Contoh: Dara damba daku,
Datang dari danau 2.
Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung perulangan kata dengan makna berbeda.
Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.
3. Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus
merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat
Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.
4. Repetisi adalah majas yang mengandung perulangan berkali-kali kata
atau kelompok yang sama. Contoh :
Selamat datang pahlawanku, selamat datang kekasihku Selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsa, kami menantimu
dengan bangga dan gembira. Selamat datang, selamat datang.
2.2.1 Fungsi Majas
Majas memiliki peran yang sangat penting dalam komunikasi sehari-hari karena dapat memunculkan dan mengembangkan apresiasi bagi penyimak.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan bahasa kias atau pemajasan dapat membangkitkan kesan dan suasana tertentu, tanggapan indera tertentu serta memperindah penuturan yang berarti
menunjang tujuan-tujuan estetik. Sama halnya penggunaan bahasa kias berperan dalam penyampaian maksud seseorang. Kadangkala penafsiran seseorang dapat
berbeda dengan maksud yang diungkapkan orang lain melalui gaya bahasa. Keraf 1981:124 mengemukakan bahasa kias merupakan sarana atau alat
untuk memperjelas gambaran ide, mengkonkretkan gambaran dan menumbuhkan perspektif baru melalui komparasi. Penggunaan majas dapat ditujukan untuk
membangkitkan kesan dan suasana tertentu, tanggapan indera tertentu, serta memperindah penuturan. Dengan demikian fungsi-fungsi yang muncul dari
pemanfaatan pemajasan ada bermacam-macam tetapi semua fungsi itu tetap bertujuan untuk membangun nilai estetis. Penuturan yang digunakan sehari-hari
cukup banyak ditemukan penggunaan bentuk majas dengan fungsi yang berbeda. Apabila dalam penuturan sehari-hari penggunaan majas lebih cenderung berfungsi
untuk mempercepat pengertian. Menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa
kias atau pemajasan ada beberapa macam, dan mereka menyebutkan fungsi bahasa kias yang berbeda-beda. Sehingga fungsi-fungsi bahasa kias dalam kajian
teori ini adalah untuk memperindah bunyi, konkritisasi, menjelaskan gambaran, memberi penekanan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran,
membangkitkan kesan dan suasana tertentu, untuk mempersingkat penulisan dan penuturan dan melukiskan perasaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Makna Majas Gaya bahasa pada tataran ini biasa disebut majas. Dalam tulisan ini, kata
majas dipakai sesuai dengan apa yang dimaksud dengan Figure of speech yaitu kata atau ungkapan yang digunakan dengan makna yang menyimpang dari makna
yang biasa digunakan. Menurut Bloomfield dalam Zaimargaya
http:repository.ui.ac.idcontentskoleksi2 ada dua macam makna, yaitu: 1.
Makna pusat central meaning Sebuah penanda dapat mempunyai lebih dari satu acuan. Bila yang diacu
adalah acuan utama, dan hal itu dapat dipahami sebagai makna denotatif, maka penanda itu mengaktifkan makna pusatnya. Contoh: kupu-kupu adalah serangga,
yang dapat terbang, hinggap dari satu bunga ke bunga lain, untuk menghisap sarinya. Contoh berikut mengemukakan leksem kupu-kupu dengan makna
pusatnya “Taman itu begitu indah, penuh bunga-bungaan aneka warna dan kupu- kupu beterbangan kian-kemari”.
2. Makna sampingan marginal meaning
Di sini, penanda tidak mengacu pada acuan utamanya, melainkan mengacu pada referen lain. Pemahamannya bersifat konotatif. Contoh: ”Sejak Marni
menjadi kupu-kupu malam, baru kali itulah ada laki-laki yang tidak menghinanya.” Dalam kalimat tersebut, leksem kupu-kupu mengaktifkan makna
sampingannya, karena di sini kupu-kupu malam mengacu pada manusia. Dalam studi semantik telah dikenal bahwa setiap leksem mempunyai wilayah
makna tertentu yang terdiri dari sejumlah komponen makna, yaitu satuan makna terkecil.
Universitas Sumatera Utara
Dalam tulisan ini yang akan dibahas adalah makna bahasa kias figure of speech yang merupakan teknik pengungkapan bahasa yang maknanya tidak
menunjuk secara langsung terhadap objek yang dituju. Bahasa kias lebih cenderung menampilkan makna tersirat, sehingga penangkapan makna pesan
dilakukan melalui penafsiran terlebih dahulu. Penggunaan bahasa kias dilakukan sebagai suatu cara untuk menimbulkan efek tertentu, sehingga penerima pesan
lebih tertarik. Sebagaimana dinyatakan oleh Keraf 1981: 121, apabila
pengungkapan bahasa masih mempertahankan makna denotatifnya, mengandung unsur-unsur kelangsungan makna atau tidak ada usaha
untuk menyembunyikan sesuatu di dalamnya, maka bahasa itu adalah bahasa biasa. Sebaliknya, pengungkapan bahasa yang mengandung
perubahan makna, entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatifnya maka bahasa itu adalah bahasa kias atau
majas.
Berdasarkan pendapat di atas bahasa kias atau pemajasan adalah bahasa yang tidak merujuk makna pada makna secara langsung, melainkan melalui
pelukisan sesuatu atau pengkiasan. Penggunaan bahasa kias dalam berbahasa dimaksudkan untuk memperoleh efek-efek tertentu.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar