Mutu Organoleptik Soekarto, 1985 PENGAMATAN

4. Mutu Organoleptik Soekarto, 1985

Uji organoleptik dilakukan dengan uji hedonik menggunakan 30 orang panelis tidak terlatih dan semi terlatih. Uji hedonik dilakukan dengan 5 lima skala hedonik, yaitu sangat suka 5, suka 4, netral 3, tidak suka 2, dan sangat tidak suka 1. Parameter yang diujikan meliputi atribut warna, aroma, tekstur, rasa, dan keseluruhan overall. Penyajian sampel dilakukan satu per satu secara bergantian untuk mendapatkan penilaian yang objektif dari panelis. Uji kesukaan dilakukan terhadap dua sampel mie, yaitu mie kontrol dan mie kombinasi terbaik. Selain itu, diujikan juga sampel mie yang dijual di Pasar Merdeka dan Pasar Anyar – yang dibeli pada hari yang berbeda-beda – sebagai kontrol positif. Mie matang pasar dan mie kontrol skala laboratorium diujikan kepada panelis sebanyak 5 kali ulangan untuk melihat konsistensi panelis. Setelah diperoleh 5 data ulangan, kemudian data dirata-rata untuk mendapatkan hasil yang objektif. Data hasil uji organoleptik dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam ANOVA dengan uji lanjut Duncan memakai program SPSS 11.5.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGARUH JENIS GARAM ALKALI TERHADAP MUTU MIE

Garam alkali memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan kondisi basa dalam pembuatan mie. Keberadaan garam alkali berguna untuk meningkatkan kekerasan mie yang terbentuk karena adanya interaksi antar protein gluten dalam tepung Shiau dan Yeh, 2001. Selain itu, garam alkali juga berperan dalam pembentukan warna kuning pada mie sebagai hasil interaksi flavonoid gandum dalam tepung terigu dengan pH alkali Asenstorfer et al. , 2006. Dua jenis garam alkali yang diaplikasikan dalam tahapan ini adalah natrium karbonat Na 2 CO 3 dan sodium tripolifosfat STPP. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indrawan 2005, Na 2 CO 3 merupakan garam alkali yang paling umum digunakan oleh para pengrajin dan industri mie di daerah Jabotabek. Selain itu, Na 2 CO 3 memiliki harga yang relatif murah Rp. 7000,- kg dan mudah untuk diperoleh. Sedangkan STPP merupakan salah satu jenis garam alkali yang diduga dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan boraks pada mie. Pembuatan mie dengan Na 2 CO 3 dilakukan menurut formula dan prosedur standar Tabel 2 yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. STPP digunakan dengan konsentrasi sebesar 0,2 sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Permenkes No. 722MenKesPerIX1988. Konsentrasi STPP 0,2 umum diaplikasikan untuk produk olahan daging. Mie yang dihasilkan kemudian dibandingkan dan diamati tekstur, warna, dan umur simpannya. Pengaruh penambahan garam alkali Na 2 CO 3 0,6 dan STPP 0,2 terhadap mie yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil uji T terhadap tekstur mie Lampiran 8 menunjukkan bahwa nilai kekerasan dan elastisitas yang dihasilkan oleh kedua jenis garam alkali ini berbeda secara nyata pada taraf kepercayaan 95 p0,05, sedangkan nilai kelengketan keduanya tidak berbeda secara nyata. Mie dengan penambahan Na 2 CO 3 memiliki tekstur yang