31 vertebrata, anak katak dapat memangsa jentik nyamuk terutama di tempat
perkembangbiakan yang kecil dengan air yang dangkal. Ikan pemakan jentik yaitu ikan kepala timah panchax-panchax, beunteur puntius binotatus, cecereh
rasbora lesteristriata, gendol jantan poecilia recticulata, gendol betina poecelia recticulata, julung-julung dermogenys pusilus, cupang ctenops
vittatus, sepat trichogaster trichopterus Depkes. R.I. 2004. Ekstrak tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai penangkal nyamuk, antara lain minyak serai,
minyak sitrun dan minyak neem WHO 2003. Mengenai efektifitas cara pencegahan penyakit DBD, hasil penelitian
Fathi et al. 2000 menunjukkan bahwa 3M berperan positif terhadap pencegahan terjadinya KLB penyakit DBD di kota Mataram Chi-square, p 0,05 dengan
relative risk RR = 2,65; demikian pula tindakan abatisasi Chi-square, p 0,05 dengan relative risk RR = 2,51; namun tidak tampak peran tindakan fogging
Chi-square, p 0,05 dan juga tidak nampak adanya peran kepadatan vektor terhadap KLB penyakit DBD Fischer’s exact probability test, p 0,05.
Penelitian Martomijoyo 1996 di Kecamatan Indramayu dan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna antara angka bebas jentik ABJ desa atau kelurahan yang mendapatkan fogging massal dengan desa atau kelurahan yang tidak mendapatkan
kegiatan fogging massal.
2.4. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Permukiman
Dalam UU 41992 tersebut yang dimaksud satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan
tanah dan ruang prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 829MENKESSKVII1999
tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dikemukakan bahwa kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik, kimia dan biologik,
di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan
perumahan dan lingkungan permukiman adalah ketentuan tehnis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang
bermukim di perumahan danatau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan
32 kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman yang
ditetapkan antara lain: 1 memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit; 2 tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan
kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan; 3 pengelolaan limbah rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan; 4 pengelolaan pembuangan sampah
rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan; 5 memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, indeks jentik nyamuk di bawah lima persen. Adapun
ketentuan persyaratan rumah tinggal antara lain : 1 lantai kedap air dan mudah dibersihkan; 2 dinding rumah memiliki ventilasi; 3 luas lubang ventilasi
alamiah yang permanen ialah sepuluh persen dari luas lantai; 4 tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah; 5 limbah cair yang
berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan pencemaran tanah.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan permukiman serta persyaratan rumah itu sendiri sangat
diperlukan karena pembangunan berpengaruh besar terhadap peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat Sanropie 1992.
Dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia, nomor 403KPTSM2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Rumah Sederhana Sehat Rs Sehat dikemukakan bahwa kebutuhan ruang per orang adalah 9 meter persegi dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit
adalah 2,80 meter. Sinar matahari langsung dapat masuk ke dalam ruangan minimum satu jam setiap hari. Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas
lantai ruangan. Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai jam 16.00. Lubang penghawaan minimal 5 persen dari luas lantai ruangan. Udara yang
mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir ke luar ruangan; dan udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan bahwa yang termasuk rumah sehat ialah jika total hasil perkalian ”nilai komponen rumah”
dengan ”bobot” di atas 1.068; sebaliknya nilai di bawah 1.068 adalah termasuk rumah tidak sehat. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari keadaan komponen rumah
bobot 31, keadaan sarana sanitasi bobot 25, dan perilaku penghuni bobot 44.
33 Komponen rumah pertama ialah ”langit-langit”; diberi nilai 0 nol jika
langit-langit tidak ada; diberi nilai 1 jika langit-langit ada tetapi kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan; dan nilai 2 jika langit-langit ada, bersih dan
tidak rawan kecelakaan. Komponen rumah kedua ialah ”dinding”; diberi nilai 1 jika dinding bukan tembok; diberi nilai 2 jika dinding semi permanensetengah
tembok pasangan bata atau batu yang tidak diplesterpapan yang tidak kedap air; dan diberi nilai 3 jika dinding permanen tembokpasangan batu bata yang
diplester papan kedap air. Komponen rumah ketiga ialah ”lantai”; diberi nilai 0nol jika lantai rumah adalah tanah; diberi nilai 1 jika lantai adalah papan
anyaman bambu dekat dengan tanahplesteran yang retak dan berdebu; dan diberi nilai 2 jika lantai diplesterubinkeramikpapan rumah panggung. Komponen
rumah keempat ialah ”jendela kamar tidur”; diberi nilai 0 nol jika tidak ada, dan diberi nilai 1 jika ada. Komponen rumah kelima ialah ”jendela ruang keluarga”;
diberi nilai 0 nol jika tidak ada; dan diberi nilai 1 jika ada. Komponen rumah keenam ialah ”ventilasi”; diberi nilai 0 nol jika tidak ada; diberi nilai 1 jika ada
dengan luas ventilasi permanen 10 dari luas lantai, dan diberi nilai 2 jika ada dengan luas ventilasi permanen 10 dari luas lantai. Komponen rumah ketujuh
ialah ”lubang asap dapur”; diberi nilai 0 nol jika tidak ada; diberi nilai 1 jika ada dengan lubang ventilasi 10 dari luas lantai dapur; dan diberi nilai 2 jika ada
dengan lubang ventilasi 10 dari luas lantai dapur asap keluar dengan sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis. Komponen
rumah kedelapan ialah ”pencahayaan”; diberi nilai 0 nol jika tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca; diberi nilai 1 jika kurang terang, sehingga
kurang jelas untuk membaca dengan normal; dan diberi nilai 2 jika terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal.
Sarana sanitasi pertama ialah ”sarana air bersih” berupa sumur galisumur pompa tanganperpipaankran umumpenampungan air hujan; diberi nilai 0 nol
jika tidak ada; diberi nilai 1 jika ada tetapi bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan; diberi nilai 2 jika ada, milik sendiri dan tidak
memenuhi syarat kesehatan; diberi nilai 3 jika ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan; dan diberi nilai 4 jika ada, milik sendiri dan
memenuhi syarat kesehatan. Sarana sanitasi kedua ialah ”jamban sarana
34 pembuangan kotoran; diberi nilai 0 nol jika tidak ada; diberi nilai 1 jika ada
tetapi bukan leher angsa, tidak ada tutup, dan disalurkan ke sungaikolam; diberi nilai 2 jika ada bukan leher angsa, ada tutup dan disalurkan ke sungaikolam; dan
diberi nilai 3 jika ada tetapi bukan leher angsa dan ada tutup dan septictank; dan diberi nilai 4 jika ada dengan lehar angsa dan septictank. Sarana sanitasi ketiga
ialah ”sarana pembuangan air limbah SPAL; diberi nilai 0 nol jika tidak ada sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah; diberi nilai 1 jika ada dan
diresapkan tetapi mencemari sumber air jarak dengan sumber air 10 meter; diberi nilai 2 jika ada dan dialirkan ke selokan terbuka; diberi nilai 3 jika ada dan
diresapkan dan tidak mencemari sumber air jarak dengan sumber air 10 meter; dan diberi nilai 4 jika ada dan dialirkan ke selokan tertutup selokan kota untuk
diolah lebih lanjut. Sarana sanitasi keempat ialah ”sarana pembuangan sampah”; diberi nilai 0 nol jika tidak ada; diberi nilai 1 jika ada tetapi tidak kedap air dan
tidak ada tutup; diberi nilai 2 jika ada dan kedap air namun tidak bertutup; diberi nilai 3 jika ada, kedap air, dan bertutup.
Perilaku penghuni pertama yaitu ”membuka jendela kamar tidur”; diberi nilai 0 nol jika tidak pernah dibuka, diberi nilai 1 jika kadang-kadang, diberi
nilai 2 jika setiap hari dibuka. Perilaku penghuni kedua yaitu ”membuka jendela ruang keluarga; diberi nilai 0 nol jika tidak pernah dibuka; diberi nilai 1 jika
kadang-kadang; dan diberi nilai 2 jika setiap hari dibuka. Perilaku penghuni ketiga ialah ”membersihkan rumah dan halaman”; diberi nilai 0 nol jika tidak pernah;
diberi nilai 1 jika kadang-kadang; diberi nilai 2 jika setiap hari. Perilaku penghuni keempat ialah ”membuang tinja bayi dan balita”; diberi nilai 0 nol jika dibuang
ke sungaikebunkolamsembarangan; diberi nilai 1 jika kadang-kadang ke jamban; dan diberi nilai 2 jika setiap hari dibuang ke jamban. Perilaku penghuni
kelima ialah ”membuang sampah pada tempat sampah”; diberi nilai 0 nol jika dibuang ke sungaikebunkolamsembarangan; diberi nilai 1 jika kadang-kadang
dibuang ke tempat sampah; dan diberi nilai 2 jika setiap hari dibuang ke tempat sampah Depkes. R.I. 2002b
2.5. Pendidikan Kesehatan