43 dilakukan untuk mengetahui perilaku gejala atau proses. Dalam model kualitatif,
simulasi dilakukan dengan menelusuri dan mengadakan analisis hubungan sebab akibat antar unsur dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan
untuk mengetahui perilaku gejala atau proses. Dalam model ikonik, simulasi dilakukan dengan mengadakan percobaan secara fisik dengan menggunakan
model tersebut untuk mengetahui perilaku model dalam kondisi yang berbeda. Setelah dibuat model, dilakukan validasi untuk mengetahui kesesuaian
antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dinyatakan baik apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses
yang ditirukan kecil. Hasil simulasi tersebut selanjutnya digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta mengetahui kecenderungannya di
masa mendatang Muhammadi et al. 2001. Untuk melakukan simulasi diperlukan perangkat lunak software yang
dapat dengan cepat melihat perilaku behavior model yang dibuat. Perangkat lunak yang mudah digunakan untuk membangun dan melakukan simulasi model
dinamik adalah powersim. Pada perangkat lunak powersim, sistem yang menggambarkan hubungan antara variabel-variabel itu dinamakan diagram alir
flow diagram.
2.6.5. Validitas dan Sensitivitas Model
Schlesinger, et al. 1979, mengemukakan bahwa model validation is usually defined to mean “substantiation that a computerized model within its
domain of applicability possesses a satisfactory range of accuracy consistent with the intended application of the model”. Model verfication is often defined as
“ensuring that the computer program of the computerized model and its implementation are correct” Schlesinger et al. 1979, di acu dalam Sargent 1998.
Hartrisari 2007 mengemukakan bahwa seseorang pengkaji sistem perlu menetapkan tolok ukur model yang baik untuk mengetahui kinerja model. Ia perlu
meyakinkan pengguna bahwa model yang dibangun sesuai untuk penyelesaian permasalahan yang dihadapi sehingga hasil eksekusi model dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengujian model seharusnya dilakukan juga untuk mengenali keterbatasan kinerja model sehingga dapat ditentukan
kesesuaian penggunaan model dalam rangka penyelesaian masalah yang dihadapi.
44 Lebih lanjut dikemukakan bahwa secara umum pengujian model terdiri dari tahap
verifikasi dan validasi. Verifikasi dan validasi model yang biasanya dilakukan hanyalah menguji kebenaran struktur model untuk menunjukkan kesalahan
minimal dibandingkan dengan data aktual termasuk menggunakan berbagai teknik statistika. Validasi harus ditunjang oleh kebenaran yang bersifat obyektif
Hartrisari 2007. Tahap awal dari pengujian model difokuskan pada pertanyaan “apakah model yang disusun memang berguna”.
Muhammadi et al. 2001 mengemukakan bahwa pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif harus taat fakta. Validitas atau keabsahan adalah salah satu
kriteria penilaian keobyektivan dari suatu pekerjaan ilmiah. Dalam pekerjaan pemodelan, obyektif itu ditunjukkan dengan sejauh mana model dapat menirukan
fakta. Model yang baik adalah model yang valid atau lulus uji validitas. Model yang telah melewati uji validitas struktur akan menghasilkan keyakinan pemodel
tentang bangunan model yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah building confidence, dan model yang melewati uji validitas kinerja akan
menghasilkan keyakinan pemodel tentang tingkat ketelitian metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah level of confidence. Ringkasnya model
ilmiah yang baik adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut yaitu logis-empiris logico-empirical.
Jenis uji yang digunakan ialah uji validasi struktur atau validasi kinerja.Validasi struktur meliputi dua pengujian yaitu validitas konstruksi dan
validitas kestabilan. Validitas konstruksi melihat apakah konstruksi model yang dikembangkan sesuai dengan teori. Uji validitas konstruksi ini bersifat abstrak,
tetapi konstruksi model yang benar secara ilmiah berdasarkan teori yang ada akan terlihat dari konsistensi model yang dibangun. Validitas kinerja output model
bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai compatible dengan kinerja sistem nyata; caranya ialah dengan memvalidasi
kinerja model denga data empiris, untuk melihat sejauh mana perilaku output model sesuai dengan perilaku data empiris Muhammadi et al. 2001. Untuk
memverifikasi penyimpangan keluaran model dengan data empirik dilakukan dengan uji KF Kalman Filter. Tingkat kecocokan fitting hasil simulasi
kenyataan yang dapat diterima secara statistik adalah 47,5-52,5. Persamaan uji
45 statistik KF yaitu KF = VsVs+Va; dimana Vs adalah varian nilai simulasi, dan
Va adalah varian nilai aktual. Selain uji validitas juga diperlukan uji sensitivitas model. Muhammadi et
al. 2001 mengemukakan bahwa uji sensitivitas model dapat dilakukan dengan dua macam intervensi yaitu intervensi fungsional dan intervensi struktural.
Intervensi fungsional ialah dengan memberikan fungsi-fungsi khusus terhadap model dengan menggunakan fasilitas, antara lain: fungsi step, pulse, graph, dan
delay. Intervensi struktural ialah dengan mempengaruhi hubungan antar unsur atau struktur model dengan cara mengubah struktur modelnya. Sensitivitas model
mengungkapkan hasil-hasil intervensi terhadap unsur dan struktur sistem. di samping itu, analisis sensitivitas model juga berfungsi dalam menemukan
alternatif tindakan atau kebijakan, baik untuk mengakselerasi kemungkinan pencapaian hasil positif maupun untuk mengantisipasi kemungkinan dampak
negatif.
2.7. Teori Keputusan dan Model serta Teknik Analisis