dengan frase mulut lebar karena suka berbicara atau memberikan informasi yang tidak baik.
4.1.1.3 Majas personifikasi penginsanan
Contoh : 1.
Aer tu manyoru ondak naek ‘Air itu menyeru hendak naik ke daratan’.
ka tobing.
Kalimat aer tu manyoru secara leksikal kita artikan dengan kalimat ‘air menyeru’ berteriak atau memanggil sesuatu yang bertujuan untuk
menyampaikan sesuatu. Diperjelas lagi dengan kalimat ondak naek ka tobing yang berarti air tersebut ingin naik ke darat. Majas ini termasuk
ke dalam majas personifikasi karena terdapatnya sifat-sifat insani terhadap benda yang tidak bernyawa yaitu air yang dapat berseru dan
naik ke daratan. Majas tersebut mendeskripsikan tentang situasi pasang surut yang terjadi
di wilayah pesisir laut atau muara sungai yang menjadi tempat tinggal orang Melayu.
2. Abis binaso
‘Habis binasa dibuat pusaka’. dibuat pusako.
Majas di atas memberikan pengertian tentang satu keturunan atau keluarga yang saling bertengkar hebat sehingga terputus tali silaturahim
disebabkan ketidaksesuaian dalam pembagian harta pusaka.
Universitas Sumatera Utara
Penulis mengkategorikan majas ini ke dalam majas personifikasi karena melambangkan ssesuatu yang tidak bernyawa tetapi dapat bertindak
seolah-olah makhluk hidup yang bernyawa. Karena kata pusako di sini digambarkan adalah sebagai penyebab utama yang membuat putusnya
hubungan silaturahmi di antara keluarga tersebut. 3.
Manantang panas ‘Menantang panas hari ini kurasa’.
ari ni kuraso.
Kalimat di atas memberikan pengertian panas matahari yang sangat terik sehingga dinyatakan dengan kata manantang. Kata manantang
menantang pada kalimat di atas tersebut bermakna melawan, mengajak beradu atau berkelahi. Biasanya kata seperti ini hanya dapat digunakan
untuk benda-benda yang bernyawa. Majas di atas penulis kategorikan termasuk ke dalam majas personifikasi
karena mangganggap benda mati atau dalam konteks ini adalah matahari yang memancarkan panasnya dengan sangat terik sehingga diungkapkan
dengan kata menantang seolah-olah dapat berprilaku seperti halnya manusia.
4.1.1.4 Majas Antitesis
Contoh : 1.
Ka mukak tak ondak di balakang ‘Ke depan tak mau, di belakang menendang-nendang’
manyipak-nyipak.
Universitas Sumatera Utara
Secara kalamiah, kalimat dia atas terdiri dari kalimat ka mukak tak ondak yang berarti tidak mau ke depan yang kemudian digabung dengan
di balakang manyipak-nyipak yang berarti berada di belakang dengan menendang-nendang. Kalimat di atas mengandung pengertian seseorang
yang tidak memiliki keberanian untuk menyuarakan aspirasinya untuk tampil ke depan akan tetapi jika di belakang berani berbicara dengan
suara lantang. Majas ini termasuk ke dalam kategori majas antithesis karena
mengadakan komparasi atau perbandingan dua antonim yaitu pada kata mukak dan belakang yang mengandung ciri semantik yang bertentangan.
2. Biar sakit di awak asal sonang
‘Biar sakit di aku asalkan senang di orang lain’. di urang.
Majas di atas memberikan pengertian tentang kerelaan seseorang yang menanggung beban dan rasa sakit hanya untuk memberikan kesenangan
kepada orang lain yang disayanginya. Majas ini merupakan majas antithesis karena di dalam kalimatnya
menggunakan kata yang berantonim. Seperti pada kata sakit dengan senang.
3. Elok mulonyo elok jugo la
‘Baik awalnya baik pula akhirnya’. ahirnyo.
Universitas Sumatera Utara
Majas ini mengandung pengertian tentang suatu pekerjaan apabila dimulai dengan langkah yang baik maka akan menghasilkan sesuatu
yang baik pula. Penulis mengkategorikan majas di atas ke daplam majas antithesis
karena terdapat kata yang mengkomparasikan antara dua antonim yaitu kata mulonyo dengan ahirnyo.
4.1.2 Majas Pertentangan