Abnormal Audit Fee TINJAUAN PUSTAKA

manajemen laba. Tingkat akrual diskresioner dapat digunakan untuk mengukur kualitas audit karena dapat menunjukkan tingkat kemampuan auditor dalam mendeteksi manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan klien.

2.4 Abnormal Audit Fee

Abnormal audit fee adalah selisih antara audit fee faktual fee yang dibayarkan kepada auditor atas audit laporan keuangan dengan ekspektasi audit fee normal yang seharusnya dikenakan untuk perikatan audit tersebut. Audit fee faktual terdiri dari dua bagian, yaitu: 1 fee normal yang merefleksikan biaya pekerjaan auditor, risiko litigasi dan laba normal dan 2 abnormal audit fee yang ditentukan dari persetujuan antara auditor dan klien. Audit fee normal umunya ditentukan oleh ukuran perusahaan klien, kompleksitas klien dan risiko spesifik klien sedangkan abnormal fee audit ditentukan oleh faktor-faktor yang tidak dapat diamati dalam persetujuan antara auditor dengan klien Choi et al. 2010. Suatu KAP dapat menerima fee audit yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada fee normal. Fee audit yang lebih tinggi disebut abnormal audit fee positif sedangkan fee audit yang lebih rendah disebut abnormal audit fee negatif. Tinggi rendahnya abnormal audit fee dipengaruhi oleh adanya ketergantungan ekonomi aconomic bonding auditor terhadap klien dan kekuatan daya tawar bargaining power Asthana dan Boone 2012. Ketergantungan ekonomi economic bonding auditor terhadap klien menyebabkan auditor akan mempertimbangkan biaya- manfaat dalam menentukan kualitas auditnya. Auditor akan mengkompromikan kualitas audit hanya jika keuntungan yang diterima melebihi biaya yang harus ditanggung. Oleh karena itu, klien yang menginginkan kompromi kualitas audit akan membayarkan audit fee yang tinggi kepada auditor. Konsep kekuatan daya tawar bargaining power menjelaskan bahwa kualitas audit merupakan upaya yang dilakukan oleh auditor bersama dengan klien yang timbul setelah adanya proses negosiasi antara keduanya. Pihak yang lebih kuat dalam proses negosiasi tersebut akan memiliki harapan manfaat yang lebih besar. Jika klien memiliki bargaining power yang tinggi, maka klien memiliki kemampuan untuk menegosiasikan kualitas audit yang diinginkan dan menetapkan besaran audit fee yang lebih rendah. Praktik low balling, dimana imbal jasa audit dirancang dibawah nilai standar pada perjanjian awal audit dapat menyebabkan terjadinya abnormal audit fee. DeAngelo 1981 meneliti praktik low balling dan menemukan bahwa negosiasi pada awal masa perikatan audit membutuhkan pertimbangan yang wajar akan keuntungan pada masa yang akan datang. Kompetisi yang ketat pada masa awal audit mendorong auditor untuk menurunkan imbal jasa audit hingga mencapai profit yang minimum demi mendapatkan klien. Moore et al. 1989 dalam Syaifuddin dan Fitriany 2014 menyatakan bahwa low balling pada masa awal penugasan berdampak pada kemauan auditor untuk menutup biaya yang muncul saat penetapan fee audit awal membuat auditor berupaya untuk mempertahankan perikatannya dengan klien selama mungkin. Fitriany, dkk 2015 menyatakan bahwa dampak abnormal audit fee terhadap kualitas audit juga dipengaruhi oleh tingkat persaingan pasar audit, tingkat risiko litigasi dan tingkat pengawasan. Berdasarkan uraian di atas dapat dapat disimpulkan bahwa abnormal audit fee adalah selisih antara audit fee faktual dengan ekspektasi audit fee normal yang seharusnya dikenakan untuk perikatan audit tersebut. Abnormal audit fee dapat lebih rendah maupun lebih tinggi daripada fee normal yang seharusnya dibayarkan untuk perikatan audit tertentu.

2.5 Audit Tenure

Dokumen yang terkait

PENGARUH CLIENT IMPORTANCE DAN AUDIT TENURE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

4 86 21

PENGARUH ROTASI AUDIT DAN AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

6 82 23

ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia)

0 14 20

PENGARUH SUBSIDIARIES, AUDIT COMPLEXITY, DAN OPINI AUDITOR INDEPENDEN TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011–2013)

16 55 63

ANALISIS PENGARUH ABNORMAL AUDIT FEE, AUDIT TENURE, SPESIALISASI AUDITOR DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Indon

16 99 170

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

0 0 8

PENGARUH INDEPENDENSI, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2015)

0 2 12

PENGARUH DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT SEBAGAI MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

0 2 64

FEE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH AUDITOR SWITCHING DAN AUDIT TENURE PADA KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2016)

0 2 16

SKRIPSI ANALISIS AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

0 1 9