2.2.2.1 Bidal Ketimbangrasaan Tact Maxim
Gagasan dasar bidal ketimbangrasaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu
mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur yang berpegang dan melaksanakan
bidal ketimbangrasaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan imposif dan komisif Leech 1983: 132. Berikut ini
merupakan contoh tuturan yang mengungkapkan tingkat kesantunan yang berbeda. Tuturan dengan nomor yang lebih kecil memiliki tingkat kesantunan
yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kesantunan dengan nomor yang lebih besar.
10 Datanglah ke pertemuan ilmiah itu 11 Silahkan datang ke pertemuan ilmiah itu
12 Sudilah kiranya datang ke pertemuan ilmiah itu 13 Jika tidak berkeberatan, sudilah datang ke pertemuan ilmiah itu
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap santun kepada lawan
bicaranya. Demikian pula tuturan pada contoh itu, semakin besar nomor semakin tinggi tingkat kesantunannya. Misalnya tuturan 13 membutuhkan biaya yang
besar bagi diri sendiri ditandai dengan besarnya jumlah kata yang diekspresi dan hal itu berarti memaksimalkan kerugian pada diri sendiri dan meminimalkan biaya
kepada pihak lain sebagai mitra tutur dengan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pihak lain sebagai mitra tuturnya.
2.2.2.2 Bidal Kemurahhatian Generosity Maxim
Dengan bidal kedermawanan atau kemurahhatian, para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain
akan terjadi apabila pihak lain di dalam tuturan hendaknya diupayakan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sementara itu diri sendiri atau
penutur hendaknya berupaya mendapatkan keuntungan yang sekecil-kecilnya. Tuturan yang biasanya mengungkapkan bidal kemurahhatian ini adalah tuturan
ekspresif dan tuturan asertif Leech 1983:132. Tuturan berikut ini contoh tuturan yang berkenaan dengan bidal kemurahhatian.
14 Anak kos A : “Mari saya cucikan baju kotormu Pakaianku tidak banyak, kok, yang kotor”.
Anak kos B : “Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga, kok”.
Dari tuturan yang disampaikan si A di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa ia berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan
beban bagi dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk mencucikan pakaian kotornya si B. Di dalam masyarakat tutur Jawa, hal
demikian itu sangat sering terjadi karena merupakan salah satu wujud nyata dari sebuah kerja sama. Orang yang tidak suka membantu orang lain, apalagi tidak
pernah bekerja bersama dengan orang lain, akan dapat dikatakan tidak sopan.
2.2.2.3 Bidal Keperkenanan Approbation Maxim