Contoh di atas merupakan maajs elipsis karena terdapat pembuangan atau pengilangan obyek tempat atau dengan kata lain menghilangkan salah satu
unsur penting dalam suatu struktur kalimat.
4.1.3.6 Majas Inversi
Contoh : 1.
Ruponyo lagak. Lagak ruponyo.
‘Wajahnya cantik’. ‘Cantik wajahnya’.
Berdasarkan contoh di atas maka penulis mengategorikan majas tersebut ke dalam majas invers karena mengandung kata yang mengalamai
permutasi atau perubahan urutan unsur-unsur sintaksis dalam
kontruksinya, di mana pada kata ruponyo lagak dapat dilakukan perubahan dengan lagak ruponyo.
2. Dio mandukong.
Mandukong dio. ‘Dia tidak mampu’.
‘Tidak mampu dia’. Contoh majas di atas penulis kategorikan ke dalam majas inversi karena di
dalam majas tersebut terdapat kontruksi sintaksis yang berubah. Dengan kata lain telah terjadi perubahan urutan subyek prediket SP menjadi
prediket SubyekSP, sehingga kalimat dio mandukong dapat berubah menjadi mandukong dio.
3. Si Siti mambaham pinang
mambaham pinang si Siti ‘Si Siti mengunyah pinang’
‘Mengunyah pinang si Siti’
Universitas Sumatera Utara
Contoh majas di atas penulis kategorikan ke dalam majas inversi karena di dalam majas tersebut terdapat kontruksi sintaksis yang berubah. Dengan
kata lain telah terjadi perubahan urutan subyek prediket SP menjadi prediket SubyekSP, sehingga kalimat si Siti mambaham pinang dapat
berubah menjadi mambaham pinang si Siti.
4.1.3.7 Majas Gradasi
Contoh : 1.
Buat apo tali leher manjorat kudo bolang, buat apo kudo bolang, manggiring parang panjang, Buat apo parang panjang, manobas
buluh tolang, buat apo buluh tolang, manjuluk bulan torang, buat apo bulan torang
Majas di atas merupakan kategori dari majas gradasi, karena mengandung suatu rangkaian dan urutan kata atau istilah yang secara
sintaksis bersamaan dan mempunyai satu atau beberapa kata yang diulang-ulang. Seperti pada kata
, maen-maenan anakku.
kudo bolang, parang panjang, buluh tolang dan bulan torang
Artinya, setiap penggunaan kata-kata yang diantaranya mengandung perulangan dengan perubahan-perubahan yang lain, maka kita
kategorikan ke dalam majas gradasi. .
2. Rumah jaoh baya pancuran jaoh
Pancuran jaoh baya tabek nandong. Tomulah-tomu di dalam puan tuan oi
Universitas Sumatera Utara
Tomulah tomu Tuan jaoh baya
di dalam puan. kami pun jaoh saudaro.
Kami pun jaoh Mato bartomu.. oh la
tuan.. intan payong
Di dalam bulan. Oi.
bulan saudaro.
Kalambir baya cundung ka laut. cundung ka laut baya saudaro oi.
Abis buahnyo dimakan bulan tuan oi…. Yallah intan payong dimakan bulan
kami lah pogi baya .
mamanjang laut saudaro oi.. Mamanjang laut
Adek lah tinggal…. Oh la bulan oi… mambilang bulan saudaro oi Allah… saudaro
Contoh di atas merupakan petikan dari senandung Kualuh yang merupakan kesenian asli daerah Kualuh. Masyarakat setempat
menyebut kesenian ini dengan instiah sinandong Kualuh. Senandung merupakan salah satu produk Sastra Lisan Melayu
Sumatera Timur yang tercetus dalam perasaan duka, nasib malang, dan dalam keadaan lainnya. Senandung adalah khazanah budaya
masyarakat yang menyuratkan tentang kehidupan masyarakat Melayu tersebut. Senandung di atas bertemakan perpisahan, pada bait pertama
Universitas Sumatera Utara
dapat kita analisis bahwa senandung tersebut mendeskripsikan perpisahan di antara dua orang yang tidak dapat bertemu walaupun
saling merindukan. Perasaan kecewa dan sedih karena tidak dapat bertemu itulah yang diungkapkan lewat kalimat mato bartomu di
dalam bulan. Sementara pada bait yang kedua mendeskripsikan perpisahan antara
dua orang kekasih yang harus berpisah karena si pemuda harus pergi melaut yang diungkapkan lewat kalimat kami lah pogi baya
mamanjang laut saudaro. Sementara pasangan si pemuda atau si perempuan tadi menunggu-nunggu dengan menghitung bulantanggal
seperti pada ungkapa Adek lah tinggal…. Oh la bulan oi… mambilang bulan saudaro oi. Senandung Kualuh pada dasarnya adalah kesenian
berupa hiburan yang disenandungkan oleh seseorang untuk mengisi waktu luang pada saat melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti
berladang ataupun melaut. Akan tetapi kesenian ini sekarang sudah mulai jarang digunakan oleh masyarakatnya karena minimnya minat
generasi muda untuk turut melestarikan kesenian tersebut. Oleh sebab itulah Sinandong Kualuh saat ini hanya digunakan sebagai salah satu
bentuk hiburan pada saat upacara-upacara tertentu saja. Dari contoh senandung diatas penulis mengategorikannya ke dalam
majas gradasi karena mengandung suatu rangkaian dan urutan kata yang secara sintaksis bersamaan yang mempunyai beberapa ciri
Universitas Sumatera Utara
semantik yang diulang-ulang dengan perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif.
4.1.4 Majas Perulangan