Sistem Politik Kebudayaan Bugis-Makassar

Bab 4 – Etnografi Indonesia 121 Mereka merupakan suku bangsa Indonesia yang telah mengembangkan kebudayaan maritim sejak abad ke-17. Orang Bugis-Makassar juga telah mewarisi hukum niaga pelayaran. Hukum ini disebut Ade’allopiloping Bicaranna Pabbalue ditulis oleh Amanna Gappa pada lontar abad ke-17. Sambil berlayar orang Bugis-Makassar mengembangkan perdagangan ke berbagai tempat di Indonesia. Berbagai jenis binatang laut ditangkap dan diperdagangkan. Teripang dan holothurioidea sejenis binatang laut ditangkap di kepulauan Tanibar, Irian Jaya, bahkan sampai ke Australia untuk dijual kepada tengkulak. Melalui tengkulak binatang laut ini diekspor ke Cina. Mulai abad ke- 19 sampai abad ke-20 ekspor teripang sangat maju. Selain pertanian, penangkapan ikan, pelayaran,dan perdagangan, usaha kerajinan rumah tangga merupakan kegiatan orang Bugis-Makassar untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berbagai jenis kerajinan rumah tangga mereka hasilkan. Tenunan sarung sutera dari Mandar, dan Wajo, serta tenunan sarung Samarinda dari Bulukumbu adalah salah satu contohnya. DISKUSI SISWA Apresiasi Kemajemukan Masyarakat Diskusikan dengan guru kalian mengenai dampak positif dan dampak negatif tamasirik pada masyarakat Makassar Tulislah hasil diskusi di buku tugas dan serahkan kepada guru kalian

8. Kebudayaan Asmat

a. Sistem Kepercayaan atau Religi

Menurut bahan yang dikumpulkan oleh Pastur Zehwward, seorang misionaris berbangsa Belanda, orang Asmat mempunyai kepercayaan bahwa mereka berasal dari Fumeripits, Sang Pencipta. Konon Fumeripits terdampar di pantai dalam keadaan sekarat dan tidak sadarkan diri. Nyawanya diselamatkan oleh sekelompok burung sehingga ia pulih dan hidup sendirian di daerah baru tersebut. Karena kesepian ia membangun rumah panjang yang diisi dengan patung-patung yang terbuat dari kayu hasil ukirannya. Masih merasa kesepian, kemudian ia membuat tifa yang ditabuhnya setiap hari. Tiba-tiba, bergeraklah patung-patung kayu yang dibuatnya itu mengikuti irama tifa. Dan sungguh ajaib, patung-patung kayu pun berubah wujud menjadi manusia hidup. Mereka menari-nari mengikuti irama tabuhan tifa dengan kedua kaki agak terbuka dan kedua lutut bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan. Semenjak itu Fumeripits terus mengembara dan di setiap daerah yang disinggahi ia membangun sebuah rumah panjang dan menciptakan manusia-manusia baru yang kemudian menjadi orang-orang Asmat sekarang.