Majas ini mengandung pengertian tentang suatu pekerjaan apabila dimulai dengan langkah yang baik maka akan menghasilkan sesuatu
yang baik pula. Penulis mengkategorikan majas di atas ke daplam majas antithesis
karena terdapat kata yang mengkomparasikan antara dua antonim yaitu kata mulonyo dengan ahirnyo.
4.1.2 Majas Pertentangan
Majas pertentangan meliputi majas hiperbola, majas litotes, majas ironi, majas oksimoron, majas paronomasia, majas paralepsis, dan majas zeugma. Dan
pada halaman berikutnya akan dijelaskan mengenai klasifikasi majas pertentangan yang ada dalam bahasa Melayu pada masyarakat Kualuh Hilir satu persatu.
4.1.2.1 Majas Hiperbola
Contoh : 1.
Paku limo inci sajo patah digigitnyo, pinang ‘Paku lima inci saja patah digigitnya, pinang hancur diremasnya’.
ancur dipulasnyo.
Paku lima inci pada dasarnya adalah paku yang cukup besar dan mustahil patah jika digigit menggunakan gigi, demikian juga buah pinang yang
memiliki kontur atau permukaan kulit yang cukup kasar, ditambah lagi di bagian dalamnya masih terdapat buah keras yang pasti sangat sulit untuk
menghancurkannya menggunakan tangan kosong. jadi alangkah terlalu berlebihan jika tindakan semacam ini dilakukan oleh kebanyakan orang.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan contoh di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa kalimat tersebut merupakan majas hiperbola karena kalimat tersebut mengandung
pernyataan yang berlebihan. 2.
Sampe malaklas ‘Sampai sobek pisak celana karena bekerja, tapi tidak kaya juga’.
pisak calano karono bakorjo tu, tapi tak kayo jugo.
Berdasarkan contoh di atas penulis mengategorikan kalimat tersebut ke dalam majas hiperbola karena menggunakan kata yang melebih-lebihkan
seperti pada kata sampe malaklas pisak calano kono bakorjo yang memberikan pengertian bekerja keras, sehingga karena pekerjaan yang
dilakukan itu membuat celana sobek. 3.
Sojuk kuraso “Sejuk kurasa menusuk sampai ke tulang’.
manyucuk sampe ka tulang.
Contoh di atas mengandung pengertian pengungkapan tentang perasaan dingin yang luar biasa sehingga mengungkapkannya dengan kata-kata
yang berlebih-lebihan seperti pada kata manyucuk sampe ka tulang. karena pada kenyataannya tidak mungkin rasa dingin bisa
menusukmerasuk sampai ke dalam tulang.
4.1.2.2 Majas Litotes
Contoh : 1.
Sajongkal ‘Sejengkal yang ada tanah kita’.
la nan ado tanah kito.
Universitas Sumatera Utara
Kalimat di atas merupakan majas litotes karena mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan.
Kalimat tersebut mengandung pengertian bahwa tanah atau sawah yang dimiliki itu tidak luas, sehingga diungkapkan dengan cara yang merendah
atau sederhana. 2.
Kupake la dulu boras ko tu kiro ‘Kupinjam dulu berasmu kira segenggam’.
sajomput.
Berdasarkan contoh di atas penulis mengategorikan kalimat di atas ke dalam majas litotes karena dalam pengungkapannya terdapat kata-kata
yang mengandung pernyataan yang mengecilkan seperti pada kata sajomput .
3. Upahnyo memang tak sabarapo
‘Gajinya memang tidak seberapa’. .
Kalimat di atas menerangkan tentang gaji atau upah yang sedikit, kalimat di atas merupakan majas litotes karena dalam pengungkapannya
menyatakan sesuatu dengan kata-kata yang dapat mengurangi atau melemahkan pernyataan yang sebenarnya seperti pada kata tak sabarapo.
4.1.2.3 Majas Ironi