Dinamisme Menurut Marett, manusia sudah mengenal religi semenjak masyarakat

Antropologi SMA Kelas XII 36

3. Totemisme

Menurut Robertson Smith totemisme, religi tertua umat manusia dalam tingkat kehidupan yang masih sederhana ialah pemujaan terhadap totem. Totemisme adalah suatu religi dimana kelompok manusia menganggap bahwa diri mereka adalah keturunan dari suatu jenis binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka memuja binatang atau tumbuh-tumbuhan totemnya serta membangun tiang totem sebagai tempat pemujaan. Istilah totem sendiri berasal dari bahasa suku Indian Ojibwa Ototaman yang berarti persaudaraan. Binatang totem tabu untuk dibunuh atau dimakan. Menurut pendapat P.P. Arnadit pada masyarakat Flores terdapat sisa-sisa totemisme. Hal ini terlihat misalnya dari nama suatu klen di Maumere yaitu Kuat Era Kuat artinya klen, sedangkan Era artinya penyu ada pula klen yang bernama Kuat Higite Higite artinya kerbau. Kepercayaan monoteisme ternyata sudah tumbuh pada masyarakat yang masih sangat sederhana tingkatannya. Masyarakat suku bangsa asli Australia dalam kepercayaannya tidak memuja roh-roh, tetapi mereka mempercayai adanya kekuatan supranatural, yaitu suatu wujud tertinggi yang mengawasi perilaku manusia dalam hidupnya. Jadi semacam kepercayaan monoteisme yang terdapat pada masyarakat yang masih sederhana yang disebut Urmonotheisme untuk membedakan dengan monoteisme modern.

4. Politeisme

Politeisme adalah kepercayaan kepada dewa-dewa. Setiap dewa mempunyai tugas tertentu. Di antara dewa-dewa itu ada yang terbesar yang dihormati dan dipuja. Menurut E. Durkheim religi timbul dari sentimen kemasyarakatan. Rasa atau emosi keagamaan timbul dalam batin manusia sebagai akibat adanya sentimen kemasyarakatan. Wujud dari sentimen kemasyarakatan ini yaitu suatu kompleks dari perasaan yang mengandung rasa cinta, rasa bakti, rasa terikat, yang disebabkan karena adanya suatu perasaan pada tiap diri individu anggota masyarakat bahwa kehidupan tiap individu mendapat pengaruh yang kuat dari anggapan yang bersifat kolektif. Sentimen kemasyarakatan yang menimbulkan emosi keagamaan tersebut harus selalu dikobarkan, untuk itu diperlukan suatu objek yang bersifat sakral sebagai pusat upacara kemasyarakatan. Objek tersebut adalah totem. Menurut Bruhl ada perbedaan antara alam pikiran primitif dengan alam pikiran modern. Alam pikiran primitif metalic primitive mempunyai ciri-ciri pokok: 1. Unsur hukum partisipasi la loi de participation 2. Unsur mistik mistique 3. Unsur prelogis prelogique Unsur hukum partisipasi la loi de participation adalah suatu anggapan yang menghubungkan hal-hal yang lahirnya kelihatan sama, atau hal-hal yang sebutannya sama, atau hal-hal yang berdekatan dan sebagainya. Mengenai salah satu, maka berarti akan mengenai yang lainnya. Misalnya menusuk boneka sama dengan menusuk orang yang digambarkan dengan boneka tersebut. Bab 2 – Perkembangan Agama dan Kepercayaan di Indonesia 37 Mistik mistique ialah suatu anggapan bahwa di alam semesta ini terdapat kekuatan sakti yang dapat mendatangkan pengaruh buruk atau baik bagi kehidupan manusia. Prelogis maksudnya adalah alam pikiran masyarakat sederhana yang menganggap sesuatu hal ada di suatu tempat dan pada saat yang sama ada di tempat lain.

5. Monoteisme

Kepercayaan monoteisme adalah percaya dengan satu Tuhan yaitu Tuhan yang Maha Esa. Kepercayaan ini menganggap bahwa Tuhan itu ada dan tidak ada yang menyamai. Tuhan yang berkuasa dari segala kehidupan manusia. Ritual keagamaan yang dilakukan yaitu penyembahan terhadap satu Tuhan, Dewa, ataupun Dewi.

6. Panteisme

Kepercayaan yang menyakini bahwa Tuhan adalah alam itu sendiri. Pemikiran ini menyangkal kehadiran Yang maha tinggi yang trasenden dan yang bukan merupakan bagian dari alam. Tergantung akan pemahamannya, pandangan ini dapat dibandingkan sepadan dengan ateisme, deisme, dan teisme. C. Unsur-Unsur Keagamaan Unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama terdiri dari empat macam. Pertama, kekuatan gaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat memohon pertolongan. Manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut dengan mematuhi perintah dan larangan-Nya. Unsur kedua adalah keyakinan bahwa kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaannya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Tanpa adanya hubungan yang baik itu manusia akan sengsara di dunia dan di akhirat. Unsur ketiga adalah respons yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk perasaan takut maupun perasaan cinta. Selanjutnya respons itu mengambil bentuk pemujaan atau penyembahan dan tata cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan. Unsur terakhir adalah paham adanya yang kudus the sacred dan suci, seperti kitab suci, tempat-tempat untuk beribadah, dan sebagainya. Gambar 2.2 Masjid, salah satu tempat ibadah Sumber: Standar d Edition Volume 2, Asia Offset, Solo 1996