Majas Metafora Majas Perbandingan

merupakan paduan dua benda yang serasi dan tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan.

4.1.1.2 Majas Metafora

Contoh : 1. Asal tak patah pandayung ‘Asal tidak patah pendayung saja’. sajola. Secara harfiah gabungan kata patah pandayung di atas terdiri dari kata patah yang berarti putus untuk suatu barang yang keras dan disandingkan dengan kata pandayung yang dapat kita pahami sebagai benda yang sering digunakan sebagai alat untuk mengayuh dan menggerakkan pada alat transportasi air seperti sampan, perahu atau rakit. Klausa patah pandayung memiliki pengertian secara metafora yaitu mengumpamakan seseorang yang sudah tidak memiliki harapan dan motivasi hidup lagi karena orang yang disayangi dan selalu menjadi motivator dalam hidupnya sudah tiada, sehinngga hidupnya terluntang- lantung tak tentu arah, sama halnya seperti perahu yang patah pendayung. 2. Lotih badanku bajuang totap jadi ‘Letih badanku bekerja, tetap jadi anak sampan. Di akhir kalimat di atas terdapat frase anak sampan. Pada frase tersebut kata anak merupakan kata benda yang berarti keturunan yang masih anak perahu’. Universitas Sumatera Utara kecil baik dia itu hewan, manusia, maupun tumbuhan yang kemudian disandingkan dengan kata sampan yang memiliki pengertian perahu kecil. Jika kita ambil pengertiannya, frasa di atas memiliki arti anak perahu. Secara majasi pengertiannya mengarah kepada seseorang yang berprofesi sebagai nelayan dan bertugas sebagai anak buah kapal. Majas ini mendeskripsikan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu yang pada umumnya menempati daerah pesisir pantai, mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. 3. Awas kono cucuk isang ‘Awas kena tusuk insang’. . Dalam kalimat di atas terdapat klausa cucuk isang yang terdiri dari kata cucuk yang berarti menusuk. Kemudian disandingkan dengan kata isang atau insang yang merupakan alat pernafasan pada ikan. Klausa cucuk isang memberikan pengertian kepada sifat seseorang yang suka berbohong dan dikategorikan ke dalam majas metafora karena melukiskan sesuatu dengan memakai kata-kata yang bukan makna sebenarnya. 4. Manggilo mogah ‘Menggila senang kulihat anak itu’ nyo lagi kutengok budak tu. Dalam kalimat di atas terdapat frase gilo mogah terdiri dari kata gilo’ atau gila, yang secara leksikal berarti sakit jiwa sakit ingatan dan bertindak tidak normal. Kemudian kata mogah’ yang berarti senang, ria Universitas Sumatera Utara atau gembira. Maka majas di atas memiliki pengertian sifat seseorang yang senang berfoya-foya dan menunjukkan gaya hidup hedonis sementara dia sendiri berasal dari keluarga yang kurang mampu. 5. Si Amin tu sampan gandeng ‘Si Amin itu perahu gandeng ayahnyo’. ayahnyo. Frase sampan gandeng di atas dari kata sampan yang berarti perahu kecil yang disandingkan dengan kata gandeng yang berarti menarikmembawa sesuatu dengan mengikatkannya. Secara harfiah makna dari frase tersebut adalah perahu yang diikatdigandengkan dengan sesuatu. Secara majasinya, pengertiannya adalah merujuk kepada sifat seorang anak yang selalu mengikuti orang tuanya jika hendak berpergian. 6. Jangan sampe takono ulat bulu ‘Jangan sampai terkena ulat bulu’. . Frase ulat bulu dalam kalimat di atas secara leksikal berarti sejenis binatang bakal kepompong. Ulat bulu pada dasarnya merupakan sejenis binatang penggangguperusak tanaman dan bahkan bisa memberikan rasa sakit jika terkena pada kulit manusia. Secara metafora, frase ulat bulu ini dimaksudkan kepada seseorang yang mempunyai sifat yang jelek yaitu suka menggangu orang lain, suka berbohong, dan banyak bicara. Universitas Sumatera Utara 7. Digolar urang dio ‘Disebut orang dia panglima talam’. panglimo talam. Secara leksikal frase panglimo talam tersebut terdiri dari kata panglimo panglima yang berarti prajurit dan disandingkan dengan kata talam yang berarti wadah yang berfungsi sebagai tempat menghidangkan makanan. Secara metafora frase tersebut menggambarkan seseorang yang memiliki sifat penjilat dan suka meminta-minta. 8. Botul la kau si ‘Betul lah kamu si tuntung kapur’. tuntung kapur. Frase tuntung kapur dalam kalimat di atas merupakan bentuk kiasan yang artinya seseorang yang sifatnya selalu merusak wlaupun hal ddemikian itu tidak dikehendakinya. Apapun yang dia kerjakan dan laksanakan selalu saja salah. 9. Memang lebar mulut ‘Memang lebar mulut anak itu’. budak tu. Secara leksikal frase tersebut terdiri dari kata lebar yang bermakna luas ata besar dan disandingkan dengan kata mulut yang merupakan bagian dari tubuh manusia berguna untuk berbicara. Bentuk frase mulut lebar dalam kalimat di atas jika kita artikan secara metafora memberikan pengertian terhadap prilaku seseorang yang suka menggunjing atau suka membicarakan hal-hal pribadi seseorang kepada orang lain. Dikiaskan Universitas Sumatera Utara dengan frase mulut lebar karena suka berbicara atau memberikan informasi yang tidak baik.

4.1.1.3 Majas personifikasi penginsanan