9
- -
- -
9,6 -
-
DT3B Metanol
n-heksana Etil Asetat
Air 7,4
6,97 -
- 14,7
- 10,7
- 8,3
- -
- -
- -
-
DB3A Metanol
n-heksana Etil Asetat
Air 6,6
6,4 -
- 10,1
- -
- 6,4
- -
- -
9 -
-
Kontrol - Metanol
n-heksana Etil Asetat
Air -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
-
Kontrol + Kloramfenikol
25,5 25,2
17,05 32