Sistem Kesenian Kebudayaan Jawa

Bab 4 – Etnografi Indonesia 103 b Seni Tembang Seni tembang berupa lagu-lagu daerah Jawa, misalnya lagu-lagu dolanan Suwe Ora Jamu, Gek Kepiye, dan Pitik Tukung. Lagu-lagu tersebut dinyanyikan diiringi gamelan. c Seni Pewayangan Seni pewayangan merupakan wujud seni teater tradisional di Jawa Tengah. Bentuknya antara lain wayang kulit, wayang orang, dan wayang purwa. Gambar 4.5 Pementasan Wayang Orang Sumber: http:www.gkj-online.com d Seni Teater Tradisional Wujud seni teater tradisional di Jawa Tengah antara lain adalah ketoprak. 2 Kesenian Tipe Jawa Timur Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta Madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut. a Seni Tari dan Teater Wujud seni tari dan teater tradisional di Jawa Timur antara lain tari Ngremo, tari Tayuban, tari Kuda Lumping, Reog Ponorogo, dan tari Langger Banyuwangi. b Seni Pewayangan Wujud seni pewayangan di Jawa Timur antara lain wayang Beber. Wayang beber merupakan cerita gambar yang dilukiskan berwarna- warni pada segulung kertas. Dalang menceritakan kisahnya dengan menunjuk pada gambar yang bersangkutan. Jadi, wayang beber merupakan satu pertunjukan gambar yang sederhana sekali. Wayang beber ini kini terdapat di daerah Pacitan Jawa Timur dan Wonosari Jawa Tengah. c Seni Suara Wujud seni suara di Jawa Timur antara lain berupa lagu-lagu daerah seperti Tanduk Majeng dari Madura dan Ngindung dari Surabaya. d Seni Teater Tradisional Wujud seni teater tradisional di Jawa Timur antara lain Ludruk dan Kentrung. Antropologi SMA Kelas XII 104 TUGAS SISWA Berpikir Kritis Deskripsikan wujud kesenian tipe Jawa Tengah dan Jawa Timur Jawa Tengah ........................................................................................................ Jawa Timur ........................................................................................................ Kerjakan di buku tugas kalian, kumpulkan hasilnya kepada guru 3 Rumah Adat Tipe Jawa Rumah adat tipe Jawa Tengah bermacam-macam coraknya, antara lain corak limasan dan Joglo. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri atas tiga ruangan, yaitu pendopo, pringgitan, dan dalem. Pendopo merupakan tempat menerima tamu, upacara adat, dan kesenian. Pringgitan merupakan tempat untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang. Dalem merupakan tempat singgasana raja. Bagi rumah penduduk, dalem berarti ruangan utama tempat tinggal keluarga. Rumah Situbondo merupakan model rumah adat Jawa Timur yang mendapat pengaruh dari rumah Madura. Rumah ini tidak mempunyai pintu belakang dan tanpa kamar-kamar. Serambi depan adalah tempat menerima tamu laki-laki, sedangkan tamu perempuan diterima di serambi belakang. Mereka masuk dari samping rumah. 4 Pakaian Adat Daerah Jawa Pakaian untuk pria Jawa Tengah ialah penutup kepala yang disebut kuluk, berbaju jas sikepan, korset, dan keris yang terselip di pinggang. Di samping itu juga memakai kain batik dengan pola dan corak yang sama dengan wanitanya. Adapun wanitanya memakai kain kebaya panjang motif batik. Perhiasannya berupa subang, kalung, gelang, dan cincin. Sanggulnya disebut ‘bakor mengkurep’ yang diisi dengan daun pandan wangi. Gambar 4.6 Pengantin Jawa Sumber: www.indonesiamedia.com Bab 4 – Etnografi Indonesia 105 Pria Yogyakarta memakai pakaian adat berupa tutup kepala destar, baju dari jas dengan leher tertutup jas tutup, dan keris yang terselip di pinggang bagian belakang. Ia juga mengenakan kain batik yang bercorak sama dengan wanitanya. Adapun wanitanya memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung, dan cincin. Pria Jawa Timur memakai pakaian adat berupa tutup kepala destar, baju lengan panjang tanpa leher dengan baju dalam bergaris-garis lebar. Sepotong kain tersampir di bahunya dan memakai celana sebatas lutut dengan ikat pinggang besar. Kaum wanitanya memakai baju kebaya pendek dengan kain sebatas lutut. Perhiasan yang dipakai adalah kalung bersusun dan gelang kaki binggel.

d. Sistem Kemasyarakatan dan Politik

Dalam kesehariannya, masyarakat Jawa masih membedakan antara golongan priyayi dan orang kebanyakan. Golongan priyayi atau bendara terdiri atas pegawai negeri dan kaum terpelajar. Orang kebanyakan disebut juga ‘wong cilik’ seperti petani, tukang, dan pekerja kasar lainnya. Priyayi dan bendara merupakan lapisan atas, sedangkan wong cilik merupakan lapisan bawah. Secara administratif, suatu desa di Jawa biasanya disebut kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah. Sebutan lurah untuk tiap daerah berbeda- beda misalnya petinggi, bekel, gelondong. Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, seorang kepala desa dengan semua pembantunya disebut pamong desa. Pamong desa mempunyai dua tugas pokok, yaitu tugas kesejahteraan desa dan tugas kepolisian untuk keamanan dan ketertiban desa. Adapun pembantu-pembantu lurah dipilih sendiri oleh lurah. Pembantu-pembantu lurah terdiri atas: 1 Carik, bertugas sebagai pembantu umum dan penulis desa; 2 Jawatirta atau ulu-ulu, bertugas mengatur air ke sawah-sawah penduduk. 3 Jagabaya, bertugas menjaga keamanan desa. Pada masa sekarang ini, pemegang tugas keamanan desa adalah hansip. DISKUSI SISWA Apresiasi Keanekaragaman Budaya Diskusikan dengan kelompok belajar kalian beberapa macam upacara keagamaan “selamatan” pada masyarakat Jawa Jelaskan kebudayaan dasar apa yang mempengaruhi etnografi dari masyarakat Jawa Mengapa di Jawa memiliki kebudayaan yang bercorak agama Laporkan hasil diskusi tersebut kepada guru kalian Antropologi SMA Kelas XII 106

4. Etnografi Sunda

Berdasarkan tinjauan etnografis, suku bangsa Sunda adalah suku bangsa yang secara turun-temurun menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Sunda dianggap masih murni dan halus, digunakan di kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi, dan Cianjur. Bahasa Sunda yang dianggap kurang halus dipakai di masyarakat yang menempati pantai utara, contohnya Banten, Karawang, Bogor, dan Cirebon. Suku Sunda mendiami tanah Pasundan atau Tatar Sunda yang meliputi seluruh propinsi Jawa Barat. Pada bagian timur dibatasi oleh sungai Cilosari dan sungai Citanduy.

a. Sistem Religi dan Kepercayaan

Masyarakat Sunda sebagian besar beragama Islam. Selain patuh menjalankan kewajiban agamanya masyarakat Sunda, terutama di pedesaan, masih percaya pada mitos dan tahayul. Mereka datang ke makam-makam suci sebagai tanda kaul atau menyampaikan permohonan dan restu sebelum mengadakan suatu usaha, pesta, atau perkawinan. Kepercayaan pada mitos dan ajaran agama sering diliputi oleh kekuatan-kekuatan gaib. Upacara adat yang berhubungan dengan salah satu fase lingkaran hidup manusia dan yang berhubungan dengan kaul, mendirikan rumah, atau menanam padi masih sering dilakukan. Padahal, upacara tersebut tidak diajarkan dalam agama Islam. Dalam mitologi Sunda, dongeng-dongeng suci Sunda mengandung unsur yang bukan Islam. Petani-petani Sunda mengenal dongeng- dongeng mengenai tanaman padi antara lain cerita Nyi Pohaci Sanghyang Sri.

b. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada suku Sunda dipengaruhi oleh adat secara turun-temurun. Selain itu, sistem kekerabatan juga dipengaruhi oleh agama Islam yang telah lama dipeluk oleh masyarakat Sunda. Oleh karena itu, sangat susah untuk memisahkan adat dan agama. Biasanya unsur itu terjalin dengan erat dalam adat kebiasaan masyarakat Sunda. Perkawinan di tanah Sunda dilakukan secara adat maupun agama Islam. Ketika diselenggarakan upacara akad nikah atau ijab kabul tampak adanya unsur agama dan adat. Upacara pernikahan suku bangsa Sunda dilakukan dengan sederhana. Upacara nyawer dan buka pintu merupakan upacara pal- ing menarik. Adat menetap sesudah menikah di Jawa Barat adalah neolokal. Keluarga batih merupakan keluarga yang paling aman sebagai tempat hubungan kekerabatan di tengah masyarakat. Dalam masyarakat Sunda terdapat sistem kekerabatan anbilineal, yaitu menetapkan garis kekerabatan sebagian melalui garis ibu dan sebagian lagi melalui garis ayah. Sistem kekerabatan daerah Sunda adalah bilateral yakni garis keturunan yang memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui ayah dan ibu.