91
beverages product membuat satu rangkaian masakan dan pengujinya dari pihak industri yaitu PHRI Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia.
E. Pembahasan 1. Kurilulum Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan BLK
Kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja dengan posisi jabatan cook helper.
Seperti pendapat Flippo 1976 bahwa salah satu tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan produktivitas. Artinya setelah mengikuti pelatihan, peserta
diharapkan memiliki ketrampilan dan keahlian dalam suatu jenis pekerjaan tertentu. Tujuan-tujuan tersebut telah tercantum dalam kurikulum pelatihan,
yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk materi-materi pelatihan. Materi-materi pelatihan yang disusun merupakan materi dasar yang
menunjang kompetensi cook helper. Konsep penentuan materi-materi pelatihan yang akan digunakan dalam pelatihan hendaknya berorientasi pada
kebutuhan pasar kerja sebagai calon pemakai jasa tenaga dari para peserta pasca pelatihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Manulang 1981 bahwa salah
satu tujuan pelatihan adalah agar pengikut latihan dapat melakukan pekerjaannya kelak lebih efesien. Sehingga materi-materi pelatihan yang
dipilih benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kurikulum pemagangan perhotelan BLK disusun berdasarkan
identifikasi di industri yang dilakukan oleh tim TAS. Dalam proses pembelajaran di BLK muatan praktik lebih banyak, yaitu 70 praktik dan
30 teori. Proses pembelajaran seperti ini membuat siswa BLK memiliki
92
kemampuan psikomotorik yang lebih tinggi daripada kemampuan kognitif dan afektif. Program D3 Perhotelan Fisip UI mengajarkan muatan praktik 60 dan
teori 40. Muatan pembelajaran praktik di BLK lebih banyak jika dibandingkan dengan D3 Perhotelan UI, namun disisi lain penguasaan teori di
D3 Perhotelan UI lebih banyak jika dibandingkan dengan muatan teori yang diajarkan oleh BLK. Hal ini karena BLK bertujuan mencetak tenaga kerja
dengan membekali siswanya untuk langsung bekerja, jadi muatan praktik lebih diutamakan oleh BLK daripada muatan teori. Walaupun penguasaan
teori di BLK sedikit, lulusan BLK diakui setara dengan lulusan diploma 3 dan lulusan BLK dapat melanjutkan ke jenjang strata 1
2. Pendapat Industri tentang Relevansi Kurikulum Kompetensi Food Beverages Product Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan BLK
Materi pelatihan pada kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta kompetensi food beverages
product pada kemampuan kognitif memiliki tingkat relevansi sebesar 93 dengan bidang pekerjaan di hotel. Materi pelatihan kemampuan afektif tingkat
relevansi sebesar 92 dengan bidang pekerjaan di hotel. Materi pelatihan kemampuan psikomotorik tingkat relevansi sebesar 93. Secara keseluruhan
kesesuaian kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK kompetensi
keahlian food beverages Product dengan bidang pekerjaan di hotel memiliki tingkat relevansi 93. Angka tersebut menunjukkan bahwa materi
yang disusun dalam kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta sangat relevan dengan bidang pekerjaan cook
93
helper di hotel. Hal ini dikarenakan pada saat penyusunan kurikulum telah disesuaikan dengan standar kompetensi untuk hotel dan restoran versi
september 2000 serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan yang dilakukan oleh tim TAS Training Advisory
Service ke perusahaan-perusahaan, dalam pemagangan perhotelan yang digunakan untuk identifikasi minimal hotel bintang 3 dan restoran yang ada di
Yogyakarta. Tim TAS yang melakukan identifikasi terdiri dari 3 orang dengan rincian: 1 orang instruktur perhotelan, 1 orang dari bagian administrasi, dan
Bapak Parjito, S. Pd. selaku koordinator tim TAS. Dengan kriteri sangat relevan kurikulum BLK perlu diimbangi dengan
kualitas instruktur, peralatan dan sarana supaya kurikulum tersebut tidak hanya seperti apa yang tertulis dalam buku kurikulum tetapi bisa
diimplementasikan dengan baik. Keberhasilan pelatihan pemagangan
perhotelan juga tidak lepas dari peranan instruktur yang mengajarkan ketrampilan-ketrampilan bidang perhotelan. Kriteria yang dimiliki oleh
instruktur pelatihan perhotelan di BLK antara lain: berpendidikan minimal Diploma 3 Perhotelan, menempuh diklat khusus, menempuh diklat teknis di
BLK Bali tentang keahlian bidang perhotelan dan bahasa asing selama 6 bulan. instruktur pelatihan pemagangan perhotelan berjumlah 10 orang, 8
orang telah bersertifikat asesor oleh LSP Lembaga Standarisasi Profesi yang dikeluarkan oleh BNSP Badan Nasional Standarisasi Profesi
Kondisi peralatan dan ruang praktik yang ada di BLK sudah sesuai dan representatif untuk kegiatan pembelajaran. Ruang praktik yang dimiliki BLK
94
terdiri dari: dapur 1, ruang laundry 1, restoran 1, bar 1, Front Office 1, Kamar untuk praktik House Keeping 3, ruang teori 2. Peralatan diklat perhotelan
khususnya food beverages product. Sejauh ini fasilitas cukup dan sudah mendukung untuk pelatihan pemagangan perhotelan.
Kriteria sangat relevan untuk jangka panjang materi yang diajarkan harus tetap disesuaikan dengan kebutuhan hotel. Hal ini terkait dengan
perkembangan kurikulum yang belum bisa mengimbangi perkembangan teknologi di perusahaan yang berubah sangat cepat. Karena perkembangan
teknologi di perusahaan merupakan tuntutan permintaan konsumen yang perkembangannya dari hari ke hari selalu menginginkan yang lebih baik.
Tentu saja hal ini sangat sulit diikuti oleh lembaga pendidikan termasuk BLK Yogyakarta, karena kurikulum di BLK Yogyakarta dirancang untuk masa
pelatihan yaitu 3 tahun. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengadakan kerjasama
yang baik dengan pihak hotel. Artinya materi yang disampaikan di BLK Yogyakarta saat pelatihan dengan materi kerja saat peserta magang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga apa yang belum bisa didapatkan peserta pelatihan di BLK Yogyakarta dapat mereka
dapatkan pada saat magang di hotel. Pihak-pihak yang terlibat secara langsung terhadap penyelenggaraan
program pelatihan pemagangan perhotelan adalah PHRI sebagai penguji dalam ujian pemagangan, kemudian pihak hotel sebagai sarana praktik. Kadin
sebagai penaung hotel dan untuk legalisasi sertifikat kemudian tim TAS
95
sebagai jembatan antara BLK dengan Hotel serta mencarikan tempat untuk magang di hotel.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murajiono 1998 tentang kualifikasi profil tenaga pengajar BLK Yogyakarta menyimpulkan bahwa
kualitas dan profil tenaga pengajar pada BLK Yogyakarta menunjukkan adanya indikator baik, dengan demikian permasalahan lain yang menyebabkan
kurang relevannya adalah faktor kurikulum, fasilitas praktik dan proses pembelajaran. Pada penelitian ini kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan
93 relevan dengan bidang pekerjaan di hotel, jadi pendapat dari Murajiono tentang kurang relevannya kurikulum BLK tidak terbukti.
Relevansi kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan 93 relevan dengan bidang pekerjaan di hotel, hasil penelitian pada kejuruan pemagangan
perhotelan ini lebih tinggi dari penelitian dari kejuruan lain yang pernah di teliti oleh Ruswid 2000 pada kejuruan otomotif 89.9 relevan dengan
bidang pekerjaan di industri. Pada kejuruan teknik listrik di BLK
Yogyakarta yang diteliti oleh Tri Cahyono 2004, menunjukkan tingkat relevansi kurikulum 80,80 relevan dengan bidang pekerjaan kelistrikan di
perusahaan. Tingginya relevansi pelatihan pemagangan perhotelan karena kejuruan perhotelan pernah dijadikan sedagai kejuruan utama pada tahun
1997 BLK Yogyakarta berubah menjadi Balai Latihan Kerja Khusus Pariwisata BLKKP Yogyakarta. Hal ini terkait dengan dijadikannya
Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata nomor dua setelah Bali. Sehingga program pelatihan yang diselenggarakanpun diarahkan untuk memenuhi
96
kebutuhan tenaga kerja pada sektor pariwisata. Dalam rangka itulah maka kejuruan pariwisata dan perhotelan dijadikan sebagai program latihan
unggulan dan kejuruan lain seperti otomotif dan listrik sebagai kejuruan pendukung.
97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kurikulum program pelatihan pemagangan perhotelan di BLK
Yogyakarta: a. Tujuan dan sasaran pemagangan adalah untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang terampil, kompeten dan produktif dengan meningkatkan peran serta dunia usaha dalam pelaksanaan dan
pengembangan pelatihan sehingga dicapai peningkatan kualitas angkatan kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja baik di
dalam maupun di luar negeri serta memanfaatkan dunia usaha dalam menyiapkan tenaga kerja terampil dan kompeten.
b. Mata latihan dalam kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan pada tahun pertama terdiri dari: kelompok umum 73 jam latihan, kelompok
inti 855 jam latihan, kelompok penunjang 8 jam latihan, rotasi kerja 896 jam latihan, uji ketrampilan 88 jam latihan, jumlah keseluruhan
jam latihan pada mata latihan tahun pertama 1920 jam latihan. Mata latihan tahun kedua terdiri dari; kelompok inti 808 jam latihan, rotasi
kerja 1088 jam latihan, uji ketrampilan 24 jam latihan, jumlah keseluruhan jam latihan pada mata latihan tahun kedua 1920 jam
latihan. Mata latihan tahun ketiga terdiri dari; kelompok inti 584 jam