Konsentrasi Kepemilikan TINJAUAN PUSTAKA

Abusbaiha 2015 menyatakan bahwa beberapa faktor good corporate governance yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah struktur kepemilikan, independensi dewan komisaris dan independensi komite audit. Diyanty, dkk 2015 mengkaji mekanisme tata kelola perusahaan dalam mengukur kualitas audit dengan mekanisme pemegang saham pengendali, peran dewan komisaris dan komite audit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga mekanisme good corporate governance yang berkaitan dengan kualitas audit yaitu konsentrasi kepemilikan, komisaris independen dan komite audit.

2.8 Konsentrasi Kepemilikan

Kepemilikan terkonsentrasi merupakan fenomena yang lazim ditemukan di negara dengan ekonomi sedang bertumbuh dan negara-negara continental Europe. Sebaliknya, struktur kepemilikan menyebar pada umumnya ditemukan di negara maju dengan proteksi hak milik yang kuat, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Kanada LaPorta et al., 1999. Penelitian Claessens et al. 2000 menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan di Asia bagian timur termasuk Indonesia cenderung ditemukan terkonsentrasi. Kepemilikan suatu perusahaan dikatakan terkonsentrasi concentrated ownership apabila sebagian besar sahamnya dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan dengan pemegang saham lainnya Dallas 2004 dalam Nuryaman 2009. Sebaliknya, kepemilikan suatu perusahaan dikatakan menyebar diffused ownership apabila saham perusahaan dimiliki oleh banyak pemegang saham dengan persentase kepemilikan yang relatif sama, sehingga tidak ada pemegang saham yang dominan terhadap pemegang saham lainnya. Perbedaan struktur kepemilikan tersebut dapat berdampak pada perbedaan masalah keagenan yang terjadi dalam perusahaan. Pada struktur perusahaan yang menyebar diffused ownership, masalah keagenan terjadi antara investor luar dan agen, dimana agen bertindak sebagai profesional murni dan relatif tidak memiliki kepentingan yang signifikan pada perusahaan. Sedangkan pada struktur kepemilikan yang terkonsentrasi concentrated ownership, masalah keagenan bergeser dari permasalahan antara pemegang saham dan agen menjadi konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan manajemen dengan pemegang saham minoritas. Hal ini dikarenakan pemegang saham mayoritas akan mengontrol manajemen, sehingga kebijakan manajemen seringkali didasarkan pada kepentingan pemegang saham mayoritas dan mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas Diyanty, dkk 2015 Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan manajemen, sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan. Hal ini dikarenakan dengan kepemilikan yang besar menjadikan pemegang saham memiliki akses informasi yang cukup signifikan untuk mengimbangi keuntungan informasional yang dimiliki manajemen Hubbert dan Langhe dalam Nuryaman 2009. Jika hal ini diwujudkan maka tindakan moral hazard manajemen dapat ditekan. Pemegang saham mayoritas dalam struktur kepemilikan yang terkonsentrasi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dengan dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama, pemegang saham mayoritas yang secara efektif mengendalikan perusahaan, juga akan mengendalikan informasi yang dihasilkan perusahaan sehingga akan menurunkan kredibilitas informasi akuntansi bagi pasar. Sedangkan kemungkinan yang kedua, pemegang saham mayoritas akan berupaya untuk meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi yang dihasilkan karena pemegang saham mayoritas memiliki kepentingan yang tinggi untuk menjaga nilai investasi yang dimlikinya Feliana 2007. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi kepemilikan merupakan kepemilikan perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Konsentrasi kepemilikan mengakibatkan adanya pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas dalam suatu perusahaan.

2.9 Komisaris Independen

Dokumen yang terkait

PENGARUH CLIENT IMPORTANCE DAN AUDIT TENURE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

4 86 21

PENGARUH ROTASI AUDIT DAN AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

6 82 23

ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia)

0 14 20

PENGARUH SUBSIDIARIES, AUDIT COMPLEXITY, DAN OPINI AUDITOR INDEPENDEN TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011–2013)

16 55 63

ANALISIS PENGARUH ABNORMAL AUDIT FEE, AUDIT TENURE, SPESIALISASI AUDITOR DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Indon

16 99 170

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

0 0 8

PENGARUH INDEPENDENSI, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2015)

0 2 12

PENGARUH DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT SEBAGAI MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

0 2 64

FEE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH AUDITOR SWITCHING DAN AUDIT TENURE PADA KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2016)

0 2 16

SKRIPSI ANALISIS AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

0 1 9