66 Dalam rangka AHP, untuk pengolahan matriks perbandingan lokal yang
telah memuat nilai-nilai kepentingan atau perbandingan berpasangan pairwise comparisons suatu elemen terhadap elemen yang lain, digunakan perangkat lunak
Criterium Decision Plus V3.04. Berhubung setiap level hanya dibutuhkan satu matriks perbandingan berpasangan, sedangkan pendapat pakar lebih dari satu
maka isi sel matriks dihitung berdasarkan nilai rata-rata. Dalam rangka penyelesaian ISM, setelah ketiga SSIM diisi lengkap oleh
responden dengan simbol V, A, X, atau O, kemudian dimasukkan ke dalam RM dengan mengkonversi simbol V menjadi angka 1 dan sebaliknya 0; huruf A
menjadi angka 0 dan sebaliknya 1; huruf X menjadi angka 1 dan sebaliknya 1; dan huruf O menjadi 0 dan sebaliknya juga 0. Langkah selanjutnya ialah
pemeriksaan transitivity rule matriks dengan cara memeriksa sebelum sel-sel yang nilainya 0, apakah telah memenuhi transitivity atau belum. Setelah seluruhnya
selesai kemudian angka-angka nilai itu dijumlahkan secara horizontal dan vertikal. Penjumlahan secara horizontal untuk memperoleh nilai drive power; dan
penjumlahan secara vertikal untuk memperoleh nilai dependence setiap elemen.
3.7. Analisis Data
Data tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan pencegahan penyakit DBD selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan bivariat. Analisis deskriptif
dimaksudkan untuk menggambarkan kerakteristik masing-masing sampel penelitian Singarimbun et al. 1995. Analisis bivariat dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran hubungan antar dua variabel yaitu antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat apakah bermakna atau tidak. Untuk
keperluan analisis bivariat digunakan uji statistik, di antaranya uji korelasi, uji regresi, dan uji Chi-square
χ
2
. Dalam uji Chi-square χ
2
keputusan uji statistik hipotesis nol Ho ditolak jika p-value alpha dan Ho gagal tolak jika p-value
alpha Wonnacott Wonnacott 1972. Dalam rangka AHP, berdasarkan nilai eigen atau nilai bobot global dari
hasil pengolahan matriks perbandingan sebelumnya, dapat diketahui elemen mana yang paling penting atau mendapat skala prioritas yang paling tinggi pada masing-
masing level: Aktor, Faktor, Tujuan. Kriteria, dan Strategi. Dalam analisis ini dilakukan penentuan parameter Consistency ratio CR yaitu parameter yang
67 digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan
dengan konsekuen atau tidak. Untuk memudahkan penghitungan ini juga digunakan perangkat lunak Criterium Decision Plus V3.04. Seharusnya nilai CR
tidak lebih dari 0,10 jika penilaian kriteria telah dilakukan dengan konsisten Marimin 2004. Dalam hal CR lebih besar dari 0,10 maka terdapat
ketidakkonsistenan dalam melakukan penilaian; dan untuk ini perlu dilakukan revisi penilaian. Dari keseluruhan proses berdasarkan AHP diharapkan tersimpul
struktur faktor-faktor penting yang potensial dalam skala prioritas dari yang terbesar sampai terkecil untuk selanjutnya dapat dijadikan masukan dalam
menyusun kebijakan pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu. Dalam rangka ISM, analisis data dilakukan untuk mengetahui ranking
setiap sub elemen, baik dalam elemen tujuan, elemen kriteria, maupun elemen strategi. Berdasarkan nilai driver power DP dan dependence D seluruh
elemen dipetakan dengan menempatkan pada setiap ordinat x,y atau ke dalam empat sektor beserta koordinatnya dalam kuadran Independent, Linkage,
Autonomous, dan Dependent. Dari pemetaan kemudian diidentifikasi struktur faktor-faktor penting yang potensial atau faktor-faktor kunci key factors
berdasarkan kebutuhan stakeholder, berupa elemen atau sub-elemen prioritas pada sektor independen. Identifikasi ini diperlukan untuk menyusun skenario dalam
berbagai kombinasi kondisi faktor dalam rangka pengembangan model pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu.
3.8. Pendekatan Sistem dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah