Pendapat Industri Relevansi Kurikulum

3. Fasilitas dan pelayanan tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum. 4. Yang tinggal di tempat tersebut hanya untuk sementara waktu. 5. Akomodasi itu dikelola secara komersial. Bertitik tolak dari unsur-unsur pokok diatas maka dapat dirumuskan suatu definisi hotel sebagai berikut : “Hotel adalah sejenis akomodasi yang menyediakan fasilitas dan pelayanan penginapan, makan dan minum serta jenis-jenis lainnya untuk umum yang tinggal untuk sementara waktu dan dikelola secara komersial”.

6. Pendapat Industri

Menurut kamus Bahasa Indonesia, pendapat mempunyai arti: a pikiran atau tanggapan, b buah pikiran atau perkiraan tentang sesuatu hal seperti orang atau peristiwa, c orang yang mula-mula mendapatkan sesuatu yang tadinya belum ada atau belum diketahui, dan d kesimpulan sesudah mempertimbangkan, menyelidiki, mengalami, dan sebagainya. Poerwa Darminto, 1990 Pendapat merupakan suatu tanggapan seseorang yang dapat dinyatakan dalam sebuah kalimat sebagai hasil daya pikir seseorang setelah mengamati suatu obyek. Seperti yang diungkapkan oleh Abu Ahmadi1991 mengemukakan bahwa pendapat sebagai hasil pekerjaan pikir meletakkan hubungan antara tanggapan yang satu dengan yang lain dinyatakan dalam suatu kalimat. Lebih lanjut dikemukaan oleh Alo Liliweri 1997 bahwa pendapat didefinisikan sebagai gambaran mengenai pengalaman seseorang terhadap obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan maupun persepsi tentang obyek tersebut. Dari beberapa pernyataan tersebut diatas dapat diketahui bahwa pendapat adalah hasil pikir atau tanggapan dari seseorang terhadap obyek atau peristiwa kemudian disimpulkan, sedangkan pendapat industri adalah hasil pikir atau tanggapan dari hotel terhadap obyek atau peristiwa kemudian disimpulkan.

7. Relevansi Kurikulum

Hamalik 1990 mengemukakan bahwa konsep pendidikan nasional dewasa ini mengacu pada penyiapan tenaga kerja yang siap pakai dan siap adaptif. Dengan demikian lulusan lembaga pendidikan sekolah maupun luar sekolah harus siap ditempatkan dalam lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya dan jenjang pendidikannya, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan kerjanya dan selalu berupaya belajar sepanjang hidupnya. Ternyata harapan ini belum dapat terpenuhi karena kurang tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi calon tenaga kerja dan kualitas lulusan pendidikan sekolah maupun luar sekolah masih relatif rendah serta tidak sesuai dengan kualifikasi yang diminta oleh industri. Pendapat Djemari Mardapi dikutip oleh Ruswid 2000 menyatakan bahwa salah satu yang dianggap kelemahan SMK adalah kekurangmampuan sekolah dalam menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai untuk memenuhi kebutuhan industri. Untuk memperkecil kondisi kesenjangan keterampilan dan pengetahuan calon tenaga kerja maka menurut M. Bruri Triyono 1996 ada 2 hal yang harus diperhatikan : 1 harus ada kesadaran calon tenaga kerja belajar di sekolah membekali diri untuk memenuhi keterampilan dasar dan mengadaptasikan keterampilannya secara maksimal di industri harus terus menerus dibina; dan 2 konsep siap latih melalui proses pelatihan di industri, dimana tenaga kerja dan industri bersama-sama aktif mengembangkan kemampuan diri untuk selalu mengikuti perubahan teknologi proses produksi, harus diwujudkan. Tilaar 1992 menyatakan bahwa keberhasilan sistem pendidikan diukur dari sejauh mana sistem tersebut berhasil memasok tenaga kerja terampil secara kualitas maupun kuantitasnya bagi kebutuhan pembangunan. Hal ini mengandung arti bahwa lulusan dari suatu sistem pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah harus mampu berperan dalam pembangunan nasional, sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk mengisi lapangan kerja yang sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki. Dalam upaya membentuk lulusan pendidikan sekolah maupun luar sekolah yang berkualitas maka dibutuhkan kesesuaian antara kurikulum pelatihan kerja yang diterapkan dengan kebutuhan industri. Kurikulum yang diterapkan dalam latihan kerja harus mengacu pada pada kebutuhan dunia industri, sehingga diharapkan lulusan dapat bekerja dengan baik dan benar. Peran dunia usahaindustri menurut Sukardi 1995 adalah mengoptimalkan SDM yang berkualitas melalui pemagangan. Di lembaga pendiddikan, mereka diberi teori dan sebagian diajarkan melalui magang di dunia kerja sehingga lebih mengenal lapangan. Mereka bekerja praktik di perusahaan selama jangka waktu tertentu sehingga dalam jangka waktu tersebut akan menjadi tenaga siap pakai dengan pola pikir yang profesional. Secara harfiah, pemagangan diadopsi dari bahasa Jerman yaitu link and match yang berarti cara pandang bahwa pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat. Pemagangan sebagai suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di lembaga dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Menurut M. Sumantri 1988 para pakar mengartikan kata relevan sebagai kebutuhan peserta didik yang harus segera dipenuhi. Lebih lanjut lagi beliu mengemukakan bahwa mata pelajaran dalam kurikulum dianggap relevan bila membantu peserta didik untuk mengambil keputusan, berpikir, dan melaksanakan aktivitas hidupnya. Mengutip pendapat Othaniel, beliau juga memaparkan bahwa salah satu kebutuhan hidup tersebut adalah memilih dan mengikuti suatu pekerjaan. Dalam konteks kurikulum, memenuhi kebutuhan peserta didik tidak hanya dilakukan pada masa sekarang, namun juga dimasa mendatang. Relevansi merupakan salah satu faktor penting dalam menilai sebuah kurikulum, untuk mengetahui apakah kurikulum tersebut mampu mewakili semua kebutuhan yang ada saat ini. Dachnel Kamars 1994 mengungkapkan bahwa relevansi kurikulum dengan tenagakesempatan kerja perlu diperhatikan lebih dini dan diperkenalkan kepada anakpeserta didik agar antara potensi manusia dan potensi alam dapat dikombinasikan secara seimbang, sehingga fungsi kurikulum yang sebenarnya dapat diwujudkan secara optimal. Relevansi merupakan salah satu kriteria terpenting dalam pengajaran. Bruner yang dikutip oleh Tri Cahyono 2004 menyatakan bahwa relevansi merupakan hubungan antara yang diharapkan dengan yang dicapai. Soetopo yang dikutip oleh Chandra Aeni 2002 mendefinisikan relevansi sebagai kesesuaian, kesepadanan, keserasian program pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Dengan kata lain pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh pendidikan berguna atau fungsional bagi kehidupan. Suatu kurikulum dianggap relevan jika berisi materi-materi yang fungsional, yakni mampu menjawab segala tuntutan perkembangan masyarakat, terutama keterampilan bagi peserta didik dalam memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, agar kurikulum senantiasa selalu relevan perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinyu oleh kalangan akademisi dan semua pihak yang mempunyai minat terhadap pendidikan, yaitu dengan mengumpulkan segala bentuk informasi dari pihak-pihak terkait, diantaranya dengan industriawan, pekerja, dan masyarakat. Untuk menentukan relevan tidaknya suatu kurikulum dibutuhkan suatu kriteria sebagai ukuran, acuan, standar, keadaan yang berkedudukan sebagai pembanding data yang diperoleh dengan pelaksanaan di lapangan. Kriteria penentuan klasifikasi relevan tidaknya suatu kurikulum menurut Rudi Prihantoro dalam Chandra Aeni 2002 adalah sebagai berikut : Tabel 4. Kriteria Relevansi Kurikulum Nilai Klasifikasi Deskripsi N 80 Relevan Mampu menyiapkan lulusannya untuk bekerja di industri baik waktu sekarang maupun yang akan datang 60 ≤ N ≤ 80 Cukup Relevan Perlu dimodifikasi sehingga berorientasi pada dunia kerja N 60 Kurang Relevan Harus diadakan evaluasi kembali serta diidentifikasi kesenjangan dan kekurangannya Dalam penelitian ini, akan diberikan suatu gambaran mengenai tingkat relevansi materi latihan kurikulum pemagangan perhotelan Balai latihan Kerja Yogyakarta dengan kompetensi food beverages product pada keahlian tenaga kerja hotel di Yogyakarta.

B. Penelitian yang Relevan

Dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian Murajiono 1998 tentang kualifikasi profil tenaga pengajar BLK Yogyakarta menyimpulkan bahwa kualitas dan profil